04 - What's Wrong?

1K 216 8
                                    

Ingat kisah Jinendra dengan Cheryll? Ya, seperti yang sudah kita tau, Jinendra atau yang kerap disapa Aji ini kisah cintanya memang sedikit lebih mulus jika di bandingkan dengan teman-teman Eska yang lain. Dan terakhir kali membahas mereka, itu saat mereka berdua baru saja jadian. Kira-kira, gimana kabar hubungan mereka sekarang?

"Mba baksos lagi apa? Hehe. " sapa Aji via telfon, menyapa gadisnya di seberang sana. Sapaan Aji membuat si gadis terkekeh, sudah hampir satu tahun mereka menjalin hubungan tapi Aji masih betah memanggilnya dengan sebutan khusus itu.

"Baru aja abis makan, Ji. Kamu udah makan? "

"Belum nih, aku baru aja nyampe markas, masih cape abis kuliah. " kata Aji. Sekarang ini dirinya sedang bersandar di balkon lantai dua markas. Sambil menikmati angin yang dengan lancangnya meniup rambut panjang cowok itu.

"Abis istirahat segera makan ya Ji. "

Aji tersenyum, kemudian reflek mengangguk walaupun Cheryll tidak mungkin bisa melihatnya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa hidup Aji terasa lebih berwarna sejak mengenal gadis itu. Dulu mana ada yang ngingetin dia buat makan tepat waktu? Dia bahkan sampai lupa waktu makan karena dirinya sendiri sangat sibuk, ditambah pula tidak ada yang mengingatkan. Sebenarnya ada Bang Eja, namun abangnya itu sibuk sendiri dengan kegiatannya, dan justru hampir tidak mempunyai waktu luang untuk sekedar mengingatkan Aji untuk makan atau memperhatikan adiknya itu.

Ingat sebuah fakta bahwa Bunda Aji telah tiada? Semenjak ditinggalkan oleh mendiang sang Bunda, Aji memang tampak murung. Aji kecil adalah sosok pendiam yang menutup diri, beruntung masih ada kakak dan ayahnya yang berhasil menyelamatkan Aji dari keterpurukan, dan juga Eska yang memiliki peran penting dalam hidup Aji, ditambah lagi sekarang dia memiliki sosok kekasih seperti Cheryll. Oleh karenanya, Aji sangat bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang baik.

"Aji? Halooo? "

Suara Cheryll di seberang sana membuyarkan lamunan Aji, membuat cowok itu mengerjapkan matanya kaget sebelum kemudian tersenyum canggung sambil mengusap tengkuknya.

"Cheryll, makasih banyak ya. " ucapnya. Membuat Cheryll di seberang sana terheran-heran karena Aji tiba-tiba berterimakasih.

"Buat? "

"Buat selalu ngingetin aku makan, makasih juga udah hadir di hidup aku. Mungkin kedengeran cheesy, tapi emang se bersyukur itu aku kenal kamu. " kata Aji tulus.

"Kalo kamu se bersyukur itu, aku lebih bersyukur lagi, Ji. Bersyukur udah di pertemukan dengan orang seperti kamu. "

Aji tersenyum, perasaannya menghangat setelah mendengar kalimat Cheryll.

"Gimana nih, tambah sayang banget keknya gue sama mba baksos. " ucap Aji, membuat mereka tertawa bersama mendengar kalimat keju yang keluar dari mulut cowok itu.

"Udah dulu ya Ji? Aku mau nemenin Cheryn belanja nih. " ucap Cheryll

"Oke, dilanjut nanti ya? Salam buat Cheryn. "

"Oke Aji, aku tutup ya! "

"Iya. Hati-hati ya! "

Dan sambungan itu ditutup oleh Cheryll, setelah sebelumnya gadis itu menggumamkan kalimat terimakasih karena Aji sudah memperingatkannya untuk berhati-hati. Sedangkan Aji masih tersenyum, cowok itu selalu tersenyum jika baru saja mengakhiri obrolan dengan Cheryll. Entahlah, sepertinya memang Cheryll adalah vitamin kebahagiaan bagi Aji.

Baru saja hendak turun ke lantai satu, Aji dikejutkan oleh Calvin yang tiba-tiba membuka pintu lantai dua. Membuat kedua cowok itu berpapasan secara tidak disengaja.

Namun ada yang berbeda, dan Aji sadar itu. Raut muka Calvin terlihat sangat keruh, mata tajam milik cowok berahang tegas itu berkilat-kilat marah walaupun Calvin berusaha untuk tidak menunjukkannya.

Melihat Calvin seperti itu membuat Aji mengurungkan niatnya untuk turun, cowok itu perlahan mendekati Calvin yang sekarang sedang duduk bersandar sambil memejamkan mata. Terdengar helaan nafas berat yang keluar dari mulutnya, berkali-kali.

"Bang Cal? Kenapa? " tanya Aji

Yang dipanggil menoleh dan nampak terkejut. Bahkan dia tidak sadar dengan keberadaan Aji disana.

"Hah? Gue kenapa? Gapapa. " kilah Calvin, kemudian cowok itu kembali memejamkan matanya.

"Lo kenapa? Gue tau kalo lo-" "Ji, gue lagi pengen sendiri. Lo turun ke bawah aja bisa? " sahut Calvin cepat, menimpali Aji yang bahkan belum selesai mengucapkan kalimatnya.

Aji segera mengatupkan bibirnya, kemudian mengangguk. Sepertinya memang Calvin sedang ingin sendiri saat ini.

"Yaudah, gue turun. "

Tidak ada jawaban dari Calvin, membuat Aji menghela nafas pelan. Cowok itu kemudian menuruti permintaan Calvin untuk turun, karena tadi pun dia hendak turun sebelum menemui Calvin yang terlihat kacau.

"Lo punya temen, kali aja lo lupa. " kata Aji penuh penekanan, sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu. Meninggalkan Calvin yang sedang merutuki dirinya sendiri, menyesali sikapnya yang belum bisa mengizinkan orang lain untuk masuk membantunya.

Calvin pusing sekarang.

※※※

"Abis dari mana Ji? " celetuk Bayu ketika melihat Aji menuruni tangga.

"Ngaso di balkon, Bang. " sahut Aji menghampiri Bayu yang sedang duduk di sofa bersama Jusuf dan Mahesa.

"Lo liat Calvin? " tanya Bayu, membuat Aji mengangguk. Namun ada gelagat aneh diantara mereka ketika Bayu menyebutkan nama Calvin, membuat Aji mengernyitkan alis heran.

"Iya, dia kenapa? "

Bayu menghela nafas, disebelahnya ada Jusuf yang enggan berbicara dan terlihat muram. Ini kenapa?

"Tadi Jusuf kena semprot bang Ical. " cicit Jusuf di tengah keheningan mereka, Aji seketika menoleh, ingin mendengarkan lebih lanjut cerita Jusuf.

"Padahal Jusuf cuma ngingetin dia buat ngerjain skripsi, eh malah di semprot abis-abisan sama dia. Katanya gausah peduliin dia, gausah ngingetin, dia bisa sendiri tanpa Jusuf ingetin. " kata Jusuf dengan bibir yang mencebik sedih. Bayu yang diberada di sampingnya mengelus pelan rambut cowok itu, berusaha menenangkan.

"Dia lagi ada masalah? Skripsi? " tanya Aji.

"Gue yakin sih bukan masalah skripsi doang. " sahut Mahesa.

"Pasti ada alasannya dia kaya gitu, dan mungkin sekarang dia lagi butuh waktu sendiri. Kita tunggu aja, biarin dia tenang dulu. " kata Bayu menengahi, kemudian dibalas dengan anggukan setuju oleh yang lain.

"Udah suf, jangan sedih. Niat lo udah bagus kok ngingetin bang Ical. " kata Mahesa, cowok itu mengusak rambut Jusuf pelan.

"Jusuf cuma pengen dia tau kalo bang Ical punya kita. "

"Iya, Calvin pasti tau itu. Tapi disaat tertentu kita juga pengen sendiri dulu kan buat berpikir lagi? Jadi, kita biarin Calvin merenung dulu. Nanti juga pasti cerita ke kita kok. " ucap Bayu. Meskipun begitu, dia yang paling kepikiran saat ini.

Aneh, kira-kira Calvin kenapa?

































Calvin kenapa tuh

Btw maaf ya kita jarang update :(
Tapi tetep diusahain buat update kok, semoga ada yang nunggu hehe.
See you di chapter selanjutnya 💕

STEP OUT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang