iv. bersua alurnya

168 42 22
                                    

──────

"sudah siap?" langit berbisik pada sasi yang tengah merapikan rambutnya. sasi hanya mengangguk menyetujuinya.

petikan gitar akustik dari langit membuat suasana Suwarnabumi mendadak hening. alunan gitar bas dari dimas dan ketukan piano dari jamal membuat sasi terkagum sendiri, bangga satu panggung dengan mereka.

"... bersinar cerah. namun cerahnya tak secerah parasmu"

sorak - sorai Suwarnabumi terdengar pecah saat langit mulai bernyanyi. tak heran jika kaum hawa banyak mengidolakannya, seperti,

"MAS LANGIT AKU PADAMU!"

sasi terkikik mendapati tari menjerit sembari memotretnya dari ponsel pintarnya.

hal itu disangkal jaka yang berada di sebelahnya, "masih cakepan juga gue, dih"

"lo mah tengil, jak" timpal pawana diangguki tari.

senandung bersinambung. Suwarnabumi tampak menerimanya dengan siswa - siswi terlarut dalam suasana. ada yang ikut bernyanyi, bercanda dengan temannya, bahkan merintikkan air mata.

tiba saat sasi menyanyikan bagian refrein, langit menatapnya penuh harap. berharap sasi bisa mengantarkan pesan dalam senandung itu.

" ... karna aku tak pernah mau 'tuk sendiri. raga dan jiwaku nyaman bersamamu"

riuh. aplaus bergema di Suwarnabumi, bahkan jaka menyerukan agar sasi kembali pada sahabatnya, herjuno.

personel Suargaloka terkesima begitu mengindahkan suara lembut si pemudi bulan. bahkan, dimas sampai lupa kunci gitarnya.

"sia - sia gak, bro? putus sama sasi" bisik jaka sesaat kala sasi tengah bernyanyi penuh arti.

herjuno menggeleng, "sasi berhak bahagia tanpa gue, jak. itu keputusan dia sendiri"

sedikit mengingat. kala itu, herjuno berniat mengajak sasi kembali padanya, namun sasi menolaknya sebelum ia menyatakan perasaannya. herjuno tersadar, akan penyesalan selalu datang di akhir.

"dih, puitis banget" andai jaka sadar, jaka tidak jauh dari herjuno. bucin sampai puitis, hanya herjuno diam - diam menghanyutkan. diam - diam mengikat akad dengan sasi untuk dimiliki.

herjuno tidak menanggapi perkataan jaka. atensinya terpusat pada sasi dan juga Suargaloka.

perlahan, ia tersenyum tipis. bahagia pernah memiliki pemudi bulan dengan beribu tingkah kecil nan ajaibnya.

──────

sampai pada penghujung lagu, netra sasi dan langit bersitatap, bermaksud memperdalam suasana.

"... jangan membuatku tertatih. karna luka yang ..."

namun nahas, Suwarnabumi bersorak dan bertepuk tangan melihat adu tatap antar pemuda pemudi yang kini menjadi idola.

"MAS LANGIT MBAK BULAN COCOK BANGET GILA!"

"tatapanmu buat aku aja!"

"MANTAN HERJUNO CAKEP BENER!"

"jaka gatau malu banget sih"

"sabar ya, punya pacar kelebihan tenaga itu susah"

yang terakhir itu, percakapan antara gema dan rawika yang putus asa mengingat kedua kekasihnya mempunyai kepribadian yang hampir sama.

lagu berakhir, berakhir pula tatapan mereka. jujur saja, sasi hampir jatuh hati pada langit. bagaimana tidak, pahatan Tuhan indah sekali selaras dengan langit yang baik hati.

tajuk rasa, yiren minkyu. ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang