2.09

556 37 9
                                    

"Sshhhh, Mew bangun" Gulf merintih menahan sakit disekujur tubuhnya sambil menggoyang-goyangkan lengan Mew yang masih terlelap memeluknya dari belakang.

"Jam berapa sekarang?" tanya Mew dengan suara serak khas bangun tidur.

"Nggak usah nanya jam berapa, sana mandi terus sekalian antar Emma kesekolah" kata Gulf dengan kesal

Mew tersenyum lebar sambil mengeratkan pelukannya membuat Gulf menahan diri agar tidak menendang bokong Mew dari ranjang. Tidak dipungkiri hati Mew penuh kehangatan saat ini karena ia tidak lagi bangun dengan kehampaan, istrinya sudah pulang.

"Yes wifey" kata Mew mencium pipi Gulf lalu bergegas masuk kedalam kamar mandi sedangkan Gulf kembali memejamkan matanya.

Selesai mandi dan memakai setelan jas kerjanya, Mew duduk ditepi ranjang menulis sesuatu dikertas note lalu menempelkannya dikening Gulf menggunakan bibirnya.

"Dady mana Papi?" tanya Emma

"Ah Papi kecapean, semalem Papi pulang malem banget" kata Mew

"Jadi siapa yang nganter Emma sekolah?"

"Dady tentu saja, ayo"

Mata Emma berbinar menyambut uluran tangan Mew, setelah sekian lama akhirnya dady-nya kembali mengantarnya kesekolah karena Emma tidak mau lagi diantar Hiter yang selalu minta dijajanin sosis bakar. ongkos katanya.

Keduanya berangkat bersam, Emma tidak berhneti bercerita tentang kesehariannya disekolah sampai tiba-tiba Emma bertanya.

"Dady nggak akan mukul Papi lagi kan?"

Mew tersenyum lembut meski tatapan matanya menyiratkan ribuan sesal, "nggak akan" jawabnya

Mobil berhenti didepan gerbang sekolah Emma, Mew menghadapkan dirinya kearah putrinya lalu mengangkat jari kelingkingnya yang langsung disambut oleh kelingking mungin milik Emma.

"Janji kalau Emma dan Dady akan selalu menjaga Papi, tidak membuatnya sedih atau menangis, tidak akan meninggalkan Papi dan menjauhkan Papi dari orang-orang jahat yang berniat melukai Papi" ucapnya bersamaan.

Emma tersenyum lebar lalu pamit dan keluar dari mobil setelah mencium kedua pipi dady-nya.

**
"Besok aku harus pergi ke New York buat meeting" kata Mew

Mew dan Gulf duduk diantara Emma yang sedang meminum susu pink kesukaannya sambil menonton kartun ditelevisi dan mendadak perasaan Gulf gelisah saat mendengar ucapan Mew.

"Harus pergi banget ya?" tanyanya

"Heum, aku udah skip banyak meeting buat nyari kamu jadi aku harus hadir kali ini" kata Mew

Gulf menundukkan kepalanya dengan lesu, Ia juga tidak mengerti perasaan apa itu yang jelas berat untuk melepas Mew pergi meskipun bukan kali pertama dirinya ditinggal pergi karena pekerjaan Mew.

Mew mengangkat dagu Gulf dan menatap matanya dalam "semuanya akan baik-baik aja" kata Mew

"Tapi..." Gulf menggantung kalimatnya

"Percaya padaku, bukankah kita udah janji buat saling percaya?"

Gulf mengangguk pelan mengeratkan genggaman tangannya dijari Mew berharap rasa gelisah itu hanya kebetulan saja.

Pagi menjelang lebih cepat dari biasanya, ya setidaknya itu yang Gulf rasakan setelah semalaman tidak bisa terlelap. Perasaannya benar-benar tidak bisa diabaikan, dirinya takut tapi entah kenapa.

"Aku pergi dulu" kata Mew menatap Gulf

Gulf menganggukkan kepalanya masih dengan gestur terpaksa bahkan ia tidak mengatakan apapun sejak semalam setelah Mew berkata akan pergi untuk mengikuti meeting di New York.

"Aku pastikan pulang secepat mungkin, tolong jangan buat aku berat untuk pergi" kata Mew mengelus pipi Gulf lembut

Gulf memejamkan matanya sejenak "hati-hati" katanya

"Dan pulanglah dengan utuh" lanjut Gulf

Mew tersenyum lalu mengecup bibir Gulf singkat dan mencium keningnya lama serta dalam.

"Dady!"

Mew sedikit menjauh dari posisi berdirinya yang semula lalu menyambut Emma yang merentangkan kedua tangannya meminta diangkat.

"Jagain Emma" kata Mew

"Emma yang akan jagain Papi" kata bocah itu sambil menglembungkan pipinya

"Baiklah, Emma jagain Papi buat Dady oke?"

"Siap Pak" kata Emma memberikan gestur hormat pada Mew

Setelah mencium pipinya, Mew menyerahkan Emma kedekapan Gulf lalu berjalan menuju mobilnya yang sudah siap berangkat.

Setelah mobil Mew tidak terlihat lagi, Emma meminta ijin untuk bermain dengan teman-temannya yang sudah menunggu didepan gerbang.

"Hati-hati dan jangan pulang malam" kata Gulf

Emma mengangguk lalu mencium pipi Gulf dan berlari pergi menghampiri teman-temannya. Setelah itu Gulf bergegas memasuki rumahnya dan berpikir untuk menyibukkan diri agar rasa gelisah itu sedikit mereda.

Semua rumah sudah bersih tapi nyatanya Gulf masih saja merasa khawatir, apa itu sebenarnya? Gulf melirik jam yang menunjukkan pukul lima sore, Gulf mengira bahwa mungkin perasaan ini karena Emma belum juga pulang jadi Gulf duduk disofa menunggu putrinya pulang sambil menonton televisi.

Siaran berita sore terpampang dilayar kaca;

"Selamat sore permisa, saya baru saja mendapatkan berita terbaru yang menyebutkan bahwa beberapa menit yang lalu pesawat tujuan NewYork meledak ditengah lautan. Mari kita simak kelanjutannya melalui rekan saya yang berada dilokasi kejadian saat ini"

Gulf mematung, bulu ditubuhnya meremang. Ia mengeluarkan handphone dan berusaha menghubungi Mew sambil meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu pesawat yang berbeda.

Handphone Mew berada diluar jangkauan sedangkan siaran berita sudah beralih presenter;

"Baik. Terimakasih, permisa saat ini saya berada didekat area yang menjadi tempat meledaknya sebuah pesawat tujuan NewYork. Untuk saat ini semua penumpang dinyatakan korban sementara para pemadam kebakaran masih mencoba meredam api ditengah lautan tersebut. Dan inilah nama-nama penumpang didalam pesawat;..."

Gulf berdiri lalu membaca nama-nama yang terpampang dilayar televisi dengan perasaan was-was dan sampai pada satu nama Mew Mahes Agatta berada diurutan tengah.

Prangg!!!

Handphone Gulf lolos dan jatuh mengenai lantai, kaki Gulf lemas sampai membuatnya terkulai diatas sofa. Matanya memanas sambil kepalan tangannya memukul dada dengan keras berharap sesuatu yang menghimpit disana segera mereda, begitu sesak sampai Gulf lupa caranya bernapas.

Apakah itu jawaban dari perasaan gelisah Gulf? tapi kenapa? Akhirnya air mata Gulf mengalir bahkan Gulf meraung keras menolak percaya pada apa yang terjadi. Kenapa seperti ini? tanyanya disela-sela tangisnya.

Dunianya seolah runtuh, hatinya hancur berkeping sedangkan Ia masih memukuli dadanya agar berhenti menyesakkan seluruh hatinya. Sekitarnya mendadak sunyi bahkan ia tidak lagi bisa mendengar helaan napasnya sendiri dan seketika semuanya gelap.

~Fin~
Start; 20200422
Finish;20200512
💛

~Fin~Start; 20200422Finish;20200512💛

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Love Is LoveWo Geschichten leben. Entdecke jetzt