Rope

12 0 0
                                    


Enam tahun. Kami sudah enam tahun bersama. Tapi semakin hari aku merasa perasaan yang selalu sukses membuatku melayang mulai hilang. Aku tahu hubungan kami tidak sempurna. Pertengkaran, cekcok, bahkan beberapa kali hubungan kami hampir berakhir hanya karena argumen kecil. Tapi, kami selalu kembali bersama.

Kami selalu menyelesaikan permasalahan dengan sex. Hanya itu yang membuat kami dapat bertahan hingga kini.

Aku pikir cepat atau lambat kami akan segera berpisah mengingat hubungan kami seperti tarik ulur tali yang entah sampai kapan akan terus seperti ini. Sejujurnya aku tidak tahan. Tapi perkataan Ethan selalu dapat menyakinkanku bahwa hubungan kami masih dapat bertahan. Jadi aku mengikutinya. Tidak lama kemudian Ethan mengajak kami ke jenjang lebih serius.

Semua hal yang didambakan setiap pasangan wanita, mereka bilang ketika seseorang melamarmu kau akan merasakan seperti sekitarmu berhenti bergerak dan kembang api bertebaran di kepalamu. Tapi tidak denganku. Aku pikir aku akan senang ketika Ethan  mengajukan ajakan tersebut. Tapi hal itu justru membuat tubuhku tidak bergeming, seperti seember air es yang di tumpahkan ke kepalaku. Aku tidak merasakan gejolak kempang api tersebut.

Tidak butuh waktu lama sampai aku sadar, bahwa hubungan kami sudah lama mati. Perasaan kupu-kupu di dada setiap melihatnya sudah lama hilang. Dan aku tahu artinya kami tidak bisa melakukannya. Atau aku tidak bisa melakukannya. Jadi aku harus mengakhiri hubungan kami.

Kenyataannya itu tidak berakhir baik. Ethan memohon berkali-kali dan tetap meyakinkanku bahwa kami dapat mengatasi apapun permasalahan dalam hubungan kami. Tapi sedikit yang dia ketahui bahwa aku sudah tidak menaruh perasaan apapun padanya. Hubungan kami tidak bisa dipertahankan. Karena bagaimanapun juga bagiku hubungan adalah sesuatu yang harus memiliki perasaan konsensual yang sama pada kedua pihak.

Dan sex bukanlah hal ideal yang dapat mengikat kami.

Enam bulan setelah pernyataanku pada Ethan mengenai akhir hubungan kami, hari-hariku justru tidak membaik, aku semakin merasa sesak. Aku tidak bisa tahan tapi merasa sesuatu hilang dari kehidupanku. Dan itu yang aku rasakan akhir-akhir ini. Walaupun kehidupanku tidak pernah sempurna sejak awal, tapi saat ini perasaan kosong itu semakin membuatku gelisah.

Jadi aku mulai mengunjungi dari bar ke bar untuk mencari selingan malam hanya untuk memuaskan nafsu sex satu malam. Kehidupan malamku begitu mengerikan, setiap malam berganti pasangan, dan berganti-ganti tempat semudah menggunakan pakaian. Apakah aku puas? jawabannya tidak. Aku justru semakin merasa kosong. Setiap pagi bangun dengan ruangan asing dan pria asing yang bahkan tidak kuketahui namanya. 

Aku menggeleng lelah pada pantulan wajahku di kaca hotel murah. Apa yang aku pikirkan? Aku bisa melihat beberapa tanda merah mulai terbentuk di sekitar tulang selangka dan leher pada kulit pucatku. Aku mendecak kesal, sudah kubilang untuk tidak meninggalkan tanda apapun. Keluhku kesal. Kemudian berjalan keluar kamar mandi menuju tempat tidur hotel di mana pakaianku tergeletak, dan seorang pria asing berambut pirang yang telah menghabiskan malam denganku kini menyandarkan badannya ke tempat tidur dengan ponsel di tangannya dan selimut menutupi sebagian tubuh telanjangnya.

Dia mengangkat kepalanya dari layar ponsel begitu menyadari kehadiranku yang mulai mendekat tempat tidur. Aku berpura-pura tidak menyadari pandangannya dan mendudukan diriku pada ujung kasur dan mulai menggunakan pakaianku kembali.

"Sudah mau kembali?" tanyanya seiring decit kasur yang bergerak di belakangku.

"Yeah." kataku seraya menggunakan panties dan bra.

Mendadak dua tangan kokoh melingkar pada pinggangku, mendekapku dengan nafas hangat di tengkukku.

"Kenapa terburu-buru? ini masih jam sebelas, bagaimana jika kita menghabiskan malam ini bersama?" katanya dengan nada menggoda ditelingaku hingga aku bisa merasakan bibirnya yang menyentuh ujung telinga, kedua tangannya meraba sekitar perut dan kecupan-kecupan kecil mendarat di bahuku.

Dear KafkaWhere stories live. Discover now