βinar & βara - O9

101 5 676
                                    

Binar menatap pantulan dirinya di cermin. Hari ini ia akan pergi ke Dare Cafe, tempat dimana Oxygen akan manggung di malam minggu ini.

Oxygen adalah nama band SMA Kusuma Bangsa yang cukup terkenal di antara sekolah-sekolah di Jakarta.

Bara bilang, nama itu diambil dari kata oksigen dalam bahasa Inggris, oxygen. Karena hampir seluruh makhluk hidup di daratan membutuhkan oksigen untuk tetap bertahan hidup, anggota band akhirnya memutuskan untuk menggunakan nama itu.

Dengan harapan, band mereka juga selalu diperlukan seperti oksigen, dan memberikan dampak yang besar bagi sekitarnya. Sebenarnya, band ini terbentuk ketika Binar masih duduk di bangku kelas sepuluh.

Sejak awal, Oxygen beranggotakan lima orang. Laura sebagai vokalis, Bara sebagai gitaris, Gavriel sebagai bassis, Harry sebagai drummer, dan Ivy sebagai keyboardis. Anggota mereka tidak pernah berubah hingga sekarang.

Bara pernah bercerita. Bagi cowok itu, Oxygen sudah lebih dari sekedar hobi. Alasannya bergabung dengan band Oxygen adalah karena ia ingin menunjukkan pada para remaja seumurannya, bahwa menekuni hobi yang baik bisa membuat kita terhindar dari berbagai macam penyimpangan yang sering terjadi di kalangan remaja.

Dengan Oxygen, secara tidak langsung Bara ingin menyampaikan bahwa masa remaja itu bukan masa untuk mencoba-coba hal yang kurang baik, tapi masa remaja itu harus digunakan untuk menekuni hal-hal yang positif dan bermanfaat.

Binar tersenyum sekilas ketika mengingatnya. Sahabatnya itu memang selalu memiliki sisi positif yang bisa menginspirasi orang lain.

Setelah menyampirkan slingbag di bahu, Binar segera bergegas ke bawah untuk menghampiri sang abang yang sudah siap untuk mengantarnya.

"Buruan elah Dek, Abang mau ke rumah sakit lagi nih!" Bima menekuk alis sambil sesekali melirik jam di pergelangan tangannya.

Tadi Bima sudah di rumah sakit sejak siang hari. Tapi karena adiknya meminta untuk di antar ke tempat band sekolahnya akan manggung, dengan terpaksa Bima balik lagi ke rumah untuk menjemputnya.

Bima sudah menyarankan adiknya untuk berangkat dengan Bara saja. Toh, tempat tujuan mereka sama.

Tapi Binar menolak keras dengan alibi dia takut ngejomblo di kafe karena Bara pasti latihan dulu bersama teman-teman segrupnya.

Ya sudah, tidak ada cara lain lagi. Akhirnya Bima hanya bisa meng-iyakan saja.

"Katanya libur? Tapinya kerja? Lembur lagi?" ledek Binar setelah sampai di tangga paling bawah.

Gadis yang hari ini rambutnya di kuncir separuh itu segera berlari dan mengapit lengan abangnya untuk menuju garasi.

"Abang sengaja lembur hari ini, biar minggu depan kita bisa liburan."

Mendengar itu, Binar berdecih samar. "Gaya banget liburan. Palingan jalan-jalan keliling Jakarta doang. Mana macet lagi," cibir Binar menggembungkan pipi.

Sampai di garasi, mereka segera masuk ke dalam mobil setelah sebelumnya pamit pada Mang Didin yang sedang mengobrol di teras depan dengan Bi Anih.

"Kamu UAS kapan, Dek?" Bima bertanya dengan mata yang masih fokus ke jalanan depan.

"Dua bulanan lagi kalo nggak salah. Kenapa?"

Binar & BaraWhere stories live. Discover now