βinar & βara - 12

39 2 22
                                    

Bara baru saja selesai manggung. Setelah berpamitan pada keempat teman segrupnya, Bara pamit duluan untuk menghampiri ketiga sahabatnya yang sejak tadi menunggu di kafe lantai bawah.

Sepanjang berjalan, mata cowok itu semakin menyipit karena harus terus-menerus tersenyum--demi merespon orang-orang yang menyapanya. Bahkan langkahnya sempat terhenti karena ada beberapa orang yang meminta foto.

Sudah macam artis beneran aja saudara Elbara ini.

Ketika sudah sampai di kafe lantai bawah, kening Bara berkerut samar. Di meja nomor tiga, hanya ada Natha dan Zara, seperti ketika ia masih berada di atas panggung.

Sebenarnya, Binar kemana? Sejak dirinya selesai bernyanyi, sepenglihatannya cewek itu pergi ke toilet setelah berpamitan pada Zara. Tetapi hingga ia selesai manggung pun, cewek itu masih belum kembali juga.

Apakah Binar muntah karena mual setelah mendengar suaranya saat bernyanyi tadi? Atau bahkan cewek itu sudah pulang duluan karena merasa geli dengan nyanyiannya tadi?

Bara mengacak rambut frustasi, lalu mulai mendudukkan diri di kursi depan kedua sahabatnya yang tengah bercekcok kecil.

Seperti biasa, pasangan yang belum resmi disebut pasangan itu selalu punya acara bertengkar setiap menit. Membuat Bara dan Binar kadang merasa jengah.

"Pokoknya aku yang upload duluan!" Zara berteriak sambil mengotak-atik ponsel di tangannya.

"Enggak, Non. Babang duluan yang upload." Kali ini Natha yang berteriak sambil merebut ponsel di tangan Zara.

Hanya hal sepele, sebenarnya. Dua orang itu sedang memperdebatkan tentang siapa yang akan mengupload foto duluan ke Instagram. Padahal kan tinggal upload saja, nggak usah pakai bertengkar. Barengan juga jadi. Tapi mereka malah memilih untuk mempersulit hal yang sebenarnya gampang.

Bara yang melihat perdebatan itu jadi pusing sendiri. Mana Binbinnya belum muncul juga lagi. Padahal tas cewek itu masih bertengger manis di atas meja sejak tadi. Bukan kebiasaan Binar sekali, jika pergi dengan meninggalkan barangnya.

Karena dulu juga pernah kejadian. Saat keduanya berumur sekitar tujuh tahun, Bara tengah bermain di rumah besar Binar saat itu.

Permainan mereka sangatlah sederhana, juga masih bertemakan belajar. Keduanya berbangga diri ketika membuat karya 'melukis tembok' kala itu. Tentu saja Bara yang mengusulkan ide konyol tersebut.

Hingga tiba-tiba tubuh bongsor Bima menghampiri, dan melihat apa yang mereka perbuat, Bima memarahi keduanya yang mencorat-coret tembok ruang tamu.

Saat itu Binar pundung dan berniat minggat dari rumah. Cewek itu mengemasi pakaiannya ke dalam tas sekolah, memasukkan mainannya ke dalam kardus, bahkan selimut dan bantal pun di kemasi olehnya.

Bagi Binar, semua barang yang dimilikinya sangatlah berharga. Maka dari itu, tidak mungkin Binar akan pergi tanpa membawa barang-barang yang menurutnya berharga.

Namun untuk kali ini, bisa saja cewek itu lupa, kan?

Bara mendesah panjang. Tangannya bergerak mengambil tas cewek itu. Sudah hampir dua puluh menit ia menunggu, tapi Binbinnya tak kunjung datang juga.

Dan selama itu pula, Bara memperhatikan kedua sahabat di depannya yang masih saja bercekcok tanpa mengindahkan keberadaannya sejak tadi.

Bara berdecak dengan tangan merebut ponsel Zara dan Natha sekaligus. Membuat kedua orang yang ponselnya di rebut itu menatap kesal.

"Bar apaansih, itu hp gue-"

"Dari tadi sibuk melulu lo berdua. Noh udah gue upload barengan! Gitu aja susah bener, dasar duo riri!" kesal Bara menyodorkan dua ponsel di tangannya.

Binar & BaraWhere stories live. Discover now