ingatlah,
ketika langit mendung abu-abu kau sulap menjadi biru lengkap dengan mataharinya,
ingatlah,
bahkan ketika tanah gersang kau ubah menjadi rumput hijau beserta bunganya.dan lalu,
waktu terlalu cepat untuk kau hitung,
hingga ternyata kita lupa bahwa masanya sudah tiba,
kupu-kupu kecil kehilangan warnanya,
langit senja kehilangan semburatnya,
dan aku, kehilangan setengahku, yang berada tepat di detak jantungmu.#semesta
ಠωಠ/ಠωಠ/ಠωಠ/ಠωಠ/ಠωಠ/ಠωಠ/ಠωಠ/ಠωಠ/ಠωಠ/ಠωಠ/
Mendung bergemuruh, gelap menyambut hujan deras membuat aliran darah dari orang-orang yang terluka tergenang. Petir menyambar-nyambar bersahutan, mengiring kepergian dua orang terpenting di hidup Wu Xian.
Wu Xian tahu, dia telah kehilangan orang tua kandungnya bahkan saat dia belum mengenal siapapun di dunia. Namun, adakah orang yang siap kehilangan?
Sejak dia mulai berlatih dan berkultivasi, orang tua kandungnya memang kembali menemuinya. Namun, tetap saja kedua orang tuanya adalah Dewa dan Dewi, memiliki alam dan kehidupan yang berbeda dengannya. Bagi Wu Xian, orang tua yang sesungguhnya adalah Wei Chang Ze dan Changse Sanren.
Tangan Wei Chang Ze yang menggenggamnya dan tangan Changse Sanren yang digenggam oleh Wu Xian, kini terkulai lemas dan perlahan menjadi semakin dingin. Mereka benar-benar pergi.
Saat Wu Xian melepas kepergian kedua orang tuanya, Zhu Jia Qing yang merasa marah karena Shang Rui terluka membentuk sebuah bola energi besar dan melemparkannya pada Wu Xian. Namun, bola energi itu tidak sampai pada Wu Xian. Karena, Wei Yuan Rui yang tengah bergerak hendak menghampiri kedua orangtuanya melihat bola energi yang mengarah pada kakaknya.
Yuan Rui juga sudah berlatih dan berkultivasi, tingkat kultivasi nya setara dengan murid khusus sekte Jiang. Dengan kemampuannya, dia membentuk formasi menjadikannya sebagai perisai. Namun, karena energi Zhu Jia Qing lebih besar. Formasi yang dibuat Wei Yuan Rui dengan mudah dipatahkan, dia yang tidak siap langsung terpental. Bola energi itu mendorongnya hingga terjatuh di samping kedua orang tuanya, bola energi itu meledak membuat Wei Yuan Rui yang tidak siap menahannya tewas seketika.
Wu Xian menangis, tiga orang terpenting di hidupnya meregang nyawa tepat dihadapannya.
~Karena tidak ada yang benar-benar siap kehilangan. Sekuat apa pun hatinya, setegar apa pun logikanya, dan setangguh apa pun penolakannya untuk tidak menangis, maka menangislah! Jika itu bisa membuat merasa lebih baik.~
Kesedihan, amarah, duka, rasa takut, dan kebencian yang ada pada Wu Xian memuncak. Energi pada teratai hitam yang ada pada tubuhnya tertarik, membuat suasana disekitarnya semakin suram. Namun, nadi dewa dan pedang takdir memiliki energi yang berseberangan dengan energi dari teratai hitam tetapi itulah yang menyebabkan kelopak keempat muncul. Teratai berwarna merah darah dengan kobaran api mengelilinginya, muncul diantara pusaran energi yang mengelilingi Wu Xian.
Di sisi lain Zhu Jia Qing dan Shang Rui justru menyeringai, tugasnya berjalan sesuai rencana. Karena sebenarnya mereka di tugasnya membuat Wu Xian membentuk kelopak ke empat dari tanda berbentuk teratai. Merasa tak mungkin menghadapi Wu Xian dengan kemarahan yang memuncak, Zhu Jia Qing memanggil pria berjubah hijau yang melawan Lan Wangji. Mereka berniat pergi, karena pertarungan yang sebenarnya masih belum saatnya. Mereka masih harus kembali pada Raja Iblis dalam keadaan bernyawa.
YOU ARE READING
JERAT TAKDIR
Fanfiction~takdir tak pernah peduli dengan keinginan kita karena dia bergerak dengan keinginannya sendiri dan saat dia bekerja siapapun bisa terjerat tanpa kecuali~ *Wei Wu Xian - seme Lan wangji - uke Nb: ini adalah hasil halu tak termaafkan. Baru belajar...