35 - Pangeran Kucing

330 56 23
                                    

🐈🐈🐈

(Namakamu) menjalani hari-harinya tanpa Iqbaal sang pangeran kucing. Rumah pohonnya sudah tak berpenghuni lagi dan biasanya ia datang membawa makanan lalu Iqbaal merajuk ingin disuapi. Namun sekarang? tidak (Namakamu) tidak boleh sedih. Siapa tahu the next Iqbaal akan kembali hadir menyapa hidupnya ya walaupun tak berwajah Iqbaal. Meskipun dirinya selalu merasa ada yang kurang jika tidak marah-marah dengan tingkah laku seorang Iqbaal Galendra Perwira.

"Apa lo rindu sama gue Iqbaal?" (Namakamu) menatap langit menyampaikan perasaan rindunya untuk Iqbaal didengar atau tidaknya itu belakangan.

**

"Aku memaafkan mu Iqbaal tapi, jangan pernah membuat ku kecewa kembali." kata Rinke memperingati begitu Iqbaal ada di hadapannya.

"Baik Bu, tapi bagaimana–"

"Aku berubah pikiran ketika gadis itu memberikan secara suka rela bunga yang di temukan dan bukannya di jual atau di simpan sendiri seperti manusia yang lain. Dia melakukan hal yang berbeda." ujar Rinke menjelaskan setelah melihat (Namakamu) datang ke sini sendirian saja dengan modal keberanian.

"Saya suka dia, Bu." ucap Iqbaal menundukkan kepalanya.

"Aku tau Iqbaal, tapi jangan kamu menyukainya lagi. Kalian tak akan pernah bisa bersatu dan untuk sekarang kamu harus fokus menjadi pangeran istana kemudian carilah ayahmu di penjara bawah tanah." jelas Rinke.

"Apakah berwujud tikus?" tanya Iqbaal.

"Iya, kamu harus cari ayahmu di sana dan kesempatan yang kamu miliki cuma dua jadi manfaatkan dengan baik."

"Biarkan saya ikut!" ujar Alwan menghampiri keduanya.

"Kamu ingin dia menjadi pangeran manja?" Rinke menunjuk Iqbaal yang diam saja.

"Alwan saya tidak apa-apa, kamu bisa menunggu dengan ibu disini biar saya sendiri yang ke sana." balas Iqbaal tidak mau membuat sang ibu kembali murka.

"Tapi–"

"ALWAN DIAMLAH!" sentak Rinke tajam lalu mengubah Alwan menjadi patung dalam sekejap.

"Bu, kenapa mengubah Alwan menjadi patung?" Iqbaal terkejut apa yang dilakukan sang ibu pada anak kesayangannya selama ini.

"Biarkan saja, dia selalu membantah apa yang aku katakan. Sekarang kamu boleh pergi." jawabnya.

Iqbaal kembali bertanya tak enak. "Alwan akan menjadi seperti semula?"

"Iya asal kamu menemukan ayahmu di sana." sahut Rinke.

Iqbaal mengangguk lalu Rinke menjentikkan jarinya sehingga Iqbaal sampai di penjara bawah tanah dengan cepat. Sepanjang perjalanan Iqbaal hanya melihat kegelapan namun suara seseorang tengah merindukannya menggema di telinga. Dia (Namakamu) dan dia merindukan Iqbaal.

"(Namakamu) maaf, karena saya tidak sempat berpamitan dan berterimakasih atas pertolongan kamu selama ini dan semoga kita bertemu di lain waktu. Saya akan menjadi pangeran yang bertanggungjawab seperti rakyat dan kamu inginkan." Iqbaal mendongakkan kepalanya walau hanya memandang kegelapan kemudian melanjutkan perjalanan menuju penjara bawah tanah sesuai dengan tujuannya.

Sesampainya di penjara Iqbaal melihat gerombolan tikus sedang berlari kesana-kemari di dalamnya seolah meminta pertolongan kepada Iqbaal yang datang namun satu hal yang harus ia lakukan saat ini yaitu menemukan diantara kumpulan tikus salah satu adalah ayahnya sendiri.

Tentu saja hal itu tidak mudah mengingat hanya dua kesempatan yang Iqbaal miliki kalau satu kesempatan salah hanya tersisa satu lagi dan kalau sampai satu kesempatan sekali lagi itu juga salah. Ayahnya tak akan pernah ia jumpai lagi. Iqbaal menarik napas memperhatikan satu persatu tikus yang sedang berlarian, semua tikus itu warnanya putih sehingga sulit di bedakan mana yang memang benar-benar sang Ayah.

Pasti ada bedanya pangeran.

Perkataan itu melintas begitu saja di kepala Iqbaal dan dengan yakin Iqbaal mengambil salah satu tikus yang diam saja namun hasilnya bukan tikus itu malah berubah menjadi debu. Selanjutnya Iqbaal lebih berhati-hati lagi dalam memilih tikus yang berbeda dari segi tikus pada umumnya. Tikus itu berkata merah menyala dan lebih gemuk kemudian Iqbaal mengambil tikus itu. Yang terjadi si tikus berubah menjadi sang Ayah sesuai dugaannya.

Henri memeluk Iqbaal sesaat lalu tersenyum bangga atas apa yang putranya lakukan.

"Kamu memang pantas menggantikan ku suatu saat nanti." ucapnya tanpa ragu.

Iqbaal hanya tersenyum tipis membalasnya lalu pergi bersama sang Ayah ke istana dengan sekali jentikan jari. Tunggu? Iqbaal barusan menjentikkan jari lalu berpindah tempat begitu saja?

"Ayah–" Iqbaal kebingungan apa yang telah dilakukannya barusan.

"Kamu pantas mendapatkannya dan ingat jangan pakai kekuatan hanya untuk pamer namun untuk menolong disaat tertentu saja." pesan Henri menepuk pundak Iqbaal sebanyak dua kali.

Iqbaal kembali mengangguk lalu menemui sang ibu dan disambut tepuk tangan meriah akan kedatangannya kali ini dari berbagai penghuni istana.

"Kamu telah menjalankan tugas dengan baik saya memaafkanmu Iqbaal." kata Rinke turun dari singgasana memeluk putranya.

"Benarkah Bu?" Iqbaal bertanya masih tak percaya apa yang terjadi saat ini.

"Iya, Alwan berikan kelopak bunga itu pada Iqbaal." Rinke melepaskan pelukannya menyuruh Alwan maju.

Iqbaal menerima bunga itu lalu berubah berpakaian layaknya pangeran kemudian Alwan tersenyum tipis.

"Pangeran telah kembali!" seru Henri di akhiri tepukan tangan dari seluruh penjuru istana.

Iqbaal menepi dari keramaian istana dan merindukan sosok (Namakamu). Ia merasa ... dan tak mungkin untuk pergi ke sana lagi karena sekarang ia harus menjalani hidup di istana kembali tanpa memikirkan kehidupan bumi yang berhasil membuatnya nyaman apalagi dengan (Namakamu).

"Kita memang tak bisa bertemu dan juga bersatu tapi kenangan itu akan selalu ada melekat hingga napas terakhir ku. Aku berjanji suatu saat akan menemukan mu walau berbeda lintas waktu." Iqbaal bergumam sembari menatap langit.

SELESAI

Ini beneran tamat ya gak bo'ong lagi😁 aku minta maaf kalau mungkin cerita ini banyak kurangnya dan untuk readers yang selalu vote dan komentar di setiap part aku mau berterima kasih banget aku bacanya suka senyum sendiri lhoo..

Eh jangan sedih dulu epilognya nyusul ya

See you in the next story👋💕🐱

Pangeran Kucing [IDR]Where stories live. Discover now