9~ The Fact

509 52 9
                                    

Hari ini harus kembali berjalan seperti biasanya. Meskipun Ae Ri telah tiada, tetapi ketiga anaknya harus tetap meneruskan hidup tidak boleh terlarut dalam kesedihan.

Donghae, yang selama beberapa hari ini begitu bahagia dengan sang ibu yang akhirnya meninggalkannya untuk selamanya boleh dibilang jika ialah yang paling terpukul diantara kedua kakaknya.

Tapi, seperti kalimat diatas tadi hidup harus terus berjalan.





...

Kini dirinya sedang berjalan di koridor sekolah dengan memegang pegangan tas ranselnya. Jujur saja ia masih sedih hari ini tapi tak mungkin ia meninggalkan sekolah hanya untuk merenung di rumahnya.


"Pagi Hae... Kukira kau tak masuk hari ini. Eumm aku mendengar kabar jika ibumu meninggal dunia ya,, aku turut berduka cita Hae. Maaf karena tak melayat ke rumahmu, aku tak tau rumahmu dimana" itu adalah Kibum yang tiba-tiba sudah berjalan di sebelahnya, bersama Woojin tentunya.


"Apa? Ibu Hae hyung meninggal? Aku turut berduka cita hyung, maaf aku tidak tau" Woojin ikut bicara.

"Iya benar, terima kasih Kibum, Jin~ah" jawab Donghae berusaha tersenyum.

Saat mereka tiba di pinggir lapangan, Woojin pun memisahkan diri untuk menuju kelasnya dan Hyukjae tidak sempat untuk melihat Woojin. Mungkin jika ia melihat, bisa saja ia juga berspekulasi bahwa Woojin itu mirip dengan adik bungsunya.








~

Malam hari di rumah keluarga Kim, Kibum mendatangi pamannya yang sedang berada di ruang kerjanya.

"Oh, Kibum... Ada apa Bum?" tanya Kangin sedikit terkejut karena keponakannya yang jarang sekali mendatanginya, kecuali jika ada hal yang benar-benar dianggapnya penting. Kini tiba-tiba datang.

"Paman, apa paman sedang sibuk?" tanya Kibum mendudukan dirinya di hadapan sang paman.

"Tidak, kau datang pas saat paman sudah menyelesaikan semua pekerjaan paman. Memangnya apa yang ingin kau tanyakan?" Kangin sudah hapal tujuan keponakannya yang satu ini.

"Soal Woojin" sahut Kibum singkat.

Kangin mengangkat sebelah alisnya saat mendengar jawaban sang keponakan yang cukup ambigu. Namun selang beberapa detik kemudian ia mengerti maksud keponakannya.

"Cepat atau lambat ingatan masa lalu Woojin akan kembali, Bumie" ujar Kangin yang mengerti arti dari gurat kegusaran yang terpancar di wajah Kibum.

"Tapi aku tak ingin jika nanti Woojin harus kembali ke keluarganya. Aku sudah terlanjur menyayanginya" sahut Kibum datar tanpa ekspresi.

"Apa yang membuatmu tiba-tiba mengatakan hal ini?"

"Nama aslinya Kyuhyun kan?"

Kangin menganggukan kepalanya.

"Teman baruku berkata jika dia kehilangan adiknya 8 tahun lalu, namanya sama. Aku takut kalau itu benar-benar Woojin" terang Kibum.


"Bukankah itu hal yang bagus Bum? Dia memang harus kembali pada keluarganya, kau harus menerima ini Bum" peringat Kangin.

Kibum diam terlalu malas untuk menanggapi ucapan sang paman, takutnya malah ribut.

"Sudahlah aku malas membahasnya" ujar Kibum berjalan keluar.

Kangin menghela napas melihat Kibum yang melenggang keluar dari ruang kerjanya. Ia sudah tahu jika Kibum akan seperti ini.

I Lost Everything [Completed]Where stories live. Discover now