Bab 10

281 49 4
                                    


ASSALAAMUALAIKUM
Habibati
.
.

Sebelumnya...

"Chaca?? Loe koq disini? Loe ngejar gue ya?" Heran Danu.

Dengan sedikit terengah, Chaca kemudian menjawab. "Iya. Aku ikutin kamu. Soalnya aku juga sependapat sama kamu."

"Cha, loe mending ikut gue pindah kesekolah lama aja." Ajak Danu tiba2, dan sukses membuat mata gadis dihadapannya membulat sempurna.

"Mak- maksud kamu??"

[[[[☆]]]]

"Maksud kamu, kabur gitu??"

"Ck ya gak lah. Gue sama loe bilang ke bokap nyokap, minta diurusin perpindahan balik kesekolah lama." Terang Danu.

"Tapi aku gak bisa, Dan.." lirih Chaca, seraya menunduk.

Seketika Danu mengernyit kening mendengar kalimat penolakan Chaca, kemudian menyuarakan pendapatnya

"Kenapa gak bisa? Loe betah ya, sekolah ditempat ini? Aturannya aja gak jelas banget."

"Bukan gitu. Tapi aku gak mungkin minta pindah gitu aja, sedangkan aku baru disini beberapa hari." Ucap Chaca.

"Kamu juga, kan?" Tanyanya kemudian.

"Kalo soal itu sih bisa diatur." Jawab Danu enteng, sementara Chaca menatapnya dengan perasaan bimbang.

"Oh, gue tau. Atau jangan2 loe emang sengaja gak mau ikut gue, karena loe udah setujuin perjodohan itu kan? Loe pasti juga suka sama Fikry. Secara dia itu lebih baik daripada gue dalam urusan ngaji. Cowok yang kayak gitu kan, yang jadi kriteria keluarga loe? Gue tau koq, Cha.. loe gak akan percaya sama ucapan gue semalem." Ujar Danu yang masih diliputi rasa kesal, sehingga tak menyadari betapa terlukanya hati Chaca karena perkataannya itu.

Bagaimana bisa, dia berfikir kalau Chaca menerima perjodohan? Sementara Chaca sendiri langsung keluar tepat setelah Danu pergi. Dan hanya karena semalam Chaca belum sempat memberi pendapat tentang ceritanya, Danu mengira kalau Chaca tidak mempercayainya?

"Kamu tuh kenapa su'udhon gitu sih Dan, sama aku? Salah aku apa? Memangnya aku salah, kalau aku gak langsung iyain ajakan kamu buat balik ke sekolah lama? Kamu kira aku sebodoh itu, sampe gak percaya sama cerita kamu cuma gara2 aku gak sempet bilang apa2 setelahnya?" Tanya Chaca berruntun penuh kekecewaan, membuat Danu yang semula melengos kini menatap mata gadis itu sudah berkaca2.

Refleks tangan Danu terulur hendak menyeka butiran bening yang mulai mengaliri pipi putih itu. Akan tetapi suara deheman seseorang tiba2 mengintrupsi keduanya, dan sontak membuat Chaca dan Danu menoleh.

"Abi/Om." Ujar keduanya bersamaan, saat tau siapa yang datang.

"Apa yang sudah kamu lakukan itu buat Abi malu, Chaca." Ujar pria itu, yang tak lain adalah ayahnya Chaca.

Chalifa yang berdiri disisi sang suami hanya diam, menatap Chaca dan Danu. Remaja laki2 yang berada disamping putrinya itu tampak menundukkan wajah. Kelihatannya ia takut pada tatapan mengintimidasi milik Ramadan kearahnya.

"Maaf Abi.. aku cuma bersikap rasional aja tadi, makanya aku lebih milih keluar karena aku setuju sama pendapatnya Danu." Ucap Chaca, mencoba menjelaskan.

Setelahnya, keheningan mendominasi keempat orang itu. Sampai akhirnya, terdengar tawa renyah dari mulut Ramadan yang merasa lucu dengan ekspresi mereka berdua. Sedangkan yang ditertawakan kini hanya bisa melongo, menyaksikan pria tampan yang tengah tertawa dihadapan mereka. Lain halnya dengan Chalifah __ibu Chaca yang memilih untuk menahan tawanya.

"ASSALAAMUALAIKUM Habibati" _END_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang