V. A Puzzle

684 95 6
                                    

Kicauan burung pagi itu terdengar mengalun indah. Mentari pagipun mengusik Lisa yang sedang terlelap di alam mimpi. Sinarnya memaksa gadis itu agar melihat cantiknya pagi ini.

Perlahan, matanya mengerjab. Senyumnya terbit, meski itu sangat tipis. "Aku masih di sini ternyata" gumamnya.

Tubuh Lisa menggeliat, merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

Krieeet

Pandangannya beralih ke sumber suara yang berasal dari pintu kamar inapnya. Senyumnya mengembang melihat siapa orang yang mengunjunginya.

"Pagi"

"Pagi Chaeng"

"Baru bangun?" Lisa menggangguk dan menyenderkan punggungnya di sandaran ranjang.

Chaeng berjalan menghampirinya dan berdiri di samping ranjang seraya memeriksa botol impus. Kemudian mengambil kursi dan duduk menghadap Lisa yang sedang memperhatikannya.

"Apa aku sudah bisa pulang?" Tanya Lisa menunjukkan wajah memelasnya membuat Chaeng tertawa kecil.

"Bisa, kalau kamu akan bersikap baik dan menuruti semua perkataan-ku" jawab Chaeng  membuat hidung dan bibir Lisa mengkerut.

"Aku melakukan ini, karena kamu tidak pernah mendengarkan perkataanku Lisa! Mulai saat ini, Jangan harap kamu bisa lepas dari pengawasanku!" Lisa melipat tangannya di bawah dada sambil menghela nafas.

"Mutasiku sudah di acc. Aku akan bekerja di Rumah Sakit ini mulai minggu depan" Chaeng memberitahu

"Dan aku? kapan di beri ijin bekerja kembali?" Tanya Lisa

"Kalau kamu tidak lagi menjadi pasien di rumah sakit ini"

Lisa menghela nafasnya kembali.

"Aku tau, aku dokter yang tidak berguna"

Chaeng meraih tangan Lisa dengan lembut  "Sudah... jangan memikirkan pekerjaan. Sebaiknya kamu gunakan masa cutimu untuk bersantai dan menikmatinya saja" ucap Chaeng menghibur. Ia menunjukkan senyuman teduhnya memberi energi positive.

Hati kecil Chaeng tercubit mendengar penuturan Lisa. Ia sadar betul bagaimana perasaan sahabatnya saat itu. Seorang dokter yang sudah hampir 2 tahun tidak lagi bisa menjalankan tugasnya sebagai dokter. Namun, ia juga tak bisa berbuat banyak untuk membantu sahabatnya itu, selain dukungan moral.

Lisa adalah dokter andalan rumah sakit ternama di kota Tokyo. Di sana, gadis itu bekerja di rumah sakit yang sama dengan Chaeng, sahabatnya.

"Jangan berbohong untuk menghiburku Chaeng. Aku tau masa cutiku tak akan pernah berakhir"

"Dan jangan memfonis secepat itu. Kamu bisa kembali bekerja, Lisa. Semua tergantung bagaimana kamu bisa menghadapi traumamu. Aku yakin, kamu bisa kembali bekerja! Jangan berkecil hati"

Lisa menghembuskan nafasnya. Menarik bibirnya, berusaha tersenyum di hadapan sahabatnya itu. Meski partikel kecil dalam dirinya menyangkal.

"Chaeng, temani aku menemuinya" pinta Lisa memohon

Chaeng terdiam sejenak sebelum menjawab. Berfikir untuk menolak. Apalagi dengan keadaan Lisa yang masih belum stabil sepenuhnya.

"Kamu yakin menemuinya dengan wajah pucatmu seperti sekarang ini?" Kata Chaeng menaikkan kedua alisnya.

"Apa mukaku sangat pucat?" Lisa meraba seluruh wajahnya.

"Kamu tau warna pantat bayi?" Kelakar Chaeng, membuat Lisa langsung melempar tatapan sinis padanya yang sudah melipat bibir, menahan tawa.

23-28 JENLISA STORYWhere stories live. Discover now