Part 22

15.5K 1.3K 150
                                    

Jaemin lagi-lagi menghela nafas dalam, dia baru saja selesai membersihkan dirinya dan sekarang dia tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Hidupnya sama saja seperti hari-hari yang lalu. Hanya berdiam diri dikamar sambil memandagi halaman Mansion Jeno, melihat Pelayan dan pengawal berlalu lalang. Jaemin rasa dia tidak akan bertahan lama jika begini terus, memang Jeno tidak pernah melarangnya untuk pergi menjelajahi seisi Mansionnya asalkan Jaemin tidak ada niatan untuk kabur dari sini atau keluar dari halaman rumah Jeno tanpa bersamanya. Tapi memikirkan itu saja sudah benar-benar membuatnya geram dia ingin bebas dia tidak ingin dikekang.

Berbicara tentang Jeno, sudah 3 hari dia tidak pernah mengunjungi Jaemin. Dia sedang melakukan perjalanan ke London 3 hari yang lalu dan itu membuat Jaemin sedikit merasa aman, karena Jeno tidak akan menyentuhnya seperti sebelum-sebelumnya untuk sementara waktu. Jaemin kembali menghela nafas, lalu melangkahkan kakinya menuju pintu walau bagaimanapun dia tidak boleh menjadi stres.

oOo

"Wow! Disini indah Marry" Jaemin berkata bahagia karena melihat danau yang tepat berada dibelakang Mansion ini. Dia tidak menyangka kalau Jeno memiliki danau dibelakang Mansionnya.

"Itu benar Tuan" ujar Marry yang sedang berada dibelakangnya.

Sewaktu Jaemin menuruni tangga untuk menuju lantai bawah, Marry dengan cepat berlari kearahnya, dengan wajah panik dia memohon mohon agar Jaemin tidak melarikan diri. Dia tidak ingin dipecat untuk yang kedua kalinya. Perkataannya itu langsung membuat Jaemin tertawa keras hingga menarik perhatian pelayan yang sedang berlalu lalang. Jaemin lalu menjelaskan kepada Marry kalau dia hanya ingin menikmati udara segar dihalaman Mansion Jeno. Tapi Marry tidak percaya begitu saja. Jadi disinilah dia terus-terusan mengawasi Jaemin.

"Marry, apa kau bisa membawakan segelas air untukku? Aku lelah" ujar Jaemin berbalik dipunggungnya sehingga berhadapan langsung dengan Marry.

"Tap.."

"Aku tidak akan lari! Aku berjanji. Oke? Sekarang cepatlah" Jaemin berkata dengan sungguh-sungguh.

Marry masih terlihat ragu, tapi dia tetap menganggukan kepalanya "Baiklah Tuan, saya akan segera kembali! Tetap disini. Saya tidak akan lama" Marry lalu berlari cepat kepintu yang ada dibelakang Mansion ini. Jaemin hanya tersenyum kecil melihatnya.

Dia terlalu mencintai pekerjaannya. Batin Jaemin lalu kembali menghadap kearah danau.

"Begitu bodohnya aku Tuhan. Kenapa aku baru menemukan ini disini?" ujarnya sambil tersenyum-senyum.

"Kulihat kau bukanlah orang yang bodoh" ujar seseorang dibelakang Jaemin yang membuat ia seketika membalikan badannya terkejut.

"Siapa kau?" tanya Jaemin waspada.

"Apa aku mengagetkanmu cantik?" ujar orang itu lagi.

Jaemin hanya diam memandaginya sambil tetap waspada.

"Hey. Kau tidak perlu sebegitu waspadanya. Aku bukan penculik" ujarnya dengan senyum dibibirnya. Pria itu lalu mengulurkan tangannya kerah Jaemin.

"aku Mark. Mark Lee" ujarnya sekali lagi. Dan Jaemin mengabaikan tangan Mark yang terulur. Mark tersenyum simpul lalu menarik tangannya kembali.

"Apa kau kekasih Jeno?" dia bertanya sekali lagi.

"Apa maumu?" tanya Jaemin kembali.

"Aku hanya ingin mengunjugi Jeno. Tetapi Aku melihat seorang pemuda cantik sedang memandangi danau sendirian, jadi aku memutuskan untuk mendataginya"

Jaemin mendengus lalu tersenyum sinis. Pembohong!.

"Ada apa dengan senyuman itu?" Mark berujar sedikit tersinggung oleh senyuman Jaemin.

My Psychopath Uncle - NoMin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang