-25-

232K 14.6K 1.1K
                                    

Tandai typo dan kejanggalan.

Umur Kiana aku ubah jadi 22 tahun.

Dimohon untuk kesabaran teman-teman karena drama akan dimulai dari sekarang!

Silahkan hujat Kiana jika dirasa perlu dan marahi Pak Sat.

❄❄❄

Minggu ini aku disibukkan dengan ujian akhir semester enam. Iya, aku sudah semester enam. Aku tidak pernah memberitaukan jurusan yang aku ambil karena malas menjabarkan kehidupan kampus yang sebenarnya cukup monoton.

*alasan aja, author takut salah sebut.

Masalah aku yang 'nakal' sudah berlalu sekitar sepuluh hari yang lalu. Dan tugas dari Pak Satria juga sudah aku kerjakan. Aku belum bertemu Devin kembali karena sebenarnya aku dan dia beda departemen. Hanya saja mengambil satu mata kuliah minor yang sama.

Dan besok ujian mata kuliah Pak Satria. Sedari tadi aku sudah berbaik hati memijatnya sepulang bekerja, membuatkan kopi, memasak makanan agar dia lebih 'terbuka'.

"Gak ada bocoran soal buat aku, Mas?" Tanyaku dengan suara yang dimanis-maniskan.

"Belajar sana!" Tolaknya lalu masuk ke kamar mandi. Dia belum mandi sedari pulang kerja tadi.

Aku segera menempati meja kerjanya membuka laptopnya dan mencari file soal ujian yang aku yakini ada disana.
Sial, malah dibuat terharu karena walpaper layar laptopnya menggunakan foto kami bertiga saat acara resepsi kemarin. Alay juga ternyata.

Aku kembali memfokuskan niatku, membongkar semua dokumen yang ada di dalam laptopnya.

Gotcha!

Baru membaca nama file 'Soal UAS SMT6 2019/2020' laptop ditutup dengan cepat. "Ngapain kamu?"

Siallll!

"Hehe, Mas udah selesai mandinya?" Elakku mengalihkan pembicaraan.

"Ngapain?" Tanyanya sekali lagi.

"Gak ada." Aku mengelak berjalan menuju lemari mengambilkan bajunya.

Saat aku berbalik dia sudah kembali membuka laptop. "Hehe," kataku cengengesan.

Pak Satria mendekat, "kamu lihat soal ujian di laptop saya?"

"Belum kok, baru judulnya doang." Pak Satria malah merapatkan tubuhnya padaku. Ingatkan aku jika dia belum menggunakan baju.

"Mas... Jauhan." Kataku takut dianya khilaf.

"Saya bisa kasih, asal..." Pak Satria memajukan wajahnya dan mengecup bibirku.

"AHHH PAK SATRIA MESUM!" Aku segera berlari mengambil bukuku dan keluar dari kamar secepat mungkin.

Ayo Kiana lebih baik belajar sendiri.

Gia keluar dari kamarnya dan menatapku heran. "Kenapa, Mama?" Tanyanya.

Aku menetralkan degup jantung yang sempat memompa terlalu cepat. "Gapapa kok."

"Mama mau belajar?" Tanyanya lagi. "Iya kamu mau ikut?" Gia mengangguk semangat.

"Ambil bukunya dulu, Mama tunggu dibawah ya." Gia bergegas masuk kembali ke kamarnya dan mengambil buku latihan membaca dan menulisnya.

Aku sudah duduk diam di depan meja ruang keluarga dengan remot tv di tanganku. Mencari tayangan yang bisa ditonton sambil belajar.

"Besok masih ujian, Non?" Bi Asih menghampiriku.

"Masih, Bi." Aku mengangguk dan tersenyum. Bi Asih dan Bi Siti kembali bekerja setelah satu minggu diliburkan.

"Mau Bibi ambilin camilan?" Tawarnya yang aku angguki dengan semangat. "Boleh Bi, kalau tidak repot."

KIASA [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang