#5 Janji Ve

115 42 13
                                    

Ketika menyerah bukanlah pilihan

🎨🎨🎨


Karena Ve yang tidak ada kelas lagi hari ini, maka ia memutuskan mendatangi beberapa kafe dan minimarket untuk melamar kerja part time, demi membiayai kuliahnya dan mengganti patung Kala. Setelah mendapat tempat yang akan mempekerjakannya, Ve langsung menuju toko seni untuk mencari bahan pembuat patung. Ve yang sempat memfoto patung hasil karya Kala menunjukkan foto itu pada pemilik toko, berharap pemilik toko itu tau bahan yang tepat. Setelah tawar-menawar, Ve akhirnya mendapat bahan-bahan untuk membuat patung.

Matahari yang sudah tenggelam membuat Ve mengurungkan niatnya untuk memberikan bahan tersebut pada Kala hari ini. Ia berlalu ke restoran tempat ia bekerja karena sudah waktunya pergantian shift.

Esoknya, setelah kelas Ve langsung menuju ruang club seni. Dari luar Ve dapat melihat Kala disana. Ve menghela napasnya dalam sebelum memutar kenop pintu club itu. Ve masuk dengan deg-degan. Ia mendekati Kala dan memberikan satu buah tas plastik berisikan bahan-bahan yang Ve beli kemarin.

"Gue tau lo gaakan maafin gue, tapi gue bener-bener ga sengaja," ucap Ve sambil memberikan tas tersebut.

"Sebulan lagi gue seminar, lo kira patung ini bisa kelar dalam sebulan?" ucap Kala marah sambil melemparkan tas yang Ve berikan.

Ve kaget dan tak percaya bahwa Kala akan semarah itu dengannya. Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Ve. Permintaan maaf yang telah Ve susun tadi malam seakan tercekat di tenggorokannya. Ve mengumpulkan bahan-bahan yang dilempar Kala tadi dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Ve berdiri dan meletakkan tas tersebut lagi di dekat Kala.

"Gue gaakan lari dari tanggung jawab. Gue bakal bantuin lo kelarin ini dalam sebulan," ucap Ve mantap setelah menghapus air matanya yang hampir menetes.

"Habis kelas gue kesini lagi," lanjut Ve lalu keluar dari ruangan tersebut.

Ve bersender di pintu club setelah menutupnya.

"Bego Ve, bego banget lo," ucap Ve pada dirinya sendiri sambil memukul kepalanya.

Ve yang berasal dari jurusan perfilman mana paham cara membuat patung. Ve benar-benar tidak mengerti seni. Ia juga tidak mengerti bagaimana mulutnya bisa bekerja lebih cepat dari otaknya, bisa-bisanya ia mengatakan hal tadi di depan Kala.

Sepanjang kelas Ve tidak bisa konsentrasi, pikirannya masih melayang pada janjinya dengan Kala. Kata-kata spontan di bawah tekanan yang ia keluarkan membuatnya berada dalam masalah. Ve bolak-balik melirik jam dinding di kelasnya, berharap waktu berputar dengan lambat. Namun harapannya sia-sia, 5 menit kemudian dosen di depannya sudah mengakhiri kelasnya dan pergi keluar.

"Kantin yok, gue belum sarapan nih," ajak Kia menarik lengan Ve.

Ve berdiri dengan lemas.

"Kalo gue ga bisa dihubungin sebulan kedepan gausah dicari ya," jawab Ve kemudian berlalu meninggalkan Kia yang kebingungan.

Ve melangkahkan kakinya takut-takut menuju ruang club seni. Ia hanya berdiri diam di depan pintu selama 5 menit sebelum akhirnya memberanikan diri masuk ke dalam. Kosong, tak ada siapa-siapa di dalam. Ve melihat tas yang ia beri pada Kala masih tersimpan manis di atas meja. Ve berjalan menuju meja tersebut. Matanya kemudian menangkap layar laptop yang menyala setelah ia tak sengaja menyentuhnya.

Terpampang alur pembuatan patung Kala yang ia hancurkan waktu itu disertai foto-foto setiap tahapnya. Ve menarik kursi di sebelahnya dan menatap serius ke layar. Ve juga membuka laptopnya dan mulai mencari hal-hal yang berhubungan dengan skripsi Kala tersebut. Setelah membaca berulang kali Ve akhirnya sedikit paham dan mulai mengeluarkan semua bahan-bahan tersebut.

Ve membaca halaman lain dari layar laptop Kala dan mulai mencocokkan bahan yang ia beli dengan yang tertera pada skripsi Kala. Ve memasukkan kembali bahan-bahan tersebut ke dalam tas dan mematikan laptopnya setelah sebelumnya mengkopi skripsi Kala untuk ia pelajari. Ve bangkit dan segera menuju toko yang ia kunjungi kemarin. Masih ada beberapa bahan yang dibutuhkan untuk membuat patung tersebut.

Esoknya, setelah selesai kelas, Ve kembali menuju ruang club seni. Ia menggabungkan semua bahan yang telah ia beli dan mulai melakukan tahap per tahap pembuatan patung tersebut. Membuat ternyata tak semudah membaca petunjuk dari skripsi Kala. Ve berkali-kali harus mengulang tahap awal agar patung itu sama persis dengan buatan Kala. Ve yang asyik bereksperimen dikagetkan dengan panggilan di ponselnya.

"Ve dimana? Udah jam segini," seru orang di seberang telepon.

"Hah? Emang udah jam berapa?" tanya Ve sambil melihat tangan kirinya.

"YAAMPUN," ucap Ve panik dan langsung berdiri.

"Gue otw," lanjutnya.

Ve langsung membereskan pekerjaannya dan menulis note untuk Kala.

Sorry hari ini cuma bisa kelar segini, besok gue lanjutin.

Ve berlari keluar ruangan dan menuju pangkalan ojek di depan kampusnya. Ia menyebutkan alamat kafe tempat ia kerja part time kepada ojek tersebut.

Setengah jam kemudian, Kala yang baru saja selesai lari sore menghentikan langkahnya di depan ruangan club seni. Hari ini Kala belum kesana, ia menghabiskan harinya dengan olahraga, melupak sejenak skripsinya yang dihancurkan dalam sekejap oleh Ve.

Kala membuka pintu dan menuju meja yang terlihat cukup berantakan. Banyak benda-benda yang ia yakini bukan miliknya berada di meja tersebut. Pandangannya tertuju pada note kecil di sisi kanan meja. Ia membaca note tersebut dan memandang kekacauan yang Ve buat dengan tatapan yang sulit diartikan.

🎨🎨🎨

Tatapan Kala berarti apa ya?
Marah?
Kesel?

Find out in next chap
Scroll or flip your page
Yuk vote vote 🥰

VELOV (Kala Senja Menyapa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang