✿ jangan

137 24 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

"Kenapa bisa gini?" adalah pertanyaan yang Nala ujarkan begitu memasuki studio. 

Dengan penampilan Gama yang tertidur di sofa dan membawa entah minuman apa, sedangkan Iyan menatap Nala ragu.

"Nggak tau dia tiba-tiba ngajakin gue nge gym, terus habis selesai dianya ngajakin minum," jelas Iyan. "Kata gue kan masih sore, lah dia maksa. Udah gue tahan tahan, tetep ngga mau. Yaudah, teler deh."

Nala menatap Gama cemas. Hanya bualan yang keluar dari mulut Gama. "Gama, bangun yuk," ujar Nala mencoel lengan Nala.

Mata Gama yang tadinya tertutup sedikit membuka. "Nala? kamu?" Gama menatap Nala lalu menarik Nala hingga jatuh kepelukannya. Dan berakhir Nala yang berada di atas Gama.

"Gama! Lepas dulu," sentak Nala. Atas dasar rasa malu karena Iyan masih memperhatikan.

"Nggak mau, nggak mau ngelepas kamu," gumam Gama menyusupkan kepalanya di bahu hangat Nala.

"Daritadi dia ngomongin apa Yan? Yang aneh-aneh nggak?" tanya Nala berusaha melepas pelukan Gama.

Iyan menipiskan bibir. "Ehm apasih gue nggak merhatiin banget karena iya iya aja, ngalur ngidul lah ngomongnya. Lo lagi berantem sama dia?"

Alis Nala bertaut, dan dahinya berkerut. Memang betul tadi Gama tidak ingin melepasnya pergi tanpa kejelasan, tetapi alih-alih, Gama tetap mau walau akhirnya ambruk juga.

Nala dengan posisi anehnya menatap Iyan dari sofa. "Enggak, cuman tadi gue pergi ninggalin dia, ada urusan. Kayaknya Gama nggak rela tapi maksain, secara gue juga nggak menjelaskan urusan itu apa," lirih Nala.

"Kalo gitu selesaiin gih, gue cabut dulu." Iyan mengambil barang-barangnya. "Loh, udahan?" Iyan mengangguk.

"Dijaga Gama nya."

Nala tersenyum seraya mengangguk begitu Iyan keluar dari studio.

"Gama lepas," rengek Nala. "Gerah nih, ganti baju dulu sana." Nala mencoba bangun, dan yang ada dia jatuh lagi karena Gama menariknya.

" Nala mencoba bangun, dan yang ada dia jatuh lagi karena Gama menariknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hnggggak," gumam Gama lirih.

Nala tersenyum kecil. Jauh di lubuk hatinya dia lega, karena Gama tidak terlalu marah atas kepergiannya tadi. Yang ada, Gama melampiaskan kekecewaannya dengan hal yang menurutnya kekanakkan.

Nala tersadar deru nafas Gama lebih beratur, dan berhasil keluar dari eratan Gama begitu lengannya terlepas lemah.

Nala menatap Gama dari samping. Dan menyusuri setiap inchi wajah Gama dengan tangan lentiknya. "Makasih, untuk nggak lepas kendali."

...

"Aku tau Papahmu meninggal, karena waktu itu kita juga lagi krisis hubungan, tapi Nalen? For real?" Gama menatap Nala penuh tuntutan.

"Ini kalo makan yang bener." Nala mengusap ujung bibir Gama yang belepotan karena makan dengan cepat-cepat.

"Jawab dulu, kenapa nggak cerita dari dulu?" raut wajah Gama serius, meletakkan sterofoam makanannya di meja. Tangannya meraih tangan Nala yang kecil, menyusupkan jemarinya di sela jemari Nala. Saat ini, bicara dari hati ke hati adalah yang paling diperlukan.

Nala menunduk. "Orang tua menikah lagi itu bukan suatu hal bisa dibanggakan Gam," ujar Nala. "Nggak semua anak bangga orang tuanya menikah lagi, apalagi hasil perselingkuhan."

Gama menatap Nala lekat. Satu tangannya yang bebas Gama gunakan untuk menaikkan dagu Nala. "Aku nggak bilang itu bisa dibanggakan, aku cuman mau kamu cerita apapun ke aku. Dua tahun Nal, hubungan yang nggak cepet. Dari kita remaja yang masih labil, sampe sekarang walaupun masih, seenggaknya kita belajar dewasa. Tanpa kamu cerita hari ini, aku akan terus mikir kalau Nalen itu siapa-siapanya kamu, dan akan terus berpikiran negatif selama kamu nggak cerita."

"Maaf, aku cuman masih kecewa sama Ibu. Nggak cukup Ibu bikin aku sedih sekali, berkali-kali Gam. Aku berusaha menganggap Ibu nggak ada, karena... " Nala menghentikan ucapannya. "Dari semua kekecewaan, aku paling kecewa sama Ibu karena selingkuh, karena itu Papah syok dan meninggal. Padahal Papah satu-satunya orang yang suka kalau aku ngelukis."

Gama menatap Nala diam, kemudian berujar, "Yang penting semuanya udah selesai kan? Aku mohon selanjutnya jangan ada rahasia lagi ya?"  Nala mengangguk.

"Maaf, dan makasih."


Maaf karena pernah pergi, dan makasih untuk setia lagi, walau kadang aku nggak berarti.

...

We're almost there, stick around until the last. Sekali lagi terima kasih untuk Xiaojun yang tampan karena itu cerita ini bisa tercipta. Untuk yang terakhir nggak janji kapan, tapi berusaha jadi berkesan. Thank you sm!

-Aya

[ ii ] pilu membiru, xiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang