Epilog

247K 14.2K 1.5K
                                    

Rabu (16.17), 27 Mei 2020

-------------------------

Nala mengguncang tubuh Aska yang masih terlelap di atas ranjang sambil memeluk guling untuk membangunkan lelaki itu. Tapi yang didapat Nala hanya erangan protes

"Ngghhh... sepuluh menit lagi," gumam Aska tanpa membuka mata dan semakin meringkuk nyaman.

Nala hanya geleng kepala. Tapi detik berikutnya senyum Nala merekah. Semalam Aska memang baru bisa tidur saat dini hari. Itu juga karena akhir-akhir ini Nala selalu merasa lapar menjelang dini hari dan ingin makan sesuatu yang dimasakkan Aska. Belum cukup sampai di situ, Aska juga harus menemaninya makan. Akhirnya Nala putuskan membiarkan Aska tidur selama setengah jam sebelum memaksanya bangun lagi karena semalam Aska bilang bahwa dirinya ada meeting pagi.

Dengan perut buncitnya, Nala turun dari ranjang sambil mengikat rambut menjadi sanggul asal-asalan. Lalu dia berjalan menuju kamar mandi yang menjadi satu dalam kamar.

Masa kehamilan Nala bisa dibilang mudah. Dia sama sekali tak mengalami mual atau kelelahan. Dia juga tidak pilih-pilih makanan. Yang mengganggu hanya rasa lapar menjelang dini hari. Kebiasaan itu sudah Nala alami sejak kandungannya memasuki dua bulan hingga saat ini, sembilan bulan.

Sebagai calon orang tua, Nala dan Aska semakin tak sabar. Apalagi saat usia kandungan Nala memasuki sembilan bulan sekitar satu minggu lalu. Aska bahkan menyiapkan kalender khusus untuk menghitung mundur waktu kelahiran anak pertama mereka.

Soal perlengkapan bayi dan persalinan, semuanya sudah siap. Kamar bayi mereka juga sudah penuh boneka dan segala macam pernak-perniknya. Ya, dari hasil USG, janin dalam kandungan Nala berjenis kelamin perempuan.

Sebenarnya Aska tidak setuju untuk melakukan USG. Namun Nala bersikeras karena tidak bisa menahan rasa penasaran. Akhirnya Aska menyerah meski enggan. Tapi begitu mereka mengetahui jenis kelamin anak mereka, Aska yang paling antusias membelikan mainan-mainan perempuan serta memilih sendiri baju-baju bayi.

Tentu saja, Aska tidak sendirian. Noval yang sudah mengklaim dirinya sebagai Paman si janin ikut turun tangan membantu. Dengan menggunakan sarung tangan yang akhir-akhir ini menjadi teman setianya, Noval turut memilih pakaian dan boneka untuk baby Alka.

Ah, sebenarnya itu panggilan sayang dari Noval. Nala dan Aska sendiri belum memutuskan untuk menamai putri mereka siapa. Mereka masih mendebatkan banyak nama hingga tak satupun yang terasa pas. Sementara Noval, terus membujuk agar menamai putri mereka Baby Alka. Kependekan dari Alkalin. Yang berujung kekesalan Aska karena nama itu seperti nama unsur kimia menurutnya.

Nala tersenyum mengingat itu sambil membelai perutnya.

Nala tidak terlalu keberatan dengan nama Alka. Entah Noval sadari atau tidak, nama itu seperti singkatan Nala dan Aska. Dan seperti nama anak lelaki. Karena Nala berharap putrinya kelak tidak terlalu lemah seperti dirinya.

Usai gosok gigi dan membasuh wajah, Nala menuju keranjang cucian di sudut kamar mandi. Letaknya agak rendah, membuat Nala harus membungkuk untuk mengambilnya. Tapi entah bagaimana, Nala terpeleset hingga jatuh dalam posisi duduk.

Seketika rasa sakit menghantamnya, membuat Nala tak bisa bernapas. Dia mengerang sambil memegang perut. Lalu pandangannya terpaku pada cairan merah dan rasa basah yang seolah menggenangi bagian bawah tubuhnya.

Saat itulah Nala sadar, putrinya dalam bahaya.

Sambil menahan sakit dan air mata, Nala berusaha berdiri. Tapi bergerak saja dia tidak sanggup. Seolah perutnya akan terbelah menjadi dua. Dan tubuhnya terasa semakin lemah, semakin tak berdaya.

Aska!

Nala menjerit dalam hati. Rasa takut menjalari hatinya. Dia tak sanggup membayangkan sesuatu yang buruk menimpa putrinya.

Silent Wounds (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang