Walau orang tua Lo gak kaya.
Tapi, hargailah usaha jerih payahnya.
Yang berusaha selalu membahagiakan diri Lo.-Ata L.B
"Lo mau ngomong apa?"
Suasana sepi, hanya ada Ranggi dan Vana. Tapi, tenang. Gak ngapa-ngapain kok. Kan baru juga Dateng, dan Vana langsung duduk di bangku taman. Bukan bangku sih sebenarnya, cuma batu. Tapi dijadiin tempat duduk.
"Lo kenal sama Chika gak?"
Berkedip dua kali, lalu menatap Ranggi. "Kenapa?"
Ranggi menggeleng pelan, "Gue cuma nanya. Kenal?"
Menghela nafas, lalu mengangguk. "Iya."
"Bagus kalau Lo masih kenal sama gue." Tiba-tiba saja suara seseorang mampu membuat Vana sedikit terlonjak kaget. Menatap satu orang yang kini berdiri dibelakang Ranggi.
Chika.
Tersenyum simpul, namun Dimata Vana. Itu bukan senyuman simpul, tapi lebih tepatnya mengejek. Dan Vana membenci akan hal itu.
"Udah lama gak ketemu ya Van."
"Lama dari Mane nye? Di Possesif Brother 1 Lo sering muncul, sampe bosen gue," ujar Vana, menatap malas Chika yang kini tampak langsung mendengus.
"Lah, emang di Possesif Brother 1 si Chika sering muncul? Gue kira cuma dua kali dah." Ranggi tiba-tiba menceletuk.
Vana menghela nafas, "Di versi wattpad, emang cuma dua kali. Tapi, kalau versi novel, ya banyak."
"Jelas dong, peran gue cukup penting di sana." Ini yang Vana benci, Chika selalu saja gede kepala ketika dipuji barang sedikit saja.
Hingga akhirnya lemparan kertas sama-sama terkena ketiganya. Membuat mereka langsung menoleh, menatap satu sosok---yang kini tampak memakai masker. Ya wajar sih, kan lagi corona. Dengan baju hitam, di senadakan dengan celana jeans abu-abu. Di pangkuan nya terdapat satu buah laptop.
"Udah, berhenti bacot. Lanjutin drama!"
Oke, sang author sudah berseru. Dan mereka harus memerankan peran nya sebaik mungkin.
"Ngapain Lo di sini?" Vana bertanya, menatap Chika yang kini tengah bersidekap dengan wajah pongah nya. Dan Ranggi hanya diam menatap keduanya.
"Lo udah gue bantuin di Possesif Brother pertama, jadi sekarang gue minta imbalan nya."
Melongo? Tentu saja. Heh, yang benar saja. Masa cuma bantu gitu doang, pake imbalan segala?.
Btw, kalian gak tau ya bantuan nya apaan?.
Mau tau?.
Gini,
Mending kalian
beli novel nya aja, supaya tau. Oke!.
"Dasar Perhitungan!"
Chika mengangkat bahu acuh, dan Vana berdecak kesal.
Jika kalian heran, mengapa Vana tak terkejut kala Chika berada di sekolahnya. Maka jawaban nya adalah, Vana sudah tau jika Chika termasuk murid di sekolah ini. Sejak ia masuk sekolah pertama kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brother 2
Humorsequel dari possesif brother. jadi, sebelum membaca ini. diharapkan membaca yang possesif brother dulu. ✓✓✓✓✓ "Kak dia ganteng loh." "Bodo amat." "Dia baik." "Gak peduli." "Dia kaya." "Kakak juga kaya." "Dia setia." "Masih setia-an juga si Reni yang...