8

62 40 2
                                    

Lian meresapi apa saja yang telah di ucapkan oleh Jun saat memberinya latihan menembak di ruangan khususnya. Sambil di arahkannya pistol Air gun miliknya.

"Nah Lian pegang ini, ingat apa yang telah papa ucapkan tadi."
Lian menerima pistol latihan milik Jun-Fan.

"Papa. Ini berat." Kata Lian sambil memegang pistolnya dengan kedua tangannya.

"Kau harus langsung latihan dengan ini Lian. Lagi pula ini tak jauh beda beratnya dengan katana milikmu. Sekarang ayo tembakkan ke arah sasaran itu."

Lian kini memfokuskan pandangannya ke arah sasaran tembaknya dan menembakkan pistolnya sekali dua kali tembakannya masih meleset dan ke tiga kalinya dengan konsentrasi tinggi akhirnya Lian berhasil menembakkan pelurunya tepat di sasarannya meski tak sepenuhnya tepat.

"Bagus Lian. Kau cepat tanggap dengan arahan papa. Ayo lanjutkan."

Lian tersenyum lalu mengangguk dan di lanjutkan lagi aksi menembaknya.
Lian menikmati latihan menembaknya sampai tak sadar sudah hampir 2 jam dia berada di tempat latihannya.

"Cukup Lian, kau boleh melanjutkannya besok, sekarang mari kita makan malam"

"Ah iya papa Lian sangat menikmati latihan ini. Sampai lupa waktu." Lian meletakkan pistolnya di atas meja latihan dan mengikuti langkah Jun-Fan yang sudah berjalan mendahului Lian.

Lian kini menikmati makan malamnya bersama Jun-Fan.
"Perlahan sayang kalau makan, nanti kau akan tersedak." Kata Jun-Fan yang tengah memandangi tingkah putrinya itu.

"Maafkan Lian papa, Lian sangat lapar."

Jun-Fan terkekeh melihat tingkah putrinya itu.

Dan Jingmin yang ada di sebelah Jun-Fan ikut tersenyum senang melihat Jun-Fan tersenyum setelah sekian lamanya ia tak melihat tuannya tersenyum.

"Jingmin.. kau ikut tersenyum?" Tanya Jun-Fan yang memergoki tingkah Jingmin.

"Maaf Bos saya senang melihat Bos bisa tersenyum lagi setelah sekian lama."

"Paman, memangnya papa selama ini tidak pernah tersenyum?" Tanya Lian penasaran.

"Maaf Nona, Bos Jun-Fan tidak pernah tersenyum selama kepergian Nona dari rumah ini."

Lian terdiam mendengar ucapan orang kepercayaan papanya. Lian cukup sedih dengan mengingat kondisi papanya selama ini. Kini Lian tersenyum menatap Jingmin dan Jun-Fan. "Sekarang papa bisa terus tersenyum karena ada Lian di sini."
Jun-Fan ikut tersenyum dengan perkataan Lian. "Sekarang selesaikan makanmu dan istirahatlah segera Lian, papa masih ada urusan yang perlu di lakukan. "
Lian mengangguk paham.

▪▪▪▪

Lian yang kini sedang bersantai di balkon kamarnya melihat satu mobil sport Bugatti Veyron berwarna putih berhenti di depan rumahnya yang menampilkan pria muda tampan yang berjalan masuk ke dalam rumah. Lian yang penasaran kini keluar dari kamar menuju lantai dasar.

Pria itu berhenti di depan tangga saat melihat Lian yang sudah berdiri di depan tangga yang ada di lantai atas.

"Kau siapa?" Tanya Aaron-Fan pada Lian.

Lian menatap Aaron sambil mengerutkan keningnya. "Kau yang siapa?"

"Aku sedang bertanya padamu. Bukankah seharusnya kau jawab pertanyaanku." Aaron yang sudah kesal lalu berjalan ke atas mensejajarkan tubuhya di hadapan Lian.

"A-aku Lian."

"A.., Aaron, kau sudah di rumah rupanya!."  Kata Jun-Fan yang berjalan dari ruang tamu ke arah Lian dan Aaron. Sukses membuat ke dua anak muda itu menatapnya.

"Papa, dia siapa?" Tanya Aaron.

"Papa," kata Lian lirih tak percaya pria yang ada di depannya memanggil Jun-Fan dengan kata papa.

"Ah, kalian sudah saling berkenalan?" Kata Jun-Fan yang kini merangkul keduanya.

"Lian, ini Aaron kakak angkat kamu. Dia yang selama ini menjalankan perusaan papa.dan Aaron, Lian ini adalah anak kandungku jadi dia adalah adik angkatmu. Kau ingatkan saat dulu papa pernah bercerita denganmu kalau papa memiliki anak perempuan."

Aaron hanya diam menatap keduanya.

Aaron hanya diam menatap keduanya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
REVENGE IN LOVEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora