16. Mulai rumit.

456 82 0
                                    

#Selamat Membaca!!!, Jangan lupa tinggalkan jejak.

"Ajeng" kaget Diarza.

Papi Diarza yang peka, berinisiatif untuk segera pergi. Membiarkan puterinya menyelesaikan masalah dengan temannya.

"Papi duluan, selesaikan secara dewasa" ucap Papi Diarza kemudian di angguki oleh Diarza.

Ajeng maju satu langkah menghampiri Diarza.

"Bilang kalau apa yang gue denger tadi ga bener Di?" Tanya Ajeng dengan tatapan kosong.

"Jadi lo denger semuanya Jeng?" tanya Diarza panik.

"Iya, gue denger semuanya. Dari awal sampe lo memanipulasi juara umum"

"Jeng, gue bisa jelasin" ucap Diarza.

"Bilang sama gue kalau itu semua ga bener Di? bilang sama gue kalau itu cuma bohong! Gue bakal percaya kok!" pinta Ajeng dengan suara bergetar.

Diarza bingung, demi Tuhan dia ga berniat membohongi Ajeng. Dia hanya ingin menolong.

"Maaf Jeng, itu semua benar" jawaban Diarza membuat rasa nyeri di ulu hati Ajeng. Jadi selama ini dia mendapat Beasiswa bersekolah di SMANus karena belas kasihan orang lain. Bukan karena kemampuannya.

"Tapi gue bisa jelasin Jeng" ucap Diarza yang mulai meneteskan air mata. Rasanya bersalah sekali. kemudian mulai meriah tangan Ajeng. Namun gadis itu menghentakkan tangan Diarza dengan kasar.

"Gue itu menyedihkan banget ya Di? sekolah aja atas belas kasihan orang lain" ucap Ajeng yang mulai meneteskan air mata. Rasanya sakit, seperti di khianati.

"Ga gitu Ajeng"

"Gue kecewa sama lo Di. Dan Terimakasih udah mau repot-repot berkorban buat gue. Semester depan lo ga perlu kayak gini lagi. Dan misalkan gue harus keluar gue siap" ucap Ajeng kemudian meninggalkan Diarza begitu saja.

Diarza mematung, dia tidak menyangka efek yang di timbulkan dari tindakannya akan semenyakitkan ini. Baik untuknya ataupun untuk Ajeng. Dia meremas rambutnya frustasi sambil menangis.

Raja dan Ruli yang melihat kejadian itu di ujung koridor kelas dua belas. Kompak menyerngit bingung. Melihat keduanya bertengkar sampai meneteskan air mata gitu.

Setelah menunggu, keduanya melihat pergerakan Ajeng dan Diarza. Reflek Ruli mengejar Ajeng dan Raja menghampiri Diarza yang menangis di koridor.

"Ajeng tunggu!" panggil Ruli. Khawatir dengan keadaan temannya. Ajeng tidak pernah menangis, yang Ruli tau gadis satu itu kuat. Dan ga gampang mengeluh.

Namun gadis itu tidak menghiraukan panggilannya, dan membuat Ruli mempercepat langkahnya kemudian meraih tangan gadis itu.

"Ajeng" panggil Ruli lagi, Membimbing Ajeng menghadap dirinya. Dan sekarang mereka berada di ujung perpustakaan. Tempat yang sepi jauh dari keramaian.

"Lo kenapa?" tanya Ruli khawatir.

Gadis itu masih tidak bergerak, dengan tatapan kosong penuh luka menghadap Ruli.

"Ada apa Jeng! Kalau ada masalah gue siap denger keluh kesah lo" ucap Ruli lembut.

Sontak Gadis itu memeluk Ruli. Dan menyembunyikan tangisnya di dada pemuda itu. Meremas kemeja seragam Ruli, seolah menyalurkan segala kesedihannya.

"Kalau lo belum bisa cerita gapapa, gue siap dengerin kapan aja" ujar Ruli membalas pelukan Ajeng.

"Tapi gue minta seberat apapun masalah lo jangan nangis lagi ya Jeng" ujar Ruli lembut, sambil memandang wajah sembab Ajeng. Dan sekali menyeka air mata gadis itu. Karena entah kenapa melihat Ajeng menangis, membuat Ruli merasa ikut sakit.

Generasi Micin Premium (TAMAT)Where stories live. Discover now