1. youth, the step we walk together

11.1K 573 36
                                    

Jeno gak sengaja ngegebok kepala Jaemin pakai bola basket, jadi mau gak mau dia harus minta maaf pada pemuda manis yang kini menatapnya dengan tatapan sebal bin tajamnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno gak sengaja ngegebok kepala Jaemin pakai bola basket, jadi mau gak mau dia harus minta maaf pada pemuda manis yang kini menatapnya dengan tatapan sebal bin tajamnya itu.

"Maaf, maaf, gak sengaja. Mana gue tau bolanya bakal melenceng kena kepala lo gitu."

"Sakit tau!" Jaemin mengelus kepalanya yang agak terasa pusing akibat kena bentur bola jingga yang ada di tangan Jeno itu.

"Ya maaf, Na. Namanya juga gak sengaja, salahin bolanya nih." Jeno mengangkat bola di tangannya sebelum melemparnya kembali ke tengah lapangan.

"Kok salahin bolanya?! Kan lo yang ngelempar?!" Protes Jaemin kesal, masih dengan tangannya di sela-sela rambutnya, mengelus kepalanya perlahan.

"Bolanya tau aja mana yang manis, makanya datang mampir buat nyapa."

Detik berikutnya, jangan heran kalo kalian ngelihat Na Jaemin yang lari-larian ngejar Lee Jeno yang malah memperburuk keadaan dengan berseru meledek pemuda manis kurus tersebut.

"Kenapa lagi itu mereka berdua?"

Pertanyaan datang dari Mark Lee, si alumni yang adalah mantan kapten basket yang udah hapal mati kelakuan dua orang representasi magnet beda kutub tersebut alias kemana-mana pasti nempel melulu. Mark emang biasa meluangkan waktu buat berkunjung ke sekolahnya kalau lagi gak ada kelas. Selain buat ikut latihan dan ngelatih, pemuda manis yang ia tanyai barusan juga jadi salah satu alasannya masih betah mengurus klub bahkan setelah jadi alumni dan memakai almamater kuning.

"Biasa. Jeno sengaja godain, dan Jaemin gak ada lelahnya ngeladenin. Kesel, gemes juga, gregetan pula. Kapan pacarannya sih? Pengen aku jedotin mereka berdua."

Jawaban datang dari Lee Donghyuck si manager klub. Ikutan Mark Lee menatapi Lee Jeno dan Na Jaemin yang kini saling gelitik di seberang lapangan.

Sialan, cepat sekali berubahnya atmosfir bercandaan mereka.

"Kamu ngomong sama dirimu sendiri, Chan?"

Akrabnya, Mark Lee manggil Lee Donghyuck dengan sebutan 'Haechan'. Katanya, nama panggilan kesayangan. Artinya, fullsun. Karena katanya, Donghyuck kalau udah senyum bisa bikin matahari minder saking cerahnya. Lucu, 'kan? Donghyuck sih terima-terima aja. Emang dasarnya gak peka anaknya, sampai-sampai Mark Lee lelah sendiri dibuatnya. Padahal, Mark ngasih nama khusus gitu 'kan ada maksud lain.

"Huh? Gak kok, aku jawab omongan kakak 'kan yang tadi?" Yang lebih muda mengernyit bingung sambil memeluk papan yang memang biasa ia bawa kemana-mana, melempar pandangan bertanya pada Mark Lee yang cuma bisa membalas tatapnya dengan gemas.

"Gak, maksud aku—kamu ngerti gak sih, Chan?"

"Hee? Ngerti apa? Emang kakak tadi ngomong apa? Kakak cuma nanyain Jeno sama Nana 'kan?"

Mark cuma bisa menghela napas kali ini, sudah terlampau biasa dengan respon Donghyuck yang suka lemot macam begini. Tangannya terulur mengusak rambut yang lebih muda sebelum ia tertawa pelan—menertawakan dirinya sendiri.

✔️Eighteen - [nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang