Chapter 47 || Confession

2.7K 351 27
                                    

🌻Happy Reading🌻
.
.


Naruto menyelimuti Sasuke yang tertidur, puas menangis dan meluapkan semua kesedihan yang menyesakkan dada akhirnya pria itu lelah juga.

Cup

Sebelum keluar, Naruto mengecup kening Sasuke lama. Ia akan membiarkan kekasihnya itu beristirahat tanpa ada gangguan.

Cklekk

Pintu kamar terbuka dan sejurus kemudian tertutup lagi. Mata Naruto menangkap jika Sakura dan ayahnya Sasuke duduk di kursi tunggu depan ruangan.

"Bagaimana keadaan Sasuke?" Sakura bertanya cemas. Kecemasan juga terlihat di wajah tua Fugaku saat dengan sengaja Naruto menilik ekspresinya.

"Baik. Saat ini dia sedang beristirahat," jawab Naruto.

"Syukurlah..." Sakura mengusap wajahnya lega. Naruto duduk di samping Sakura.

"Dimana Mariya?" tanya perempuan bersurai pendek itu.

"Aku menitipkannya di rumah Sai-san, sahabat Sasuke. Disana juga ada Ino-san dan baby Inojin yang akan menemaninya."

Sakura hanya mengangguk. Ia mengenal Sai dan istrinya karena pernah dikenalkan Sasuke dulu.

Fugaku yang duduk termenung tak bisa berbuat apa-apa. Baik itu untuk anaknya sendiri maupun untuk cucu satu-satunya. Dia sebagai yang lebih tua ternyata tak ada gunanya.
.

"Wah... sepertinya semua orang sedang berkumpul di sini?" Saat ketiga orang yang duduk di kursi diam dengan segala pikirannya, sebuah suara terdengar mengusik.

Naruto yang merasa tak asing dengan suara tersebut segera bangkit dari duduknya. Tangannya langsung mengepal saat mengetahui jika orang itu adalah benar seperti dugaannya, dia Hiashi.

Sakura dan Fugaku juga turut berdiri. Sekarang mereka bertiga berhadapan dengan Hiashi seorang diri.

"Anda mau apa lagi?" Tanya Naruto tanpa basa-basi.

"Mauku masih sama, yaitu pertanggungjawaban Uchiha itu kepada putriku," jawab Hiashi santai.

Fugaku yang tidak mengerti apa yang tengah dibicarakan, mulai mempertanyakannya. "Uchiha mana yang kau maksud? Saya juga Uchiha," kata Fugaku.

Hiashi memandang Fugaku lamat, kemudian pria tua itu tersenyum. "Kau ayah dari Uchiha Sasuke?" tanya Hiashi.

"Hn. Uchiha Fugaku," balas Fugaku datar. Tak ada jabat tangan dalam perkenalan mereka.

Hiashi mengangguk-anggukkan kepala. Ia pernah dengar nama Uchiha Fugaku sebagai salah seorang pengusaha sukses di Jepang, tapi baru kali ini bertemu langsung.

"Syukurlah kau ada di sini, sebagai sesama orang tua aku hanya ingin kau menasehati putramu itu untuk tidak lari dari tanggungjawabnya?"

Kening Fugaku berkerut. Ia masih belum mengerti. Tanggung jawab seperti apa yang diminta oleh pria sebayanya ini. Kemudian, ia menoleh ke arah Naruto, meminta penjelasan.

Mau tak mau Naruto harus menjelaskan. Ia mengatakan semuanya pada ayah sang kekasih. Mulai dari Sasuke yang kecelakaan bersama Hinata sampai bagaimana keadaan Hinata yang merupakan putri Hiashi itu saat ini.

Fugaku akhirnya mengerti. Namun ada satu hal yang belum dimengertinya, kenapa tanggungjawab itu harus dilimpahkan kepada putranya. Bukankah itu kecelakaan? Sasuke tidak menabrak Hinata secara langsung, lalu kenapa harus Sasuke yang bertanggungjawab. Ini aneh.

"Anak kita sama-sama mengalami kecelakaan. Mereka sama-sama terluka. Lalu apa yang membuatmu berpikiran bahwa putraku lah yang harus bertanggungjawab atas kondisi putrimu saat ini. Bukankah itu musibah? Tak ada yang bisa disalahkan!" jelas Fugaku.

The SunFlower (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang