✿ rumahku, kamu

190 24 4
                                    

"Jangan marah lagi."

Gama mengangguk dengan dagu yang masih menempel di puncuk kepala Nala. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih lima belas menit untuk menangis, Gama membawa Nala untuk dia peluk ke ranjangnya.

Laki-laki itu masih setia mengusap punggung Nala. Nala semakin menenggelamkan di dada Gama yang hangat. "Gama," panggilnya lirih.

"Hm?" Gama melarikan jarinya ke sisi wajah Nala, membawanya didepan hadapannya.

Nala menatap Gama lekat. Perempuan itu berpikir sebentar, kemudian menggelengkan kepalanya samar. "Enggak jadi," tukasnya membuat Gama mengerutkan keningnya.

"What was it, kamu bikin aku penasaran." Gama merasakan tangan Nara di balik tubuhnya mengerat.

"Nggak mau, kamu lagi banyak pikiran," ujar Nara dengan suara yang tidak jelas karena wajahnya terbenam di dada Gama. "Kamu dapet libur berapa minggu, Gam?" tanya Nala akhirnya.

Gama bergumam, "Hm, 8 days off."

Wajah Nala terangkat. "Serius?" ujarnya tidak percaya. Gama mengangguk. "Cepet banget? Kamu baru aja tour sebulan lho Gam! Masa kamu..." Nala menghentikan ucapannya ketika Gama tersenyum.

"I know, this is your passion. This is your life, music is where your home is. Tapi apa nggak terlalu cepet?" Nala meringis. "At least, two weeks!" tambahnya.

Gama terkekeh. "Aku nggak masalah berapa lama cuti aku, yang penting aku masih bisa ketemu kamu."

"And you already spent your two days off without me knowing it! You got six days off left." Nala menekuk bibirnya, menatap Gama sambil menyipit.

"Aku ngambil pengobatan," kata Gama.

Nala mengerjap. Gadis itu menelan ludahnya. Membasahi bibirnya yang kering. "Well done, terus?"

Gama menggeleng. "I tried, but it seems like it will be taking more times than i've expected," balas Gama. "I just wondering if you---"

Nala berdecak seraya menutup mulut Gama dengan tangan kirinya yang bebas. Perempuan itu menggeleng. "I won't. I will never ever leave you. No matter how long it takes to make yourself better."

Nala mengusap pipi Gama dengan dua tangannya. Gama menutup matanya, merasakan kehangatan permukaan tangan Nala. "Aku tau. Hasil terapi pertama bikin aku kacau. Makanya aku berusaha buat nggak ketemu kamu," jelas Gama.

Nala mengangguk paham. "Aku tau, aku cuman mau memastikan kamu. Tell me everything, dan aku bakal tenang di sini nunggu kamu. Kamu tau kan? Aku udah janji untuk jagain kamu terus?" sudut bibir Nala terangkat.

Gama menatap lekat mata Nala. Mata Nala itu berwarna hazel. Jernih, dan terlihat indah kalaupun Gama menelisiknya lebih intens. Hembusan nafasnya terasa hingga pipi Nala.

"May i?" bisik Gama. Nala mengangguk.

Mendapat lampu hijau dari Nala, Gama memajukan bibirnya. Menempel kepada bibir halus dan merah milik Nala. Nala memejamkan matanya.

Setelah sebulan menunggu, penantiannya terbayar. Begitu pula Gama. Jauh dilubuk hati laki-laki itu, sekeras apapun Gama mencoba menjauh supaya Nala tidak tersakiti atas ketidakstabilan emosinya, Gama tetap berbalik kepada Nala. Karena Nala adalah rumahnya. Selalu menjadi seperti itu.

Pikiran Gama semakin mengabur ketika tangan lentik Nala berada di tengkuknya, menarik rambut lebat hitamnya. Gama menarik wajahnya dari wajah Nala. Kemudian memberikan kecupan hangat dan lama di kening perempuan itu.

"Netflix and chill, shall we?" tanya Gama, Nala mengangguk.

• • •

[ ii ] pilu membiru, xiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang