Part 11

517 39 1
                                    


Adnan memeriksa keadaan Alvaro, ia tak percaya bila lelaki yang tadi siang tampak sehat bugar, kini tengah berbaring lemah tak sadarkan diri.

Sebenarnya bukan tugas Adnan memeriksa pasien yang menderita penyakit leukimia, hanya saja karena dokternya sedang tidak masuk dan kebetulan Adnan sering mempelajari tentang penyakit itu, setidaknya ia sedikit tahu dan paham langkah apa yang harus diambil saat menangani pasien seperti Alvaro.

"Apakah dia memiliki kekasih atau orang terdekat yang spesial di hatinya?" tanya Adnan pada ibunya Alvaro.

Ibu Merry menggeleng. "Setahu kami Alvaro tidak memiliki kekasih, tapi sebelum dia pingsan tadi, dia sempat mendekap foto seorang gadis."

"Boleh saya lihat siapa gadis itu?"

Ibu Merry kembali mengangguk, seraya mengeluarkan ponsel Alvaro dari dalam tas, lalu memperlihatkan fotonya pada Adnan.

"Dia juga gadis yang telah membuat putra kami berpindah keyakinan. Beberapa hari lalu, Alvaro meminta izin pada kami untuk berpindah agama. Kami mengizinkannya, karena kami percaya pilihannya pasti pilihan terbaik untuknya," ucap Bu Merry seraya terisak. Ia tidak sanggup bila harus kehilangan putranya secepat ini.

Adnan menerima ponsel dari tangan Ibu Merry, lelaki yang berprofesi dokter itu terkejut saat melihat foto seorang gadis yang familiar di matanya. Degup jantung bergemuruh dengan hebat, dan hatinya bagai tersayat sembilu. Apa yang harus ia lakukan? Antara cinta dan tanggung jawab sebagai seorang dokter. Pilihan yang sangat sulit, tapi secepatnya ia harus bertindak. Sebelum terjadi apa-apa pada Alvaro.

"Ibu tahu alamat gadis ini?" tanya Adnan.

"Tidak, apa yang harus kami lakukan?"

"Temui gadis yang ada di foto ini, hanya dia yang bisa memberi semangat pada putra kalian. Semoga dengan adanya gadis itu di sampingnya, bisa membuat dia bertahan lebih lama lagi. Selebihnya terserah kalian, saya permisi." Setelah mengatakan itu Adnan langsung menuju ruangannya kembali.

Air mata Adnan luruh, hatinya terguncang hebat. Mungkin inikah yang dinamakan pengorbanan cinta demi rasa kemanusiaan? Mengapa rasanya begitu sakit?

Adnan beranjak dari tempat duduk, melangkah ke kamar mandi untuk membasuh wajah. Ia tidak ingin ada satu orang pun yang melihat matanya membengkak karena habis menangis.

Setelah merasa hatinya sedikit membaik. Adnan mengambil wudu dan melaksanakan salat Isya. Lalu ia bermunajat meminta yang terbaik untuk hidupnya. Mengikhlaskan seseorang yang dicintainya, bersama lelaki lain yang entah berapa lama lagi ia akan mampu bertahan hidup. Adnan sadar bila memang Laila jodohnya, maka Allah akan mempersatukannya kelak dalam ikatan suci pernikahan.

-o0o-

Desir pasir di padang tandus ....
Segersang pemikiran hati ....
Terkisahku di antara ....
Cinya yang rumit ....

Dering ponsel membangunkan Laila dari mimpi panjangnya. Ia melihat nama yang tertera di layar ponsel. Tampak jelas nama Alvaro di sana. Tanpa menunggu lama, ia langsung mengangkatnya.

Laila terkejut saat mendengar suara di seberang sana seorang wanita yang tengah terisak. Hatinya bagai tersambar petir, saat mengetahui semua kebenaran tentang Alvaro. Tak menunggu waktu lagi, ia langsung bersiap dan meminta Adam untuk mengantarnya ke rumah sakit malam itu juga.

"Memangnya tidak ada waktu lagi, Dek. Kak Adam masih mengantuk," ucap Adam seraya menutupi lagi tubuhnya dengan selimut.

"Kalau begitu Laila berangkat sendiri. Biar nanti ada abang-abang preman yang ganggu, terus memerkosa Laila, dan membuangnya ke sungai. Kak Adam adalah orang pertama yang akan Laila hantui nanti," misuh Laila.

Istikharah Cinta Laila (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang