🌼Jenlisa Day🌼

1.5K 165 4
                                    

Besok aku bakalan posting satu per satu sampai tgl 28.
Aku posting prolog dulu yah. Biar kalian penasaran. Tapi bisa dong vote sama kolom komentar di ramen. Jangan jadi silent riders mulu. Kan aku  butuh response kalian juga. Biar akunya juga semangat buat update cerita aku.
Aku ada beberapa cerita baru. Aku bakalan posting klo kalian ramein lapak aku. Tenang aja, aku gak akan posting di akun 23-28. Krn ini khusus Jenlisa day cerita pendek.
Sambil nulis cerita baru, aku juga lagi prepare lanjutin cerita yg belum kelar.
Jangan komentar "lanjut"
Itu bukan komentar yg aku harapin.
Tolong hargai usahaku. Kalian tinggal baca dan komentar sesuai alur cerita, tanpa di pungutan biaya.
Aku senang, kalian akan lebih aku buat senang.
Happy reading :)


–Fallin in Love With Me–

Gendre
Romance

Musik

Barry Manilow - Can't smile without you

Barry Manilow - Can't smile without you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prolog

"Nancy, Itu yang sedang jalan bersama Vivian siapa? Mahasiswi baru? Aku baru melihatnya"

Jennie Venus Aang. Atau yang sering di panggil Jennie adalah mahasiswi populer di kampusnya. Selain cantik, populer, Jennie juga memiliki otak yang cerdas, seluruh isi kampus, menjulukinya sebagai bidadari kampus. Bidadari tak tersentuh. Karna gadis itu tak pernah terdengar menjalin kekasih pada siapapun.

Di kampus, ia memiliki rival, bernama Vivian Renata. Mahasiswi yang juga menggeluti dunia modeling. Vivian, banyak di gemari para mahasiswa karna keramahannya dan juga karna bentuk tubuhnya yang bak gitar spanyol.

"Maybe. Aku juga kurang tau" Nancy, teman Jennie berujar menatap aneh kearah Jennie. "Kenapa? Tertarik?" Jennie hanya tersenyum menanggapi tuduhan Nancy padanya. Tatapannya tak lepas memandang seseorang yang sedang berjalan bersama Vivian.

Setiap hari, tak pernah seharipun Jennie melepaskan pandangannya saat menatap mahasiswi baru yang selalu bersama Vivian itu. Binar matanya terlihat jelas melihat orang itu tanpa berkedip sedikitpun.
Rugi rasanya bila sering berkedip. Setiap waktu sangat berarti bagi Jennie. Ia tak ingin menyia-nyiakannya.

"Kemarin Vivian. Sekarang Alexis. Besok siapa lagi? Ang-ki?!" Gerutu Jennie kesal melihat mahasiswi baru itu bersama Alexis kali ini.

"Apa bagusnya mahasiswi baru itu? Cantik juga tidak" ujar Nancy menanggapi.

"She's so hot. Terkadang dia bisa juga cute" Jennie berujar, membayangkan wajah orang dengan semangat "dan dia itu sesuatu yang bisa buat mata ini tidak bisa berpaling untuk tidak menatapanya"

Nancy mendelik "Jangan jadi pemuja rahasia. Gelar bidadari kamu nanti luntur" senyum Jennie seketika pudar mendengar perkataan Nancy.

"Belum saatnya. Nanti ketika aku bertindak, aku pastikan dayang-dayangnya itu tidak akan menempel padanya selalu. Dia milikku!" kata Jennie percaya diri.

Bidadari kampus yang cerdas sekaligus tak pernah mengenal kata menyerah. Jennie akan menunjukkan tekadnya itu pada Nancy.

"Dia akan segera jadi milikku. Dan aku akan membuat dia jatuh cinta padaku. Aku akan memastikan hal itu terjadi" tekad Jennie berkata pada dirinya sendiri.

Pranpriya Lisa Sushar. Mahasiswi baru yang sudah merebut perhatian bidadari kampus. Jennie Venus Aang.


"Maaf, kamu siapa?" Lisa mendongak bingung menatap gadis di depannya sedang berdiri di hadapannya.

Jennie mengulurkan tangan kanannya "Perkenalkan. Aku Jennie Venus Aang. Panggil saja Je. Calon kekasihmu" ucap Jennie percaya diri.

"A-apa??? M-maksud kamu?"

"Kamu mendengar jelas apa yang aku katakan. Jangan berpura-pura tuli" Lisa melebarkan matanya. Mulutnya berbentuk bulat. Mendengar ucapan gadis yang baru saja ia temui.

Tak mendapat respon, Jennie meletakkan telapak tangannya di dagu Lisa dan mengangkat dagu gadis itu keatas. Menutup mulutnya yang sedari terbuka.

Dengan senyuman manis, Jennie mendekatkan wajahnya ke telinga Lisa dan berbisik " ..... Jangan menatapku seperti itu. Aku tau aku cantik. Tapi tenang saja, aku sudah milikmu..."

"Wh....what?"

23-28 JENLISA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang