eins

16.8K 1.2K 182
                                    



-Jimin pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Jimin pov

"Kalian sudah tau nama saya jadi kita tidak perlu melakukan sesi kenalan..

Tapi kamu belum tau nama kami!!

...dan untuk melihat kemampuan dasar kalian, sekarang akan saya berikan 4 soal. Lima orang tercepat yang menyelesaikan dengan benar akan mendapatkan hadiah."

Hah? Baru datang udah dapat soal?

Sebenarnya soal yang disajikan di papan tulis bukanlah soal yang sulit. Hanya soal review tahun kemarin.

Tapi kenapa sudah 15 menit berjalan belum ada yang mengumpulkan? Aku saja bisa dalam 10 menit.

"Jim! Kamu sudah selesai?" tanya Jungkook

Aku hanya menganggukan kepala. "Memangnya kau belum? Kenapa tidak dikumpulkan?"

"Ayo suwit! Yang kalah kumpulin duluan!"

Dan aku menyesal karena telah mengeluarkan gunting.

-Yoongi pov

Setelah 15 menit hanya gumpalan lemak ini yang berani maju ke depan?

"Apa soalnya susah?" tanyaku

Anak itu menggeleng

"Kalau begitu bilang temanmu untuk cepat selesai. Aku tidak suka menunggu." kataku sambil mengembalikan bukunya setelah menuliskan nilai 100.

Apakah aku terdengar menyebalkan?

"Iya pak."

Dia membaca pikiranku? Oh, dia hanya menjawab perintahku

Dia kembali ke tempat duduknya. Dan tersenyum kepada teman sebelahnya. Mungkin karena mendapat nilai 100?

Kalau suaraku dapat membuat terangsang maka senyuman anak itu dapat membuat orang lurus menjadi belok.

Bisakah aku mendapatkan senyuman itu?

-Author pov

"Bagaimana hari pertamamu, Yoongi?" tanya hoseok yang merupakan guru sastra.

"Sampai kapan aku harus berada disini? Deadline dari agensi masih banyak. Aku hanya membuang waktu disini." jawab Yoongi

"Sampai tahun depan! Kau harus menggantikan kakakku. Hanya satu tahun ini. Dan kuharap kau lebih ramah dengan...."

"Mereka semua membosankan."

"Mereka yang kau ajar adalah anak IPA yang ambisius. Coba kau mengajar kelas sebelah! Bahkan kau datang pun mereka masih main gitar diatas meja!"

Obrolan mereka terhenti ketika seorang siswa mengetuk pintu ruang guru dan menyembulkan kepalanya.

"Permisi pak, saya masih tidak mengerti materi yang tadi pagi..."

"Cari saja di brainly ada penjelasannya. Hoseok aku harus pergi sekarang." kata Yoongi sambil membawa tasnya dan memakai topinya.

Jimin hanya menunduk sedih karena diabaikan oleh gurunya. Padahal dia sudah mengumpulkan keberanian untuk bertanya. Sebenarnya satu kelas juga tidak mengerti materi yang dijelaskan setelah diadakan kuis dadakan itu.

Mana ada yang mengerti kalau dijelaskan secepat itu? Jangan sebut itu mengajar tapi sebut itu melakukan rap.

Kira-kira seperti itu ungkapan hati satu kelas yang tak bisa tersampaikan.

"Hey, Park Jimin!! Kau bertanya tentang materi atau mencari perhatian guru?"

Dan Yoongi mendengarnya. Anak gumpalan lemak lucu bernama Park Jimin itu dihina karena dikira mencari perhatian.

"Tentu saja dia mengabaikanmu Park! Dia tidak mau berbicara denganmu yang seperti babi!"

"Irene itu keterlaluan!" tegur Hoseok

Jimin berusaha keras menahan air mata yang akan keluar. Sampai tangan pucat menggenggam tangannya dan menariknya menjauh dari area ruang guru. Yang lebih tua menariknya dan membawa Jimin ke tempat parkiran sekolah. Kemudian mempersilahkan Jimin untuk masuk ke mobilnya.

Yoongi menghela napas, "Kau laki-laki kenapa tidak melawan?"

Dan yang muda malah menangis. Dia tidak bisa menahannya.

"Apa yang dikatakannya benar. Aku memang ba-"

"Kamu lucu."

Semburat merah muncul di wajahnya. Bukan di wajah yang muda melainkan di wajah seorang Min Yoongi. Malah Jimin hampir tidak mendengar perkataan Yoongi yang nyaris berbisik.

"Apa?" tanya Jimin memastikan.

"Lupakan. Akan kuantar pulang dimana rumahmu?"

Jimin memberikan alamatnya. Dan selama perjalanan itu tidak ada yang membuka suara. Bahkan ketika mobil Yoongi sampai dan berhenti di depan halaman rumah Jimin.

"Pak... maaf lancang tapi berapa umurmu?"

"Untuk apa kamu bertanya?"

"Anda terlihat muda untuk ukuran seorang guru."

"Aku 25 tahun. Sekarang sana masuk!"

"O-oh, baiklah. Terimakasih pak tumpangannya."

"Panggil hyung ketika kita hanya berdua. Panggilan 'pak' itu membuatku merasa tua."

'Memangnya kita akan sering berada di situasi 'hanya berdua?! tanya Jimin dalam hatinya.

Math Teacher [Yoonmin] • COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang