23 - Pangeran Kucing

333 61 3
                                    

🐈🐈🐈

Iqbaal sadar dan malah melihat Alwan sedang asyik memakan eskrim. Iqbaal kembali mengucek matanya memastikan namun sosok Alwan sedang di ruang tamu sambil makan eskrim memang nyata adanya.

"Alwan!" Iqbaal memanggil.

"Pangeran sudah sadar, ingin sesuatu?" tanya Alwan menghentikan makan eskrim.

"Bagaimana kamu bisa ada disini dan dimana (Namakamu)?" tanya Iqbaal sambil menyenderkan kepalanya.

"Dia sudah pulang. Dia juga yang menyelamatkan pangeran." jawab Alwan.

"Terus kenapa lo ada disini?" tanya Iqbaal kesal akan kehadiran Alwan sebab Alwan merupakan saingan terberat dalam menaklukkan hati (Namakamu). Seharusnya Alwan langsung pulang saja kalau sudah tak ada urusan.

"Aku..." Alwan menjeda ucapannya. Wajahnya terlihat murung.

"Apa? jangan buat saya penasaran." potong Iqbaal tidak sabar.

"Suasana kerajaan semakin memburuk setelah ibu menghilangkan ingatan para rakyat mengenai kamu." Alwan menghela napas. "Ibu menjadi ratu lalu ayah menghilang tanpa jejak sementara aku di masukan ke penjara karena tidak patuh terhadap perintah ibu. Pangeran sudah tau kan, ibu tak akan pernah bisa menginjakkan kakinya ke bumi jadi aku melarikan diri kesini dengan sisa sihir lalu tiba di sekolah." jelas Alwan tidak sanggup mengingat semua kejadian itu.

"Terus bagaimana sekarang?" tanya Iqbaal.

"Pangeran harus kembali dan membereskan kekacauan." jawab Alwan.

"Emang gue penyedot debu? nanti deh gue pikir-pikir lagipula gue gak punya kekuatan dan kalau lo gak punya kekuatan sama sekali terus gimana?" tanya Iqbaal kesal.

"Aku juga bingung." ujar Alwan mengangkat bahunya dan Iqbaal memilih kembali memejamkan matanya.

***

(Namakamu) sedang menjalankan peran layaknya orang sakit lengkap dengan polesan make up pucat.

"Semoga mereka berdua percaya," (Namakamu) membuang napasnya menetralkan kegugupan dan memastikan make up di wajahnya meyakinkan.

"Oke saatnya tidur." (Namakamu) menarik selimut sehingga membungkus tubuhnya. Sebelumnya (Namakamu) sudah memberitahu Steffi maupun Bella agar langsung masuk saja karena di rumah tidak ada siapa-siapa kecuali (Namakamu).

Steffi sudah mengirim pesan sudah on the way dan saatnya (Namakamu) berakting.

Bella sangat hati-hati membuka pintu rumah (Namakamu) sampai Steffi memicingkan matanya aneh dengan sikap Bella.

"Lo mau maling? jalannya gak gitu juga kali." ujar Steffi.

Bella menyimpan telunjuknya ke bibir. "Ssstt... kita harus hati-hati siapa tau (Namakamu) lagi sama Iqbaal, gue yakin." jawab Bella pelan.

"Terserah lo deh." ucap Steffi berjalan lebih dulu tapi ditahan Bella.

"Biar gue yang jalan di depan supaya penggerebekan berjalan lancar." Bella menarik Steffi agar kembali berjalan dibelakangnya.

Steffi mengikuti ucapan Bella dengan terpaksa sedangkan kamar (Namakamu) sebentar lagi sampai tapi Bella berjalan mengendap-endap layaknya keong sawah membuat Steffi gregetan sendiri.

"Gagang pintu ini ada sidik jarinya." Bella mengamati gagang pintu kamar dengan cermat.

Bodo amat bell, batin Steffi.

"Gue aj..."

"Ssstt gue aja yang ngomong lo diem aja." potong Bella tak mau di bantah.

(Namakamu) mendengar keributan kecil di depan kamarnya pun berteriak. "Masuk aja guys! kenapa masih di sana sih."

"Tuh kan gara-gara lo kedatangan kita jadi ketahuan." kata Bella kesal karena kegiatan mata-matanya ketahuan.

Steffi mengabaikan Bella memilih masuk duluan dan membiarkan Bella dengan segala keanehannya.

"Kok lama banget sih?" tanya (Namakamu).

"Itu si Bella..."

"Nam kita bawa buah mahal semoga lo cepet sembuh." potong Bella nyerobot masuk.

"(Nam)..."

"Iqbaal gak ada disini?" lagi Bella memotong ucapan Steffi.

"Nggak ada." jawab (Namakamu).

"Lo gak bohong kan?" tanya Bella curiga.

"Emang gak ada Iqbaal disini Bella." ujar (Namakamu) meyakinkan.

"Gue..."

"Tapi keadaan rumah lo mencurigakan." lagi ucapan yang akan Steffi katakan di dahului Bella.

"BELLA STOP! (Namakamu) lagi sakit, lo jangan bertingkah aneh dong, kesel gue." teriak Steffi ngegas.

"Udah kok malah berantem." lerai (Namakamu).

Steffi menunjuk keberadaan Bella dengan lirikan mata. "Nih orang di sebelah lo, terobsesi banget sama si Iqbaal sampe lo dicurigai. Inget Bella cinta itu sewajarnya jangan berlebihan."

"Gue setuju, btw lo suka sama Iqbaal?" tanya (Namakamu).

"Bangettt.... malah dalam tahap bucin." jawab Bella.

"Otaknya korslet jadi gitu." sahut Steffi lalu di pelototi tajam oleh Bella.

"Bell, gue kasih tau sama lo ya, lo boleh suka atau cinta sama Iqbaal tapi jangan begini caranya. Iqbaal bisa-bisa kabur lho." pesan (Namakamu).

"Terus gue harus gimana kalau gak begini caranya?" tanya Bella sedih.

"Sabar dan rela." ucap (Namakamu).

"Maksudnya?" Bella tak mengerti.

"Sabar kalau Iqbaal gak peka-peka tentang perasaan lo yang besar itu, dan rela kalau nanti dia gak bisa lo miliki, itu kuncinya." jelas (Namakamu).

Bella terdiam, ucapan (Namakamu) berhasil mengena di hatinya. Memang benar dirinya selalu membuat Iqbaal tak nyaman apalagi memaksakan agar Iqbaal selalu di sampingnya. (Namakamu) benar, Bella tak perlu bersikap seperti itu.

"Gimana lo paham gak?" tanya Steffi mulai makan buah jeruk.

"Gue paham. Gue juga sadar kok Iqbaal memang bukan buat gue dan saatnya gue ikhlas jika Iqbaal milih lo (Namakamu) atau cewek di luar sana meskipun hati gue kecewa tapi gue bakal berusaha menerima." ungkap Bella mengulum senyum.

"Nah ini baru sahabat gue yang unyu kan masih banyak the next Iqbaal di luaran sana." Steffi mengangkat kedua jempolnya.

"Yee bilang aja lo akhirnya ada temen jomblo." kata Bella cemberut.

"Peluk?" ucap (Namakamu) lalu ketiganya berpelukan.

Seindah- indahnya sebuah cinta tapi sebuah persahabatan lebih indah daripada cinta apalagi jika sudah lama bersama pasti suka, duka maupun pahit manis menjadi warna di dalam sebuah persahabatan. Jadi sudahkah kalian menyayangi sahabat kalian?

****

Next?

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar ya jika kalian suka sama cerita ini.

See you next chapter 👋

Pangeran Kucing [IDR]Where stories live. Discover now