20 - About Now

1.7K 365 20
                                    

Felix mengerutkan dahinya. Ia merasakan ada cahaya silau yang menusuk matanya. Felix perlahan membuka matanya. Ia melihat dirinya ada di ruangan bercat putih, dan ia mencium aroma khas obat-obatan.

"Oh Felix? Sudah sadar? Bagaimana perasaanmu?" Felix menoleh dan mendapati kedua kembaran dari sahabatnya yang menemaninya. Felix mendudukan dirinya dan menyadari bahwa ia ada di IGD.

"Dimana Ayis sama Esa?" tanya Felix. "Ayis lagi di toilet, Esa lagi ketemu dokter kamu" kata Lia. Tidak lama kemudian, Esa masuk ke IGD. "Felix? Udah sadar?" tanya Esa dengan senyuman sendu.

Felix diam-diam berterima kasih sama Esa yang mau menemui dokternya hanya sendiri, sehingga rahasianya sampai saat ini masih aman.

"Udah Sa. Feel better. Thanks for all of you" kata Felix dengan tulus. "Temen Haris Esa juga temen kita Lix. Jadi, jangan sungkan minta bantuan" kata Anja dengan senyumannya.

"Guys, ini urgent. Cek hp kalian" kata Haris yang tiba-tiba heboh setelah keluar dari kamar mandi. Felix menurut dan segera mengecek handphone nya. "WHAT? KA INO KECELAKAAN?!" seru Felix.

Lia yang berada disamping Felix terkejut mendengarnya. Gadis itu menunduk diam sambil menitikkan air matanya. "Ka Lia" lirih Esa pelan sambil memeluk kembarannya itu. "Ayo kita ke rumah sakit. Ka Ino butuh kita" kata Haris.

Esa, Felix, Anja dan Lia mengangguk. Dalam perjalanan itu, mulut mereka tidak berhenti untuk terus berdoa. Walaupun Esa memiliki kepercayaan berbeda dengan keempatnya, Esa tetap ikut berdoa menurut kepercayaannya.

Doa mereka satu, yaitu berharap agar Kirino dapat bertahan dan kembali kepada mereka.

¤¤¤

Semua anak Eska mendadak lemas ketika mendengar penjelasan dokter.
Luka yang Kirino rasakan saat ini, sama dengan yang dirasakan orang yang melempar dirinya dari lantai atas.

"Pasien saat ini berada dalam tahap coma. Pasien akan berada di ruang ICU sampai keadaan pasien stabil" kata dokter. "Tapi, apakah Kirino bisa sembuh dok?" tanya Bayu.

Bayu dimandatkan oleh mama Kirino menjadi penggantinya sementara. Karena mama Kirino harus pulang ke rumahnya untuk berganti pakaian dan menghubungi papa Kirino.

"Kami akan berusaha semampu kami. Saya percaya, Kirino akan sembuh, dan kalian bisa bersama lagi" kata dokter tersebut. Dokter itu pun membungkuk kemudian pergi dari ruang ICU.

"Esa, Lia" panggil seseorang. Mereka menengok dan mendapati Tara disana yang masih mengenakan baju biru khas operasi. "Kakakkk hiks" tangis Esa dan Lia pecah saat mereka memeluk Tara.

"Kakak, ka Ino bisa sembuh kan? Ka Ino bisa sadar kan ka?" tanya Esa dengan sesenggukan. Tara mengelus rambut kedua adiknya itu sambil tersenyum sendu.

"Kami sempat kehilangan detak jantung Kirino saat operasi tadi. Untungnya, hanya sepersekian detik, kami kembali mendapatkan detak jantungnya" kata Tara.

Semua yang berada di dalam ruangan itu menahan nafasnya ketika Tara menceritakan apa yang terjadi di dalam ruangan operasi tadi.

"Kirino mungkin saat ini coma, tapi percayalah, fungsi inderanya, khususnya telinganya masih aktif. Jadi, kalian bisa menyemangatinya terus, supaya Kirino cepat bangun dan kembali lagi bersama kalian" kata Tara.

Aji yang kebetulan berada di samping Kirino segera menyelimuti tubuh Kirino sampai sebatas dada. "Ka, cepet bangun ya. Karna lo, gue bisa belajar gimana caranya mengatasi rasa trauma gue. Lo harus bangun ka" kata Aji pelan.

"No, lu janji mau traktir kita phd. Lo udah janji sama mama lo untuk foto bareng dia pake toga. Lo dah janjian sama temen-temen lo untuk pake toga bareng. So, you should get up as soon as possible No" kata Bayu.

STEP OUT ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora