08. First Time

413 51 0
                                    

Matahari bersinar sangat terik hari ini, dan Karina harus merasakan panasnya sengatan matahari langsung untuk pertama kalinya. Salahkan dirinya sendiri yang nekad kabur dari sekolah.

Entah bagaimana caranya tapi dengan mudahnya ia bisa mengelabui Sakura dan guru-guru yang ada di sekolahnya, sehingga disinilah Karina sekarang. Untuk pertama kali dalam 17 tahun dia hidup, dia harus kepanasan di pinggir jalan.

Karina mengenakan masker dan topi baseball ia juga mengenakan jaket Boomber di luar seragam sekolahnya.

Ia sudah memikirkan rencana 'kabur' ini semalaman, bagaimanapun caranya ia harus pulang terlambat dan tidak ikut menghadiri pertemuan keluarga Genta dan Smith yang direncanakan sore ini.

Jika ia tidak kabur begini, niscaya Sakura akan dengan senang hati membawanya pulang tepat waktu dan membuatnya harus mengikuti pertemuan itu meski Karina akan memohon setengah mati.

Sepertinya jalan-jalan sebentar sampai waktu acara pertemuan datang, baru ia akan pulang. Ibunya pasti tidak akan membiarkan Karina datang kesana tanpa melakukan treatment yang memakan waktu hampir 2 jam, mengundur waktu pun tak akan bisa, jadi ia pasti tidak akan diijinkan mengikuti pertemuan.

Wow! Rencana yang sangat hebat.

Jadi sekarang masalahnya adalah, kemana ia harus pergi? Hanya berjalan menyusuri jalan raya seperti ini sama saja bunuh diri, karena para pengawalnya akan dengan cepat bisa menemukannya. GPS sudah dimatikan tapi bisa saja para pengawalnya lewat jalan ini dan mengenali Karina. Pupus sudah rencananya kalau begitu.

"Kayaknya aku membutuhkan seorang teman yang mereka gak tau" Karina menatap kendaraan yang lalu lalang dengan pikiran menerawang, lalu tanpa sengaja ia melihat seseorang yang sedang menaiki sepeda, itu mengingatkannya pada seseorang

"Apa aku ajak dia aja ya? Iya deh dia aja" dengan bermodalkan ingatan tempat yang pernah ia kunjungi Karina menuju tempat tersebut dengan menaiki kendaraan umum.

"Mana sih? Lama amat jam pulangnya" Gadis itu menatap bosan gerbang sekolah di depannya, ia sudah disana sejak 30 menit lalu namun belum ada tanda-tanda jika gerbang itu akan terbuka

"Apa udah pulang ya? Tapi kayaknya gak mungkin deh tadi masih ada siswa yang masuk" gumamnya entah pada siapa

Tak berselang lama terdengar suara bel nyaring, sepertinya itu tanda jika sekolah sudah usai.

Karina meneliti satu-persatu siswa-siswi yang berhamburan keluar, belum tampak sosok yang mengendarai sepeda.

"Eh! JUAN!!"

Laki-laki yang sedang menuntun sepedanya itu terlihat celingak-celinguk mencari suara yang memanggilnya.

Matanya menyipit ketika menemukan sosok gadis yang melambai-lambai sepertinya mengarah padanya.

Karina berlari kecil ke arah Juan.

"Hai Juan!" Karina tersenyum lebar yang menular pada Juan yang juga balas tersenyum

"Ada apa nona Karina?" Tanyanya menatap gadis yang dimatanya itu mengenakan pakaian atasan putih dan bawahan hitam

"Wah kau masih mengingatku, emm sebenarnya aku ingin meminta tolong padamu"

Juan menaikkan sebelah alisnya "Apa yang bisa saya bantu nona?"

"Kau terlalu kaku, panggil Karina saja" Karina mengibaskan tangannya di udara bukannya menjawab pertanyaan laki-laki itu

"Jadi?" juan tak mengindahkan saran nona muda didepannya

"Temani aku jalan-jalan" Bukannya bertanya Karina malah terdengar seperti memerintah

"Non-emhh Kau yakin?" Pasalnya ini Karina loh, putri bungsu keluarga Genta yang kaya raya.

"Kenapa tidak?"

Tak ingin mendengar penolakan, Karina langsung duduk manis di bagian depan sepeda Juan seperti waktu pertama kali ia menaiki sepeda itu.

Juan menghembuskan nafas, mencoba menenangkan diri dari pikiran-pikiran buruk yang tiba-tiba datang.

Saat sepeda sudah melaju Karina tak dapat menyembunyikan senyum bahagianya, ia melambai senang pada setiap orang yang mereka lewati. Meski beresiko namun Karina ingin menghilangkan sejenak jati dirinya atau nama belakangnya. Mencoba menikmati hidup sebelum kembali terkurung di sangkar emas.

"Kamu nggak perlu segitu takutnya, santai saja. Aku nggak akan membuat kamu dalam bahaya, pokoknya kamu sekarang itu temanku, jadi kalau aku minta ditemani jalan-jalan kamu iya iya aja, gak usah takut"

Juan menunduk melihat Karina takjub. Takjub karena orang sekelas Karina mau berteman dengannya.

"Anda yakin nona? Maksud saya, saya ini miskin gak sempurna lagi" Bukannya ingin rendah diri namun Juan juga harus sadar diri.

"Tuhkan balik lagi, udah aku bilang panggil Karina saja. Gak ada yang sempurna di dunia ini, atau kamu gak mau temenan sama aku?"

Juan menggeleng panik

"Bukan, bukan gitu, aku cuma pengen kamu mikir ulang lagi"

"Gak ada mikir-mikir lagi, pokoknya kita temenan titik, kalau kamu gak mau aku bakal paksa dan tiap hari akan datengin kamu sampai kamu mau"

Apa Karina bercanda? Manusia bodoh mana yang tidak ingin berteman dengan putri Genta?

"Kita ke rumah kamu yuk"

Juan tersedak entah apa, pertanyaan itu diluar prediksinya meskipun semua yang terjadi sekarang diluar dari prediksi.

"Gak, aku masih cukup waras untuk tidak membawamu ke rumah ku dan berakhir di arak keliling kota karena berani menyembunyikan putri bungsu keluarga Genta" Juan bersungut sebal, membayangkan akan betapa mengerikannya hidupnya jika itu sampai terjadi, sementara Karina tergelak keras, Juan terlalu berlebihan

"Tidak sampai segitunya juga, paling kau hanya akan dikirim ke luar negeri dan dibiarkan menjadi gelandangan" Juan tau Karina hanya bercanda dan ia tidak menanggapi serius dan bersikap biasa saja "setidaknya itu lebih baik, huh! Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika aku benar-benar diarak keliling kota dengan hanya mengenakan celana dalam" kata Juan seolah benar-benar takut meskipun ya, dia takut sedikit, hanya sedikit.

"Itu tidak akan terjadi. Percaya padaku, sekarang kau harus membawaku ke rumah mu dan aku akan mengurus ayahku. Dia tidak akan menyangka jika aku memiliki teman selain Yoshi, jadi kau akan tetap aman" Karina tanpa canggung memegang tangan Juan yang menggenggam stang sepeda dan Juan hanya membiarkan, tak ingin melarang.

"Ooh temanmu waktu acara di sekolahku itu?"

Karina mengangguk mengiyakan

"Jadi, dimana kita sekarang?" karina mengedarkan pandangan, baru menyadari jika mereka memasuki daerah yang lebih asri, pohon-pohon maple yang masih berwarna hijau pertanda belum memasuki musim gugur menghiasi di sepanjang jalan aspal yang mulai tampak pudar.

Karina jelas belum pernah ke tempat ini sebelumnya.

"Aku tinggal di daerah pedalaman" Kata Juan memberi informasi yang jelas Karina tidak kaget lagi mendengarnya, mengingat tidak pernahnya Karina menemukan Juan saat berkeliling kota sudah menjadi bukti jika Juan tinggal di pedalaman.

"Masih ingin lanjut?" Tanya Juan memastikan saat merasa Karina tiba-tiba menjadi diam dan menatap ke depan kosong.

"Tentu saja tidak, aku sudah berhasil sejauh ini dan tak akan kubiarkan aksi kabur ku ini sia-sia. Mari mencoba hal baru dan aku harap kamu mau membantuku mengajarkannya"

Juan tertawa pelan, bukan merendahkan Karina namun ia hanya merasa lucu saat seorang nona muda kaya raya seperti Karina meminta diajari hal-hal yang jelas melenceng jauh dari segala tetek bengek khas orang kaya.

"Kuharap kau tidak menyesal" Juan memperingatkan sekali lagi, bagaimanapun nasib Karina sekarang berada ditangannya

"Tidak akan" Balas Karina yakin

"Baiklah, mari kita lihat"

-

PILIHAN✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora