Langit Malam - Part 5

35.5K 1.8K 115
                                    

Reza masih terlelap, sementara Bulan sudah di dapur menyiapkan untuk sarapan mereka. Bumi sedang asyik di depan televisi, dia terus berceloteh tentang binatang-binatang yang dilihatnya di televisi. Melihat pemandangan itu membuat Bulan ikut tersenyum.

"Bun ..." Bumi bergelayut pada Bulan yang ingin membangunkan Reza.

"Apa nak?" Kata Bulan sambil mengangkat tubuh Bumi dalam gendongannya.

"Mau es kim." Ucapnya.

Bulan tertawa. "Ini kan masih pagi. Nanti siang ya. Sekarang kita bangunin Ayah dulu."

Bumi tidak merengek seperti anak kebanyakan jika kemauannya dilarang. Wajah mungil itu mengangguk mengerti dengan janji ibunya. Karena selama ini Bulan selalu menepati perkataannya. "Ayah bobo ya, Bun?" Tanyanya lagi.

"Iya, semalem Ayah habis lembur, jadi sekarang masih bobo."

Reza masih berbaring. Untungnya dia sudah memakai bajunya yang semalam berhamburan. Bumi meminta turun dan langsung berlari dan menaiki tempat tidur. Posisi Reza yang sedang tengkurap, langsung diduduki oleh Bumi.

"Ayaahhhh ... Main kuda-kudaan ...." Pinta Bumi dengan bersorak.

Wajah Reza yang masih setengah kantuk langsung terbuka lebar. Dia masih terdiam sejenak, menikmati pagi yang indah bersama istri dan anaknya. Melihat wajah Bulan yang tersenyum dan juga Bumi yang penuh tawa membuatnya merasa menjadi laki-laki paling beruntung.

"Ayahhhhh ...." Bumi kembali memanggil Reza.

"Ayah masih capek sayang. Main sama Bunda dulu ya." Bulan ingin menarik tangan Bumi agar segera bangun. Tanpa aba-aba Reza berbalik dan memeluk tubuh Bumi lalu mengelitik tubuh anaknya, hingga tawa tak henti-henti terdengar dari bibir mungilnya. Sudah puas membuat anaknya tertawa, Reza menciumi wajah tampan Bumi dengan gemas.

Bulan yang terduduk di pinggir ranjang ikut menyaksikan momen tersebut. Momen yang selalu mereka lewati saat akhir pekan seperti ini. Kalau sudah libur, Reza selalu menghabiskan waktu hanya bersama dengan keluarganya.

Diam-diam Reza dan Bumi berbisik. Lalu tak lama mereka berkomplot untuk menarik tubuh Bulan dan mengelitiknya. Bulan tidak bisa lari, pelukan tubuh Reza membuatnya terkunci. Sementara Bumi puas mengusili dirinya.

"Ampun... Bunda nyerah... Bunda kalah." Kata Bulan saat perutnya terasa keram karena terus tertawa.

"Minta es kim dulu, Bunda..." Bumi memberi penawaran.

"Cium dulu, Bunda..." Reza menujuk bibirnya.

Wajah Bulan merona. Selama ini dia tidak pernah menunjukkan kemesraan mereka di depan Bumi. Pelan, Bulan menggeleng. Tapi Reza tidak mau mengerti, meski Bulan menolak. Reza mengecupnya bibirnya. Lalu diikuti Bumi yang mencium pipinya.

"Ayo kita sarapan. Baru nanti makan es krim." Reza menggendong Bumi dan meninggalkan Bulan yang masih kaget.

***

Bulan membuka ponselnya setelah terdengar ada nada pesan masuk.

Bintang : "Aku ingin bertemu dengan kamu. Aku tunggu di hotel."

Bintang meminta sesuatu yang tidak mungkin baginya. Reza libur, tidak mungkin dia bisa menemui Bintang.

Bulan : "Hari ini dan besok suamiku libur. Aku tidak bisa meninggalkannya."

Bulan masih mengingat dengan jelas, ketika Bintang tidak mau mendengar nama Reza sehingga membuatnya menggunakan kata suami.

Bintang : "Bolehkah aku membawa kamu lari?"

Bulan tersenyum miris membaca pesan itu. Dalam hati dia berteriak, ingin mengiyakan permintaan Bintang. Hidup bersama orang yang dicintai pasti terasa sangat bahagia.

Bulan : "Aku pun ingin lari bersama kamu. Tanpa kamu mengatakannya."

Bintang : "Hari senin, aku harap kamu akan menemui janjimu untuk datang kepadaku."

Bulan tidak membalas lagi pesan dari Bintang. Dengan segala cara, dia akan menemui Bintang. Hanya dengan melihat laki-laki itu rasanya dunia yang dia miliki kembali berputar. Bulan langsung menghapus pesan yang dikirimkan Bintang. Senyumnya merekah, setelah bertahun-tahun dia hanya berpura-pura bahagia. Sekarang dia tahu caranya untuk tersenyum kembali. Karena kini ada Bintang yang juga mendamba dan mencintainya sepenuh hati.

***

Langit MalamWhere stories live. Discover now