Chapter 3: Shiota Nagisa

1.3K 194 51
                                    

Disclaimer: Ansatsu Kyoushitsu punya Yusei Matsui-sensei, sedangkan cerita ini punya saya :v

Happy Reading~

***

Ponsel pemuda itu bergetar, memberi tanda bahwa ada seseorang diujung sana yang ingin menghubunginya. Dengan sedikit ragu—karena tidak tertera identitas dari sang penelpon—pemuda dengan Surai biru langit itu menjawab, "Halo? Ini siapa?"

Beberapa saat terjeda, kemudian helaan nafas dari ujung telepon memberi aba-aba untuk memulai percakapan. "Shiota Nagisa. Ini... Asano Gakushuu, kalau kau masih ingat."

Bahu Nagisa tersentak, tidak menyangka akan berhadapan lagi dengan orang macam Asano. Lagipula untuk apa dia menghubungi malam-malam tanpa hal yang berarti? Dan ngomong-ngomong ini sudah waktunya makan malam, jika tidak cepat diselesaikan, entah mana yang berakhir duluan, kuota Nagisa atau makan malamnya yang dilumat habis oleh sang ayah?

"O-oh, Asano-kun. Ada keperluan apa menghubungiku? A-ada yang bisa kubantu?" Ucapnya dengan penuh kekhawatiran, bukan karena apa, tapi dia takut jika salah kata akan berakhir disembur oleh tuan muda Asano yang terhormat.

"Tidak. Maksudku ya! Ugh... Ini...bukan untukku..."

Nagisa menunggu, tidak ingin mendorong Gakushuu terlalu jauh jika ingin selamat. Apanya? Padahal seharusnya pemuda itu tau mereka sama-sama anak muda, kenapa harus takut pada sesama?

"Nagisa! Cepat turun kebawah, makan malam sudah siap!!" Intensitas lain seakan mendorong Nagisa ke tepi jurang, alarm dalam otaknya berbunyi nyaring dan memutar otak adalah hal yang paling dibutuhkan saat ini. Jika tidak, entah siapa yang akan meledak duluan.

"Eh, uhm... Asano-kun, bisakah kau lebih cepat? Sekarang sudah waktunya makan malam jadi..." Suaranya terlalu kecil untuk bisa didengar oleh Gakushuu, apalagi hiruk pikuk rumah sakit membuatnya tak dapat berkonsentrasi pada seseorang ditelpon.

"Ah... Maaf, aku tidak bisa mendengarmu. Apa lebih baik lewat email saja ya? Karena aku harus pulang cepat sekarang." Jawaban itu terdengar setelah bunyi interkom dari rumah sakit, membuat Nagisa yakin dengan kesibukan sisurai orange itu.

"Oke, akan menghubungimu lagi jika ada yang tidak kumengerti."

Panggilan ditutup. Pemuda manis itu segera bergabung dengan keluarga tercintanya untuk makan malam.

Disaat sang ibu menyiapkan semangkuk nasi untuknya, ponsel Nagisa bergetar pertanda ada pesan masuk. Dengan tangan kanan mengambang di udara, tangan kiri merogoh saku celana walau mendapat sedikit omelan dari kedua orang tua.

"Maaf, ini sangat penting ibu. Jadi—" layar biru bersinar redup, memberi kenyamana pada irisnya yang sudah letih karena aktifitas sekolah.

Namun seolah-olah pengelihatannya semakin memburuk, Nagisa melebarkan matanya. Tidak yakin, dia membaca pesan itu sekali lagi.

"Karma...?!"

***

"Nee~nee~ Asano-kun, berhentilah mengunjungiku. Ini hari Minggu lho~" Ucap Karma seraya menatap Gakushuu malas, rasanya hinaan dan memohon pun tidak bisa membuatnya berhenti menjenguk iblis tidak tau diri itu.

Tomodachi to ishho niTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang