04. Couple

524 60 1
                                    

Karina dan Sakura sedang berada di dalam mobil untuk kembali ke rumah setelah pelajaran hari ini telah selesai.

Karina dan Sakura larut dalam keheningan, tak ada yang ingin membuka mulut, meski sebenarnya Sakura sejak tadi merasa gatal ingin mengucapkan maaf karena ia Karina dan Jeno berdebat di Cafetaria meski bukan sepenuhnya salahnya namun tetap saja Karina akan mendapat masalah karena lagi-lagi tertangkap publik tidak akur dengan Jeno dan juga betapa Sakura ingin mengatakan jika ia sangat beruntung berteman dengan Karina.

"Hmm Karina, tentang di kantin tadi, maaf kehadiranku membuatmu dihina" akhirnya Sakura memberanikan diri

"Bukan salahmu, laki-laki itu memang yang sangat menyebalkan" Karina menoleh kesamping ke arah luar mobil tanda jika ia enggan membahas masalah tadi dan Sakura cukup mengerti tentang itu, jadi ia memilih kembali diam.

Mobil yang berhenti karena lampu merah membuat Karina bisa melihat orang-orang di luar sana dengan jelas, para pengendara lain yang terlihat saling bercengkrama dengan pengendara di sampingnya atau yang hanya diam menunggu lampu merah.

Lalu sebuah sepeda tiba-tiba berhenti tepat di samping mobil Karina, pengendara nya seorang laki-laki muda yang mengenakan seragam sekolah, sepertinya mereka seumuran.

Karina memperhatikan dengan seksama laki-laki itu, ia terlihat mengedarkan pandangannya ke sekeliling lalu tersenyum entah pada apa atau siapa. Dan saat pandangan keduanya bertemu, laki-laki itu semakin melebarkan senyumnya.

"Hai!"

Untuk sesaat Karina terpaku, ia tak membalas sapaan itu melainkan hanya terdiam dengan tatapan yang kosong.

Dan saat mobil yang ditumpangi Karina mulai bergerak, gadis itu langsung tersadar, tadi itu apa??.

Karina tidak pernah melihat senyum se-menawan dan semanis itu, laki-laki itu terlihat bersinar saat tersenyum.

"Nona, ada apa??" Sakura bertanya khawatir, pasalnya Karina sejak tadi hanya terdiam

"Ah, tidak, aku tidak kenapa-napa" Karina mengalihkan kembali pandangannya ke luar jendela, senyum laki-laki tadi terus terngiang di kepalanya.

Siapa dia

***

Hari ini Karina akan menghadiri acara amal yang diadakan di Sekolah Luar Biasa dimana keluarga nya dan keluarga berpengaruh lain menjadi sponsor di sekolah itu.

Sudah menjadi rutinitas jika setiap tahunnya para keluarga berpengaruh di kota itu akan mengirim masing-masing anak mereka untuk menghadiri acara tersebut, selain agar para anak mereka saling dekat juga untuk membuat opini publik terhadap anak-anak mereka menjadi baik.

Karina sebenarnya tidak terlalu menyukai pesta atau acara-acara yang terdapat orang banyak didalamnya, terlalu penuh dan memuakkan melihat para penjilat-penjilat menjijikkan biasanya selalu ada di setiap pesta kaum jetset. Tapi menolak pun akan percuma, omongannya tidak pernah di dengarkan.

Airin, ibu Karina kali ini turun tangan sendiri untuk mempersiapkan sang putri, mulai dari memilih gaun sampai hal make up dan sejenisnya.

Gaun biru muda dengan hiasan kupu-kupu di seputar atas dada dan memenuhi bawah gaunnya, sedikit terbuka di bagian bahu dan hanya sebatas 10 cm di bawah lutut menjadi pilihannya.

"Ibu tau kau bertengkar dengan Jeno di sekolah tadi, ibu tak akan memberitahu ayahmu jadi bersikap baiklah dengan Jeno di acara nanti" pesan ibunya sebelum Karina pergi. Karina tak akan heran bagaimana Airin tau tentang masalah itu, itu sudah biasa.

Menurut informasi dari ibunya, Karina akan berangkat bersama Jeno. Meski ogah-ogahan Karina tetap mengiyakan, mana bisa dia bisa menolak.

Setelah bersiap Karina segera menemui Jeno yang katanya sudah menunggu di ruang tamu, syukur lah gaunnya tidak berat dan heels yang dipakainya tidak terlalu tinggi jadi ia bisa berjalan dengan cepat.

"Maaf menunggu lama"

Jeno melirik Karina sekilas lalu tanpa sepatah kata ia bangkit dan berjalan duluan meninggalkan Karina yang masih diam berdiri.

"Dasar, gak gentle banget jadi cowok, main ninggalin aja" Karina mengikuti Jeno dengan ogah-ogahan.

Jeno sudah duduk tenang di dalam mobilnya, menunggu si tuan putri dengan sedikit kesal.

"Kenapa dia bisa secantik itu"

Ooo owh ternyata bukan keterlambatan gadis itu yang membuatnya kesal tapi Karina yang tiba-tiba menjadi sangat cantik meski sebenarnya biasanya pun ia selalu terlihat cantik, Jeno saja yang tak memperhatikan.

"Kau lama banget sih, aku sudah menunggu dari tadi"

Karina yang baru saja duduk langsung mendengus, ia melipat kedua tangannya di dada.

"Kau pikir aku harus lari-lari, gitu?" Karina menjawab sarkas, inilah yang ia benci saat bersama dengan Jeno, ia berubah menjadi kepribadian aslinya sinis dan meledak-ledak.

"Kau saja yang memang lambat" Jeno segera menjalankan Lamborghini Aventador nya, jika terus berdebat itu tidak akan berhenti.

"Kenapa harus kau yang jemput sih" sudah Karina bilang kan jika bersama Jeno kepribadian nya yang semula anggun dan lemah lembut menghilang begitu saja, Karina seakan tidak takut terhadap penilaian Jeno terhadapnya.

"Kau pikir aku mau dengan sukarela menjemputmu begitu?" begitu juga Jeno jika berdua saja dengan Karina, ia yang terkenal dingin dan datar tiba-tiba menjadi banyak bicara.

"Yah setidaknya kirim saja supir atau siapa sja, nggak perlu repot-repot jemput" jika Karina yang mengucapkan nya itu berubah menjadi sinis daripada perasaan tidak enak.

"Udah aku bilang, kalau aku bisa aku nggak akan repot-repot kayak gini"

Hanya Karina yang berani bersikap sinis pada Jeno bahkan semarah apapun Jessica ia tidak pernah sampai mendebat Jeno, kalau Arissa mah ia masih punya Yoshi yang sering berkata sinis juga padanya.

Tak berapa lama Karina dan Jeno akhirnya sampai di tempat acara berlangsung.

"Saat acara nanti kita harus duduk dampingan, tapi sebelum acara dimulai aku akan bersama teman-teman ku jadi kau jangan jauh-jauh"

Karina memutar bola matanya malas, selalu Jeno yang memutuskan semuanya, dan apa itu? Jangan jauh-jauh katanya, jika orang lain yang mendengarnya mereka akan berpikir betapa romantisnya Jeno tidak ingin jauh-jauh dari gadis nya, padahal mah....

"Terserah"

Karina pergi duluan, ia sempat melihat Yoshi di antara kerumunan, lebih baik ia bersama Yoshi saja.

Dan benar saja, Yoshi sedang dikerumuni gadis-gadis putri keluarga kaya lain, tapi bukannya merasa risih Yoshi malah bersikap sok tampan dengan terus memamerkan senyumannya dan menjawab semua pertanyaan dari para gadis-gadis itu, menjijikkan.

"Hai semuanya maaf ya Yoshi harus pergi, dia cuma bisa menemaniku saja" apakah kata-kata Karina terdengar menjijikkan juga? Mungkin iya

"Eh hai Karina-yang" Yoshi menampilkan cengiran bodohnya membuat Karina tidak tahan ingin membenturkan kepalanya itu ke dinding. Dan apa lagi panggilan menjijikkan itu, Yoshi benar-benar sudah bosan hidup.

Yoshi keluar dari kerumunan tersebut dan langsung menggandeng lengan Karina, menimbulkan sorakan kecewa dari para gadis itu. Ternyata bukan hanya putra putri keluarga paling berpengaruh saja yang hadir, tapi anak-anak orang kaya biasa pun banyak yang berdatangan, bahkan Karina bisa melihat Jessica di sudut sana.

"Ayo Karina" Yoshi menuntun Karina untuk berjalan bersamanya. Para gadis-gadis itu ingin protes tapi siapa yang berani pada Karina.

"Kau tau, nanti ada pertunjukkan dari para siswa disini, karena ini sekolah Luar Biasa jadi kau jangan kaget ya melihat penampilan fisik mereka nanti"

Karina diam saja, ia malah lebih memilih mengambil segelas minuman daripada menanggapi perkataan Yoshi. Namun Yoshi tentu saja tidak menyerah

"Oh iya, nanti ada yang bermain piano, kau suka piano kan" Yoshi menoleh, mendengar piano ia menjadi sedikit tertarik

"Piano??"




-

PILIHAN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang