9. Balapan

13.9K 1.1K 190
                                    


Sahabat sejati
Tak menjelekan satu sama lain.
Tapi menjelekan
Orang lain bersama-sama.

-Ata L.B

"Jadi, dia masih belum sadar sama kesalahan nya?,"

Selatan mengangguk, dan vano hanya bersidekap. Pandangannya terlihat malas menatap Alvin dan selatan yang berdiri di sofa---kamarnya. Sedangkan dirinya duduk dipinggiran ranjang. Hanya menyimak apa yang di ucapkan oleh mereka berdua.

Memang, semenjak Alvin kembali tinggal di mansion. Selatan menjadi lebih dekat dengan Alvin, bahkan lebih sering bersamanya. Dibandingkan untuk bersama vano.

Ya sebenernya memang tak apa. Cocok juga, Alvin si heboh, dan selatan si stres. Dua sifat yang sangat hebat bila di satukan. Dan jadinya akan menjadi gak genah.

Seperti sekarang, mereka berdua sedang berkumpul, berbincang di kamarnya. Yang padahal tadi vano berniat ingin tidur, karena hari sudah hampir malam. Tapi karena suara gedoran pintu kamarnya yang cukup kencang, membuat nya mau tak mau harus rela beranjak dari tidurnya untuk membukakan pintu.

Vano yang mengira adalah vana, dan ternyata malah zong. Pandangan nya langsung berubah datar ketika melihat selatan dan Alvin yang berdiri di depan pintunya, disertai dengan cengiran bodoh mereka berdua.

Ketika hendak menutup pintunya kembali, selatan maupun Alvin langsung mencegahnya. Dan langsung bilang kalau ada yang ingin dibicarakan oleh mereka---dan penting alasannya.

Tapi, ternyata menurut vano tak penting sama sekali--kayak hidup mereka.

Mereka berdua cuma membahas tentang vana yang sampai sekarang belum peka juga dengan kesalahan nya. Padahal sudah dari tadi sore semua para kakaknya---terkecuali bara. Karena dia masih membalas perkataan vana walaupun hanya singkat. Berbeda dengan kakaknya yang lain, mengabaikan dan mengacuhkan vana begitu saja.

Dan vana hanya terlihat biasa saja, walaupun di acuhkan oleh ke empat kakak nya. Karena menurut vana, si Leon memang sudah cuek dari dulu jadi tak heran dia mengacuhkan vana. Lalu vano---yang sifatnya sebelas dua belas sama seperti bara, jadi tak heran kalau dia mengabaikan vana.

Kemudian Alvin dan selatan. Keduanya memang tak memiliki penyakit yang sama dengan vano. Tapi mereka berdua sekarang mengacuhkan dan mengabaikan vana. Membuat vana sempat heran---namun hanya sebentar. Lantaran dirinya justru merasa senang, karena kedua kakaknya yang cerewet langsung diam seketika. Membuat telinga vana bisa ber-istirahat sejenak.

Jadinya, mereka marah, mengabaikan vana itu hanyalah sia-sia. Karena vana tak memperdulikan sama sekali.

"Sumpah!, Aku gemes banget pengen cubit." Alvin terlihat gemas sekali kepada vana, bahkan jari tangannya meremas kuat seolah-olah sedang mencubit vana.

"Apalagi gue kak." Selatan pun sama, dirinya tak menyangka kalau vana memiliki sifat tidak kepekaan cukup tinggi.

Selatan menatap vano, yang masih saja terdiam. Duduk di sisi ranjangnya dan hanya menatap dirinya dan Alvin.

"Mending Lo gabung aja sama kita orang, daripada diem aja kek patung!," Selatan berdecak, membuat vano hanya mengangkat sebelah alisnya. Menghela nafas panjang, sebelum berucap.

"Dan kalian berdua, mending keluar aja dari kamar ku. Ini udah malem!,"

✓✓✓✓✓

Possesive Brother 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang