Bertemu Kembali

40 14 10
                                    

Oleh : Nazla Afifah Syahira

"Aku benci bertemu orang yang benci terhadapku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku benci bertemu orang yang benci terhadapku."

***

"Sayang, tebak, ini hari apa?" Aku berusaha memberinya kode. Bibir kusunggingkan dengan lebar. Berharap ia peka.

"Rabu."

What? Gitu doang? Aku menggertakkan gigi menahan sebal. Susah ya, kalau punya cowok dingin seperti Ali!

"Ish, kalau itu juga aku tau! Emang aku gak punya kalender?" ucapku sambil mendelik.

"Ya terus, ngapain nanya?" jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari smartphone.

"Pikir aja sendiri!"

Aku pun pergi meninggalkannya sambil menghentak-hentakkan kaki kesal. Tau, ah! Pusing!

Masih sempat kudengar Ali berbicara. "Ya elah ngambek lagi."

***

Aku melangkahkan kaki lebar-lebar. Katanya ada pengumuman di kantin sekolah. Entahlah ... aku tak tahu pasti. Aku pun dapat info itu hanya dari grup chat WhatsApp kelas.

Suasana lorong sekolah sangatlah sepi. Padahal ini jam istirahat. Ke mana semua orang-orang? Apakah semua murid ke kantin? Sepenting itukah pengumuman itu hingga dihadiri banyak murid? Bahkan Dewi pun pergi terlebih dahulu meninggalkanku.

Satu-satunya cara untuk menjawab rasa penasaranku adalah dengan bergegas pergi ke kantin!

Kaki jenjangku berlari menelusuri satu-persatu kelas. Hingga aku sampai di kantin. Benar saja, semua orang sudah stay di sana. Namun anehnya ... ketika aku masuk, seluruh pasang mata menyorot tajam padaku. Seolah-olah aku ini penjahat.

"Eh, eh, dia udah sampe."

"Ssstt ... siap-siap, ya."

"Gak sabar gue liat mimik mukanya nanti."

Bisik-bisik khalayak terdengar saat aku mulai berjalan masuk ke dalam kantin. Aku kini menjadi pusat perhatian. Entahlah ... bahkan aku pun tak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.

"Permisi ... ada pengumuman apa ya, sampai murid dikumpulkan?" ucapku pelan sambil menahan kegugupan karena dipelototi banyak orang.

Tiba-tiba Clara muncul dari balik kerumunan. Ia berjalan menghampiriku dengan gaya angkuhnya. Tunggu ... satu hal yang baru kusadari, ternyata di kantin ini hanya ada Clara dan para pengikutnya. Tak ada Ali, Dewi, bahkan Dion.

"Hai. Akhirnya kita ketemu lagi," sapa Clara dengan tatapan yang sulit diartikan. Aku berusaha membalas tatapan mematikannya itu. Aku tak boleh takut! Enak saja, memang dia siapa sampai harus aku takuti?

"Gak usah bertele-tele, tujuan lo manggil anak-anak buat apa?" ucapku sinis.

Clara masih bersikap santai. "Lebih tepatnya, gue cuma manggil lo ke sini."

Dahiku mengernyit tak mengerti.

"Lo inget? Tepat sebulan lalu lo ngerebut Ali dari gue! Bahkan gue lihat dengan mata kepala gue sendiri dia nembak lo pada hari itu!" Clara mulai menaikkan nada bicaranya.

Aku berusaha menebak ke mana arah pembicaraan ini.

"Lo juga ngerebut perhatian Ali dari gue! Lo tau yang dia lakukan setelah gue labrak lo waktu itu? Ali bersikap seolah dia gak pernah kenal gue sebelumnya!"

Tatapan Clara berubah menjadi sendu. Tersirat kemarahan dalam manik mata berwarna biru itu. Laura--sahabat sekaligus genk Clara-- menenangkan Clara dengan cara menepuk-nepuk bahunya dengan manja.

"Itu salah lo sendiri. Jadi jangan sangkutin gue," balasku dingin.

Clara menghembuskan napas kasar. "Salah gue? Ah ... iya. Lo gak pernah tau rasanya menjalani hubungan hanya sebagai pelampiasan!"

"Ma-maksudnya?" Aku tak mengerti.

Gadis berambut tebal itu pun memutar bola matanya malas. "Jangan pura-pura gak tau deh. Juga jangan terlalu kecentilan dan seneng dulu. Siapa tau ... lo juga hanya jadi pelampiasannya Ali."

Apa? Ali? Aku? Pelampiasaan?

Aku masih sibuk bertanya-tanya apa maksud dari ucapan Clara.

"Guys, jangan banyak cingcong lagi! Skuy eksekusi!" teriak Ara--sahabat Clara dan Laura--.

"Skuy!"

Tiba-tiba mereka berjalan mendekatiku. Aku mundur perlahan. Senyuman sinis terukir dari bibir mereka.

"Apa yang mau kalian lakuin?!" teriakku panik.

***

Wuiihh apa yang akan terjadi pada Tari?
Kenapa Ali, Dion, dan, Dewi tidak ada di kantin?
Apakah mereka bertiga menjebak Tari?
Mengapa hanya ada pengikut Clara yang ada di kantin?

So, pantengin terus cerita ini yess!

Jangan lupa vote and komen ya! Jangan jadi pembaca gelap lho! Hargai karya penulis dengan cara vote, komen, and share. Itu semua gratis sayang. Gak rugi.

Salam Sayang❤

Author Cantik❤

Bandung, 26 Mei 2020.

Amor in SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang