02

4 0 0
                                    

KENDALL P.O.V

Aku bangun, dan melihat sekeliling. Romi tidak di sampingku, sepertinya dia sudah bekerja. Aku menghela nafas, b*jing*n itu... dia lebih mementingkan pekerjaannya daripada diri aku, istrinya. Dia bahkan melupakan ulang tahun pernikahan 2 tahun kita. Kadang aku ingin berteriak tepat di wajahnya "MENIKAH SAJA DENGAN PEKERJAANMU!" Oh tunggu... aku selalu melakukannya.

Aku bangun dari tempat tidurku dan melihat ke luar jendela. Musim semi telah tiba, aku bisa melihat pohon sakura bermekaran di jalanan. Hari-hari bahagiaku ada di musim semi: hari pertama kali aku bertemu Romi, hari ulang tahunku bahkan hari pernikahanku. Air mataku mulai menitis, tapi aku langsung mengusapnya dan berjalan ke dapur.

Tapi aku terkejut, melihat pria yang sudah aku nikahi selama 2 tahun, Romi, sedang berdiri dengan punggungnya membelakangiku. 'Dia tidak bekerja?', pikirku.

"Apa yang kau lakukan?"

Dia terkejut dan berbalik. Dia...sedang memakak celemek? Sudah lama sekali sejak dia memakainya...

"Selamat pagi, Sayang," dia tersenyum, "Duduk. Sarapan hampir siap."

Aku duduk di meja seperti yang dia katakan. Dia memberiku sepiring panekuk berbentuk hati dengan sosis dan telur.

"Ini sirupnya," katanya sambil menuangkan sirup di piringku.

Dia duduk, lalu makan disebelahku dengan tenang, tapi setelah melihatku diam saja, dia menjadi khawatir.

"Kenapa? Kau tidak suka? Mau aku buatkan makanan lain?"

"Kenapa kau di sini?" tanyaku masih kesal dengan kejadian kemarin. "Bukannya kau punya pekerjaan 'penting' yang harus dikerjakan?"

Dia menghela nafas. "Sayang, Aku minta maaf... Aku lupa tentang ulang tahun pernikahan kita kemarin. Jadi, Aku akan menebusnya hari ini."

Aku melihatnya dengan tatapan tidak percaya.

Aku sudah siap karena Romi bilang dia akan membawaku ke karnaval musim semi untuk menebus makan malam ulang tahunku kemarin. Tapi, Aku melihat dia mengenakan setelan jas bekerjanya.

"Aku benar-benar minta maaf sayang..." katanya. "Ada keadaan darurat di kantor. Aku harus pergi."

"Tapi...," Aku kehabisan kata- kata, "Kamu bilang kau akan menebusnya hari ini...."

"Aku minta maaf. Aku berjanji akan menebusnya lain hari, oke?"

Dia mencium keningku dan dengan begitu saja dia meninggalkanku, dengan topi di tangan dan air mata yang mengalir di pipi.

Aku mencemooh. "Ini bukan pertama kalinya aku mendengar itu."

"Aku janji," katanya mengenggam tanganku, "Hari ini akan kita habiskan berdua saja. Pergi dan melakukan apa saja yang kau mau. Jadi kau mau ke mana?"

Aku menatapnya datar saat Ia memberiku senyum yang lebar.

"Aku ingin sendirian."

A Story In The Season Of SpringWhere stories live. Discover now