14 - Pangeran Kucing

482 66 0
                                    

🐈🐈🐈

(Namakamu) tak henti-hentinya mengoceh sambil mengobati luka-luka di wajah Iqbaal namun yang diobati sesekali tersenyum tipis meskipun terlihat meringis nyeri ketika sengaja (Namakamu) menekan pada lukanya secara kasar.

"Kamu tenyata perhatian ya sama saya," ucap Iqbaal tersenyum samar sesekali kembali meringis karena Namakamu malah menekan lukanya semakin kencang sepertinya ada dendam.

"Gue itu bukan perhatian, cuma kasihan aja. Udah gue mau balik ke kelas," balas (Namakamu) kesal berhenti mengobati luka di wajah Iqbaal.

"Jangan pergi temani saya!" Iqbaal memegang tangan (Namakamu) agar tidak jadi pergi.

"Tapi gue..."

"Kalau begitu saya juga ikut!" potong Iqbaal akan beranjak membuat (Namakamu) mengurungkan niatnya untuk pergi.

"(Nam), gimana keadaan Iqbaal?" tanya Bella khawatir sambil membawa air teh dari kantin.

"Aduh pasti sakit ya? gue obatin sini!" tambah Steffi mengecek wajah Iqbaal.

"Tidak perlu! kalian berdua ke kelas saja," tolak Iqbaal mengusir secara halus lagipula kehadiran (Namakamu) sudah cukup.

Steffi dan Bella kontan cemberut. Keduanya tak terima diusir sementara (Namakamu) bahkan dibiarkan menemaninya.

"(Nam) ke kelas yuk dia gak mau--" Steffi mengajak (Namakamu) untuk meninggalkan Iqbaal sendiri.

"(Namakamu) disini kalian berdua yang pergi atau gue aja yang pergi?" Iqbaal mengancam dan beranjak dari brankar.

"Eh jangan, lo kan lagi sakit. Ayo Steff!" Bella menarik Steffi agar pergi dengannya membiarkan (Namakamu) yang merawat Iqbaal dalam hati Bella tentu tak terima.

Iqbaal berbaring dengan tenang di sebelahnya (Namakamu) sedang terkantuk-kantuk akhirnya tertidur juga. Iqbaal memperhatikan (Namakamu) dan seketika tersenyum tipis mengingat bagaimana (Namakamu) mengkhawatirkan keadaan dirinya tadi.

"(Namakamu) kapan kamu mencintai saya?" gumam Iqbaal pelan masih menatap wajah damai (Namakamu) yang tertidur dan mengusap rambutnya pelan supaya Namakamu makin nyaman untuk tidur disampingnya tanpa terganggu.

****

Ari datang ke UKS melihat (Namakamu) sedang menyuapi Iqbaal makan membuat emosinya kembali naik. Ia langsung menjauhkan (Namakamu) dari Iqbaal lalu menariknya keluar.

"Apa-apaan sih lo?" kesal (Namakamu) menghempaskan tangannya dari cekalan Ari terlalu kencang mengakibatkan kemerahan tercetak di pergelangan tangannya.

"(Nam), aku gak suka ya kamu perhatian sama murid baru itu! apa perlu aku buat dia tambah sakit supaya kamu jauh-jauh dari dia!" tekan Ari emosi memperingatkan.

"Ari dia itu gak punya salah apa-apa sama lo?" tukas (Namakamu) heran dengan sikap Ari seolah Iqbaal adalah pengganggu.

"Kata siapa dia gak salah? dia itu berani-beraninya..."

"Stop Ari! gue udah muak, udah--"

"Inget (Namakamu)! apa lo mau seseorang terluka karena ini hm dan apa lo lupa gue itu siapa? gue gak akan pernah melepas sebelum gue bosan dan kalau lo macem-macem tau akibatnya kan?" peringat Ari mencengkram dagu (Namakamu) agar menatapnya.

(Namakamu) meringis. "Terus gue harus apa, takut gitu sama lo?" kata (Namakamu) terkekeh pelan. Ia sudah habis kesabaran dan tak peduli lagi apa konsekuensi yang akan dihadapi nanti.

Ari berdeham. "Sekarang kita pulang dan gak ada penolakan, tas lo udah dibawa Bella." Lalu menarik (Namakamu) pulang bersamanya penuh paksaan.

Mau tidak mau (Namakamu) menuruti kemauan Ari daripada seseorang terluka karena masalah ini. Ia sama sekali tidak ingin mengambil resiko itu meskipun tadi sempat berontak tapi akhirnya kalah telak.

"Kapan lo mutusin gue dan bosen sama gue?" batin (Namakamu) kesal memandang Ari yang terus menariknya pergi.

Iqbaal sangat marah ketika (Namakamu) dibawa begitu saja oleh Ari dan sialnya Iqbaal tidak bisa menolong. Ia merasa bersalah bahkan melakukan perlawanan pun dirinya lemah.

Iqbaal tahu ini pasti gara-gara dirinya selalu mengabaikan pelajaran di kerajaan apalagi tentang ilmu beladiri. Ia hanya duduk menonton atau pergi begitu saja seolah ilmu beladiri kurang berguna di masa yang akan datang. Lihat sekarang, kalau saja ia serius mempelajari ilmu iti (Namakamu) bisa ia bantu dengan mudah tanpa terluka seperti sekarang ini.

"(Nam), maafkan saya! saya memang tidak berguna entah di kerajaan atau pun disini." Iqbaal mengacak rambutnya frustrasi.

Iqbaal memilih berubah wujud menjadi seekor kucing dan pergi dari UKS sekolah. Ia tidak peduli nanti dirinya di buang atau di tangkap sekalipun sebab Namakamu diambil Ari didepan matanya lalu dirinya tak berguna.

"Iqbaal kemana ya?" tanya Bella bingung padahal sudah ia cari di UKS dulu tadi namun tak terlihat dimana pun.

"Mana gue tau Bella, kan gue dari tadi bareng lo," jawab Steffi kesal Bella selalu memikirkan cowok padahal tidak mau.

"Terus gue cari kemana? nanya sama (Namakamu) kan dibawa Ari," keluh Bella sepertinya kurang beruntung ingin berduaan dengan Iqbaal padahal waktunya pas.

"Nanya terus ke gue, udah gue bilang gue gak tau, BELLAAA!" seru Steffi gregetan karena terus saja Bella bertanya padanya.

"Gue kan cuma nanya," ujar Bella lalu pandangannya tertuju pada seekor kucing putih membuat langkahnya terhenti.

"Apalagi mau nanya Iqbaal kemana?" tanya Steffi kesal.

"Bukan tapi itu."

"Kok kucing (Namakamu) main-main ke sini?" heran Steffi seingatnya jarak ke sekolah sangat jauh dari rumah (Namakamu) tapi si kucing terlihat mencari-cari seseorang.

"Bawa aja nanti kita anterin sekalian tasnya (Namakamu) ada di gue," usul Bella membuat Steffi mengangguk setuju namun dilain sisi sedikit ragu oleh ucapan (Namakamu) beberapa hari lalu katanya kucing peliharaannya suka makan tikus got.

"Biar gue yang bawa kucingnya," putus Bella supaya bisa segera pergi.

Steffi dan Bella membawa masuk tas berserta kucing ke dalam mobil tapi baru ingat tas Iqbaal akan mereka bawa kemana tujuannya.

"Lo tau rumah Iqbaal?" tanya Steffi mengambil tas Iqbaal.

Bella menggeleng. "Terus gimana?" tanyanya.

Steffi berpikir sebentar. "Menurut desas-desus sih Iqbaal itu datangnya bareng (Namakamu) jadi kita anterin aja kesana," ujar Steffi dan Bella menyetujui daripada dibuang kan orangnya pasti kebingungan.

Ari bukan membawa (Namakamu) pulang melainkan pergi ke kafe. Ari juga mempersilahkannya memesan apapun. Kalau (Namakamu) sedang kesal mana bisa makan yang ia inginkan hanya bertemu Iqbaal lalu merawatnya hingga sembuh tak lecet-lecet lagi.

"Kok kamu diem aja pesan dong apa kurang mahal harganya?" ucap Ari lembut menggenggam tangan (Namakamu) tapi tak kena.

"Air putih aja."

"Oke, biar aku pesenin aja, aku tau kok makanan yang kamu suka," usul Ari menyebutkan pesanan kepada waiters.

Makanan yang Ari pesan sudah terhidang namun (Namakamu) hanya minum air putih saja. Seolah makanan enak itu tidak menarik lagi dimatanya.

Ari menghela napas lalu tersenyum tipis memilih menyuapi (Namakamu) makan dengan malas (Namakamu) membuka mulutnya ketimbang mendengar kemarahan tanpa jeda keluar dari mulut Ari.

****

Vote dan komentar ya

See you next chapter 👋👌

Pangeran Kucing [IDR]Where stories live. Discover now