Bab 40 - To Make a Memory

923 117 14
                                        

To Make a Memory

Zane mengernyit ketika suara pikiran orang-orang di sekitarnya lagi-lagi menyerangnya dengan intensitas terlalu kuat.

"Kamu emang berniat bunuh diri atau apa?" Suara kesal Zelo itu membuat Zane menoleh.

Saat ini mereka sedang berada di pelabuhan untuk bersiap naik ke kapal pesiar. Banyaknya orang yang ada di sana, lagi-lagi menyerang pikiran Zane. Hal yang sama juga terjadi saat ia dalam perjalanan pulang dari Athena beberapa hari lalu.

Dan ia sadar, ia belum sepenuhnya pulih. Tapi toh, menunjukkan kondisi tubuhnya pada Ellena tidak ada dalam pilihannya. Meski begitu, seharusnya ia ingat, ia tak bisa menyembunyikan apa pun dari Zelo.

"Aku terlalu banyak makai pikiranku," Zane mengaku pelan.

Zelo mendengus kasar. "Kamu harusnya istirahat."

Zane hanya mengangguk.

"Ya ampun, kamu beneran hampir mati, kamu tahu, kan?" Zelo tak mau berhenti begitu saja.

Zane meringis.

"Aku juga nggak tahu, efeknya bakal separah ini," ucapnya pasrah.

Zelo menghela napas berat.

"Kamu harus istirahat, atau aku yang bakal ngomong sendiri ke Ellena," putus adiknya.

"Zel, aku ..."

"Kalian ngomongin apa, sih? Kok bisik-bisik gitu?" Kehadiran Veryn dengan Ellena di sebelahnya mengakhiri percakapan Zane dengan Zelo.

'Aku baik-baik aja. Aku nggak mau bikin Ellena cemas,' Zane melanjutkan dalam kepalanya.

Zelo tak menjawab, tapi kemudian anak itu berbalik dan berjalan menjauh.

"Kalian berantem?" tuduh Veryn.

Zane tersenyum kecil. "Cowokmu tuh, nggak tahu lagi kenapa," ia melemparkan kesalahan pada Zelo.

Veryn mendengus pelan. "Kamu yang salah, ya?" tebak gadis itu, mengejutkan Zane. "Dia nggak pernah marah kalau dia salah. Dia selalu ngakuin kesalahannya dan nggak melarikan diri kayak gitu. Satu lagi, dia bukan cowokku, dia suamiku," tandas Veryn.

Zane tersenyum kagum, takjub akan bagaimana Veryn begitu memahami Zelo.

"Tadi aku minta kita tukeran rumah hadiah dari John, sih," Zane iseng berkata.

Veryn kontan melotot. "Dia bilang nggak mau, kan? Aku juga nggak mau soalnya!" seru gadis itu, sebelum ia berbalik dan menyusul Zelo.

Zane tersenyum geli menatap kepergian Veryn, yang segera berakhir ketika Ellena memukul dadanya. Zane mengernyit ketika pukulan Ellena mengenai luka tembaknya. Syukurlah, Ellena tak melihat itu dan malah mengomelinya tentang Veryn dan Zelo,

"Kamu apain sih, tuh anak-anak? Kamu tahu nggak, selama kamu nggak ada, mereka yang harus repot ngurusin aku, tahu!"

Zane tersenyum meminta maaf, lalu merangkul Ellena. "Sori, sori."

"Tapi, emang rumahnya Zelo sama Veryn tuh bagus, lho. Tadi sebelum berangkat aku sempat main ke sana lihat-lihat," kata Ellena.

Zane mendengus geli seraya mencium puncak kepala gadis itu.

"Jadi, kamu juga pengen tukeran rumah?" tanyanya.

Ellena menggeleng. "Aku lebih suka rumah kita," ucap gadis itu.

Rumah kita.

Zane senang mendengarnya.

"Tapi, di mana pun itu, selama ada kamu, aku nggak keberatan," ucap Ellena lagi.

I'm With You (End)Where stories live. Discover now