2.0 || Salting

1.2K 143 16
                                    

Aku sudah terbangun dari jam empat tadi, itu karena tiba-tiba saja aku ingin buang air kecil. Dan terkena air membuat aku tidak mengantuk lagi, jadi aku memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah.

"Pagi, Ma," sapa ku ketika melihat Mama ku keluar dari dapur sambil membawa makanan untuk sarapan pagi ini.

"Pagi, sayang. Tumben bangun pagi-pagi banget," ucap Mama ku dan aku pun hanya cengengesan mendengarnya.

Tak lama, Papa dan abang ku turun dan kami pun mulai berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama.

"Gimana kamu sama Vano?" tanya Mama ku tiba-tiba. Aku yang mendengar itu pun seketika terkejut sampai membulatkan mataku.

"H-hah? Gimana maksudnya, Ma?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.

"Ya kamu sa—"

"Ma, lagi makan," potong bang Andre sebelum Mama melanjutkan perkataannya. Aku yang merasa dibela pun langsung menatap abang ku yang duduk tepat di depanku.

"Bang, love you," kata ku yang hanya menggerakkan bibir ku tanpa mengeluarkan suara. Bang Andre yang melihat itu pun hanya mengedipkan satu matanya sambil mengacungkan ibu jarinya. Memang, bang Andre terkadang sangat bisa diandalkan!

"Aku pergi ya Ma, Pa," ucap ku sambil menyalami tangan mereka.

Hari ini, aku diantar abang untuk sampai ke sekolah. Kata abang, “mau ngomong gue”, begitu. Aku juga tidak tau bang Andre akan membicarakan apa.

"Gimana sama Vano?" tanya abang tiba-tiba saat sudah dalam perjalanan menuju sekolah.

"Apaan sih, bang!" sergah ku.

dia ngejauh, bang. -batinku tanpa sadar.

"Eh, itu bukannya si Vano?" ucap abang ku. Aku pun segera melihat ke arah pandangan bang Andre.

lah iya! -batinku.

"Kok dia sama cewek lain?" tanya bang Andre. "Dia cuma main-main sama lo?" sambungnya bertanya.

"Hah? Apaan sih, bang!" sergah ku.

"Jangan mau dimainin dong de—"

"Bang! Kalo jemput gue, beliin es krim di situ dulu, tuh!" potong ku sambil menunjuk ke arah pedagang ice cream keliling.

alhamdulillah, udah gak ada. -batinku.

"Kenapa jadi ke es krim, dah?" tanya bang Andre bingung.

"Oke, bang? Bye, adek sekolah dulu, ya!" pamit ku sambil menyalami tangan bang Andre dan tak lupa, mencium sekilas pipinya.

"Ngeles kan lo, woi!" panggil abang ku dari dalam mobil yang masih terdengar olehku, namun aku memilih untuk tetap berjalan dan masuk ke dalam sekolah.

"Kenapa harus ngeliat, sih?" gumam ku sambil berjalan memasuki gerbang sekolah.

"Ngeliat apa?" tanya seseorang tiba-tiba yang membuat ku langsung menoleh karena terkejut.

"Astagfirullah!" kata ku spontan. Itu Neisha dan Tiara. Mereka ternyata sudah ada di belakangku sejak tadi.

"Padahal tadi kita panggilin," ucap Neisha. "Tapi lo sibuk ribut sama abang lo, kayaknya," sambungnya.

"Oh, itu." Aku pun hanya terkekeh tidak jelas. "Eh, ayo masuk," kata ku.

"Lea si CEO of ngeles," cetus Tiara, lalu ia masuk terlebih dahulu ke dalam sekolah.

Aku dan Neisha pun mengikuti Tiara sampai ke kelas kami. Sesampai di kelas, aku langsung duduk di belakang Tiara, tepatnya tempat aku duduk. Omong-omong tentang Vanya, dia terlihat seperti orang yang menyendiri sekarang. Aku juga tidak tau apa alasannya. Dan yang penting, aku tidak ingin tau.

INSECURE [✔]Where stories live. Discover now