Chapter 10: Yah, Mau Bagaimana Lagi?

25 4 2
                                    

"Julia, dengarkan aku!" Alister memanggil Julia yang terus berjalan.

Julia tak menggubrisnya.

"Ini semua bukan hal yang sangat berat! Kita masih bisa obrolin ini!"

Alister mengejar Julia. Namun, semakin ia berlari semakin jatuh juga jaraknya dengan Julia. Tiba-tiba saja Alister terjatuh, tenggelam dalam jurang. Ia memejamkan matanya dan jurang itu seperti tak berujung. Terbayang momen saat Alister memeluk Julia di tengah keramaian. Mata Alister terbelalak dan ia tersadar di kamarnya. Ia menatap langit-langit kamarnya dan berkeringat dingin. Jam dinding menunjukkan jam 3 dinihari.

"Sial. Kenapa dia lagi?" tanya Alister lirih.

Paginya ...

Alister bersiap untuk berangkat kuliah. Ia memakai kemeja abu-abu dan celana bahan krem. Seusai rapi, barulah ia berangkat dengan mengendarai motornya. Ia memikirkan bagaimana hari esok akan berjalan, hari di mana ia akan bertemu kembali dengan Rhizan. Ia tersenyum dan menghirup udara segar jalan raya di pagi hari. Sesampainya di kampus, ia berjalan santai menuju kelas pertamanya di hari itu yang berada di lantai 4. Ia menaiki lift hingga lantai 4 lalu masuk ke kelasnya. Jam 7, ia datang kepagian dan kelasnya masih sangat sepi.

"Ahaha ... seperti biasa, ya," ucap Alister pelan.

Ia duduk di bangku yang ada di baris ke-2, membuka handphonenya dan mengucapkan "selamat pagi" ke Rhizan.

"Rhizan masih tidur kali, ya? Enak banget ... dia kan udah libur," gumam Alister.

Rhizan pernah bercerita pada Alister kalau ia lulus sekolah tahun ini. hanya saja, wisuda kelulusannya baru diadakan sekitar bulan depan. Alister berjalan ke arah jendela kelas dan melihat lapangan golf dari lantai atas gedung kampusnya. Senyumnya tak kendor dari wajahnya. Ia benar-benar menantikan besok.

"Nggak sabar aku, hehe," ucap Alister.

Jam 10 ...

Kelas kuliah Alister yang pertama telah usai. Ia menunggu jadwal kelas kedua hari ini yang dimulai jam 1 siang nanti.

"Semoga aja nggak ada dosennya. Jadi bisa langsung pulang," kata Alister, berharap kelas kedua dibatalkan.

Alister turun ke lantai 1 dan duduk di depan gedung. Cuaca sedang cerah dan sejuk. Angin berhembus dan membuat pohon-pohon menari. Beberapa orang berlalu-lalang di sekitar kampus. Ia membuka handphone dan ada notifikasi dari grup kelas. Tepat sesuai dugaannya, kelas kedua dibatalkan.

"Kubilang juga apa." Alister beranjak bangun dan berjalan menuju parkiran motor.

Jam 11 ...

"Carlos, bangun ... ada Alister." Ibu Carlos membangunkan anak bontotnya

Alister mampir ke rumah Carlos, malas langsung pulang ke rumah.

"Ah, Ibu bohong," sahut Carlos setengah sadar.

Ibu Carlos keluar dari kamar dan menyuruh Alister untuk membangunkannya sendiri. Alister pun memasuki kamar Carlos.

"Oi, bangun," kata Alister sambil menggoyangkan badan Carlos.

Carlos membuka matanya dan mendapati Alister sungguhan yang tengah membangunkannya.

"Pagi, sayangku♥" Alister mengedipkan sebelah matanya.

Carlos langsung bergidik ngeri. Ia melompat bangun dan langsung pergi ke kamar mandi.

Astaga! Pagi macam apa ini?! batin Carlos.

Carlos mencuci wajahnya, lalu keluar dari kamar mandi. Ibu Carlos sudah pergi belanja. Alister duduk di lantai ruang depan.

"Kau nggak sekolah?" tanya Alister.

As If It's Your LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang