Chapter 19: Perseteruan

7 2 1
                                    

"Tumben banget kau kemari," ujar Fabian.

Alister agak menunduk dan berjalan ke arah Fabian.

"Hei, Alister ... kau baik-baik aja? Tio, Alister kenapa?"

Tio hanya diam. Ia tak menahan Alister sama sekali.

Alister menatap tajam Fabian, lalu memukul dagu Fabian. Fabian tersungkur dan ia shock.

"Alister, k-kau kenapa ...?" Fabian panik, sikap Alister tak seperti biasanya.

"Sakit, bukan?" ucap Alister.

"Goblok! Kalau ini bercanda, nggak ada lucunya sama sekali!" Fabian mulai meneteskan air mata, ia terkena serangan panik.

"Walaupun satu pukulan nggak cukup buat menutup sakit hatiku."

"Alis—"

"APA-APAAN DENGAN UCAPANMU KE RHIZAN?!" bentak Alister.

Fabian membisu, namun ia tau Alister akan marah karena hal itu.

"AKU UDAH MERASA CUKUP DENGAN HUBUNGANKU YANG KEMARIN! NGGAK PACARAN PUN NGGAKPAPA, AKU NGGAK BEGITU BERHARAP! TAPI ...." Alister menarik nafasnya dalam-dalam

"APA KAU BELUM PUAS DENGAN APA YANG KAU LAKUKAN DENGANKU WAKTU BERSAMA JULIA?!"

"Ini demi kebaikanmu!" Fabian mulai angkat bicara. "Aku nggak mau kejadian antara kau dan Julia terulang."

"RHIZAN BUKAN JULIA!"

"Intinya, aku cuma memberi reminder ke Rhizan biar nggak menyakitimu."

"Kisah orang lain nggak usah kau corat-coret seenaknya," ujar Tio.

"Nggak ada salahnya aku membantu teman."

Alister tersulut emosi dan berniat memukul Fabian. Namun, barulah Tio menahannya.

"Cukup. Perjanjiannya sekali pukul aja, kan?"

Alister masih menatap tajam Fabian. Kepalan tangannya melemah dan ia tak jadi memukul. Ia berjalan meninggalkan Fabian. Tio mengikutinya.

"Memuakkan. Kau udah membuat Alister jatuh dua kali," ucap Tio.

Alister menyalakan mesin motornya dan bersama Tio melesat pergi dari Wi-Fi corner. Fabian tetap pada diamnya, ia masih shock dengan bogem mentah dari Alister. Radler dan Bagas baru datang. Mereka melihat Fabian yang murung.

"Kenapa lagi itu anak?" bisik Bagas.

"Paling nggak jauh nggak beda masalah cewek," sahut Radler.

Radler dan Bagas menghampiri Fabian.

"Oi, kau kenapa?" tanya Bagas.

"Alister tadi ke sini."

"Hah? Ngapain dia jauh-jauh ke sini?" Bagas terkejut dengan kedatangan Alister.

"Dia marah. Karena aku memberi reminder ke Rhizan. Padahal Rhizan juga udah kutitipi pesan buat menjaga Alister. Rhizan juga mengiyakan."

"Oh, masalah itu." Radler tak tertarik, ia menyalakan laptopnya.

Bagas juga tampak cuek dan duduk di samping Radler. Fabian merasa kalau teman-temannya tak peduli padanya.

"Kalian memang cuma ingin tau aja, ya. Tapi nggak ada pedulinya," ucap Fabian.

Fabian berdiri dan ia berjalan ke arah motornya.

"Bukannya apa-apa. Tapi, di mana kita harus membelamu?" kata Radler.

"Kau selalu aja mencampuri diri ke urusan orang lain," timpal Bagas.

"Mending kalau berjalan baik."

As If It's Your LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang