"Lost and Found"

93 23 21
                                    


👉⭐💬









Tit..tit...tit..

Suara monitor pasien tak henti-hentinya mengisi ruangan yang tampak kesepian dan dingin. Aroma obat menyengat. Sinar cahaya yang tertutup gorden menimbulkan siluet samar-samar.

Wanita disamping bibir ranjang menyeka tubuh pria yang sudah lama mengalami koma itu dengan handuk basah. Sudah lama sekali dalam ingatannya. Bahkan ia tak bisa ingat kapan terakhir kali netra mereka saling bertautan. Ah bukan tidak ingat..
Tapi terlalu sakit untuk dikenang.

Wanita itu tampak kacau. Matanya seakan lebam ditumbuk. Namun faktanya mata itu terlalu lelah sebab selalu begadang dan menangis disetiap malamnya.

Wajahnya yang pucat dan tak berias itu menunjukkan jelas bagaimana ia sangat menderita selama ini. Setidaknya beberapa waktu belakangan...

Semua ini salahmu

Itulah yang setidaknya menggantung dipundak Eunbi agar ia tak lupa pada dosanya. Terasa seakan ia ingin dirinya juga ikut menderita..

Seraya menyeka sosok tak berdaya di hadapannya itu pikirannya melayang pada ucapan sang dokter beberapa bulan yang lalu.

"Kita berhasil membawa ia keluar dari masa kritis. Namun---" pria itu terlalu suka menggantung kata-katanya. Sialan.

"Namun kenapa dok?" Tanya Eunbi kesal.

Setelah menimang-nimang kata yang cocok untuk ia keluarkan.

"Namun ia mengalami koma yang tak bisa kami prediksi sampai kapan.." ungkapnya. Pria itu menjelaskan secara rinci namun tak satupun yang Eunbi mengerti mengenai dunia kedokteran.

"Dan jikalau ia bangun pun itu membutuhkan waktu untuknya kembali ke seperti semula..." Lanjut sang dokter.

Eunbi mengusap gusar bulir air diekor matanya.

Aku terlalu sering menangis daripada bertanggungjawab

Eunbi lekas mengemasi barang-barang yang tadi ia gunakan untuk membersihkan entitas yang bernebulizer pada pucuk hidungnya dan berjarum infus pada nadinya itu.

Eunbi mengikat rambutnya yang tak terurus. Ia seakan jatuh dan waktunya berhenti pada masa itu. Terjebak pada masa lalu.

Ruangan itu terasa pengap meski AC terus mendinginkan setiap sudut ruangan. Bukan ruangan itu yang pengap. Tapi otakmu Kwon Eunbi. Pikiranmu penuh dengan sesal dan bersalah hingga sesak dan pengap.

"Hyuk aku pergi dulu.."

Pamit Eunbi keluar dengan dress lusuhnya. Ia harus kuat. Ia tak mau terus terjebak pada rasa itu. Namun selalu percuma. Setelah ia merasa baik. Perasaan itu kembali datang dua kali lebih menyakitkan dan menyempitkan relung hatinya.

"Aigooo kasihan sekali wanita itu.." perawat itu mengiba pada sosok Eunbi yang lalu di hadapannya.

"Yah begitulah hidup. Kau tidak akan tau kapan hal-hal buruk akan merubah hidupmu 180°..." Sahut seorang.

"Tapi untunglah ia tegar dan kuat..."

"Heh apanya yang unt---" telunjuk itu menghentikan suaranya yang kian keras.

"Nanti dia dengar..." Bisik salah satu perawat.

Langkah Eunbi terhenti. Punggungnya membalik dan berlangkah maju.

"Kalian tidak perlu mengasihani ku! Kasihanilah diri kalian yang tidak bisa apa-apa untuk segera menyadarkanya..."

"Yaish!! Kenapa kau menyalahkan kami? Kami sudah melakukan yang terbaik! Bukankah semua itu salahmu hingga ia berakhir seperti itu?" Kata-kata perawat itu menusuk ulu hati Eunbi.

The Reason WhyWhere stories live. Discover now