19

2.1K 213 21
                                    

Setibanya dirumah Jihan.

Angkasa duduk diruang tamu, dan kedua orang tua Jihan duduk disebrangnya.

"Jadi kamu berbohong Jihan ?" Tanya ayah pada Jihan

Jihan hanya menundukkan kepalanya.

"Terus ini yang kamu dapet ? Muka penuh luka kayak gitu ?" Tanya ayah lagi

"Maaf om, ini salah saya. Dia kerumah saya, Karena dia khawatir pada saya. Tadi saya yang meninggalkannya dipinggir jalan, dan sampai akhirnya Jihan diganggu oleh dua orang preman. Saya telat datang untuk menolong Jihan. Sekali lagi saya minta maaf om." Ucap Angkasa berani

"Ini bukan salah lo Ang. Ini salah gw yang dari awal gak jujur kalo mau kerumah lo. Dan preman itu ya udah jadi apes nya gw hari ini." Ucap Jihan

"Makanya Jihan, lain kali gak usah bohong sama orang tua. Ini akibatnya. Angkasa, saya gak menyalahkan kamu sepenuhnya. Saya justru berterima kasih karena kamu telah menolong Jihan. Tapi, kenapa kamu meninggalkan Jihan dipinggir jalan ?"  Tanya ayah Jihan

Angkasa bingung akan menjawab apa, hingga Jihan yang menjawabnya.

"Tadi Jihan yah yang minta Angkasa buat nurunin dipinggir jalan. Jihan bilang kalo mau pulang pake grab aja. Angkasa awalnya gak mau, tapi Jihan yang maksa. Yaudah akhirnya Angkasa nurunin Jihan. Tapi ternyata Angkasa gak beneran ninggalin Jihan, terbukti dia bantuin Jihan pas ada dua preman." Ucap Jihan lancar

Angkasa menatap Jihan,
Jihan tersenyum pada Angkasa.

"Ohh gitu. Ya sudah ayo ikut bunda, kita obatin luka di wajah kamu." Ucap bunda pada Jihan

"Gausah bun, tadi Angkasa udah mampir apotik terus ngasih salep di wajah Jihan yang memar ini."

"Kalian pacaran ?" Tanya ayah tiba tiba

Jihan terkejut, begitu pula Angkasa.

"Bukan om. Kita temen sekolah, tapi beda kelas." Jawab Angkasa sambil tersenyum pada ayah Jihan

"Om pikir kalian pacaran." Gumam Ayah

"Calon yah." Ucap Jihan sambil cengengesan

Bunda hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Jihan.

"Ngarang." Ucap Angkasa

"Eheheh bercanda."

"Yaudah om tante, saya pamit pulang dulu. Maaf sekali lagi om tante." Pamit Angkasa sembari beranjak dari duduknya

"Terimakasih sudah mengantarkan Jihan, hati hati nak." Ucap bunda pada Angkasa

"Iya tante. Assalamualaikum."

Angkasa menyalami kedua orang tua Jihan kemudian keluar rumah diikuti oleh Jihan.

Setibanya di luar rumah.

"Gw balik dulu." Ucap Angkasa

"Gak mau nginep ?" Tanya Jihan menggoda Angkasa

"Nggak."

"Yaudah deh hati hati ya Ang. Makasi udah nganterin pulang."

"Hmm."

"Oiya, makasi juga udah diobatin lukanya." Ucap Jihan sambil tersenyum tulus

Angkasa terpaku pada senyuman Jihan.

Cantik.
Pikirnya.

"Kenapa liatinnya gitu banget ?" Tanya Jihan heran

Angkasa terdiam sejenak sebelum menjawab,
"Lo cantik."

Pikiran Jihan langsung blank.
Gak ada isi sama sekali.
Terlanjur syok sama ucapan Angkasa.

"Gausah kayak kepiting gitu mukanya." Ucap Angkasa

Jihan reflek menangkup kedua pipinya.

"Gw balik dulu." Pamit Angkasa lagi

Sebelum Angkasa meraih pintu mobilnya, Jihan kembali menahan dengan ucapannya

"Ang."

Angkasa berbalik dan menatap Jihan

"Kalo ada apa apa cerita." Ucap Jihan

"Hm ?"

"Lo bilang ada masalah. Dan gw harap, lo mau berbagi cerita sama gw. Setidaknya biar beban lo berkurang. Gw mau jadi tempat dimana lo butuh seseorang buat berbagi cerita tentang hidup lo." Ucap Jihan menatap Angkasa teduh

Angkasa menatap Jihan dalam, kemudian ia melangkah mendekatinya.

"Gw butuh lo." Ucap Angkasa

"Kapan pun lo butuh gw, gw bakalan selalu ada buat lo." Ucap Jihan menyentuh lengan Angkasa

Gatau kenapa, gara gara Jihan bilang kayak gitu. Angkasa ngerasa terharu dan kagum sama Jihan.

Detik selanjutnya, tanpa aba aba Angkasa melangkah mendekat dan merengkuh Jihan dalam pelukannya.

Jihan membeku dalam dekapan Angkasa.
Hari ini, ia merasakan dua kali dekapan Angkasa yang terasa hangat, nyaman serta menenangkan.

Setelah menenangkan hati dan pikirannya, Jihan mengelus punggung Angkasa.

"Orang tua gw mau cerai." Ucap Angkasa masih dalam dekapan Jihan

Jihan terkejut mendengarnya.

"Mereka pasti punya alasan."

Angkasa melepakan pelukannya dan menatap Jihan.

"Dan gak mikirin perasan gw ?"

"Kadang, apa yang menurut lo buruk belum tentu buruk. Dan apa yang menurut lo baik belum tentu itu baik. Mungkin, itu adalah salah satu cara agar mereka sama sama bahagia. Gw yakin keputusan apapun yang telah mereka ambil, tentu memikirkan masa depan lo juga. Memangnya lo mau mereka bareng bareng tapi gak sama sama bahagia ?" Tanya Jihan menatap balik Angkasa

Angkasa menggelengkan kepalanya.

"Apapun keputusan mereka, lo harus dukung keduanya. Kalau memang bisa dibicarain baik baik kenapa enggak ? Mungkin bisa diperbaiki permasalahannya. Tapi kalau emang keputusannya buat cerai, yaudah tetep dukung mereka. Dan lo, jangan pernah nyalahin keadaan Ang. Ini emang udah jalan dan takdirnya. Kejadian ini jadiin pelajaran buat lo kedepannya. Kalau lo butuh gw, gw siap jadi tempat keluh kesah lo. Jangan sungkan. Walaupun diluar lo keliatan benci gw, tapi gw percaya kalo lo gak se jahat itu." Ucap Jihan diakhiri senyuman tulus untuk Angkasa

"Makasih Ji. Udah jam 11 malem, gw balik dulu. Lo masuk kedalem, terus istirahat. Besok jangan sampe telat, dan pulang sekolah temuin gw di perpus kita belajar disana." Ucap Angkasa

Jihan terkejut dengan ucapan Angkasa yang mengandung kalimat perhatian untuknya.

"Iya siap captain !" Ucap Jihan sembari memberi hormat pada Angkasa

Angkasa terkekeh melihat yang Jihan lakukan.

"Kalo ketawa gitu kan gantengnya jadi nambah berkali kali lipat." Goda Jihan

"Gw udah ganteng dari dulu."

"Emang. Makanya gw suka." Ucap Jihan terlampau jujur

"Udah sana masuk. Jangan lupa sholat !" Ucap Angkasa memperingati

"Iya siap calon imam." Ucap Jihan diakhiri kekehan membuat Angkasa tersenyum

















🌻

ANGKASA ✔Where stories live. Discover now