46 ~ Tertawa Lepas

693 41 33
                                    

Jangan terfokus dan mikirin apa yang akan terjadi di kemudian hari. Gue tau, semua orang berhak untuk berjaga-jaga dan takut akan apa yang terjadi nantinya. Tapi untuk masalah perasaan, ngga usah mikirin apa yang akan terjadi sama perasaan loe di kemudian hari nanti, percuma. Takdir yang bakal jawab semuanya, kalau emang waktunya udah tiba.
~vch~

🎶🎶🎶🎶

"Please ya, ijinin gue buat jagain loe terus. Lindungin loe sekalian isi hari loe, ijinin ya?" tanya Devano yang lagi-lagi berusaha membujuk Naura.

Entah apa yang ada dipikirannya saat ini, melihat sosok Naura yang begitu rapuh membuat dirinya ingin selalu melindungi gadis cantik yang tengah beranjak remaja tersebut. Sebuah rasa ingin memiliki seketika terbesit dalam benak Devano, namun dengan cepat ia menepisnya.

Naura tak merespon, pikirannya tengah berkecamuk. Otaknya mengatakan tidak, namun hatinya luluh dan ingin mengatakan iya.

"Nau?" tanya Devano menepuk pelan kaki Naura, membuat Naura tersontak kaget.

"Eh, iya?"

"Di ijinin kan?" tanya Devano kembali menggenggam kedua tangan Naura.

"Maaf kak, tapi -----"

"Mau alasan apa lagi? Tadi kan karena loe ngira gue pacaran sama Steffi, dan jawabannya gue ngga pacaran. Terus, sekarang mau kasih alasan apa lagi buat ngehindar? Takut loe jadi nyaman terus suka sama gue?" tanya Devano to the point.

Naura tersontak kaget, membulatkan kedua matanya. "Apaan sih?! Geer banget! Siapa juga yang bakal suka sama kakak?" tanya Naura dengan berusaha terlihat netral.

"Loe. Gue bikin suka nanti, tunggu aja." jawab Devano dengan senyum semirik yang sulit diartikan, membuat Naura membuang muka dan memutar bola matanya malas.

"Jadi, boleh kan Nau? Udah di kasih ijin kan dari loe kalau gue mau jagain loe?" tanya Devano kembali, dengam raut wajah seolah memohon dan berusaha membuat Naura luluh.

Naura menatap Devano, kedua manik bola mata indah mereka saling bertemu. Entah kenapa, Devano reflek mengulas sebuah senyum, begitupun dengan Naura.

"Aku masih takut kak, belum siap kalau nantinya harus ngerasa kehilangan lagi kak." jawab Naura lirih, membuat Devano langsung membawa Naura ke dalam dekapannya.

Sepertinya, mendekap Naura secara tiba-tiba sudah menjadi hobi baru yang kedua bagi Devano. Naura tak membalas pelukan itu, ia berusaha menetralkan jantungnya yang kini tengah berdegup lebih kencang lantaran Devano yang tiba-tiba memeluk dirinya.

"Gue janji, gue ngga akan ninggalin loe sedetik pun. Kalaupun nantinya takdir berkata loe bukan untuk gue, gue tetep akan jagain loe sebagai adik gue. Kalaupun nantinya takdir berkata loe untuk gue, gue juga ngga akan pernah ninggalin loe." jelas Devano yang sesekali mengusap pelan puncak kepala Naura.

Devano mampu merasakan, jika dari dalam pelukannya Naura mengangguk pelan. Devano tersenyum, kini ia berharap jika takdir memang menyatukan mereka untuk bersatu.

"Jadi, udah dikasih ijin kan nih?" tanya Devano, yang langsung membuat Naura mengangguk dan kini membalas pelukan Devano.

"Akhirnya..." ucap Devano yang semakin mengeratkan pelukan.

Naura memukul-mukul pelan punggu Devano lantaran merasa sesak, akibat ulah Devano. "K-kak, s-sesek tau!"

"Eh, sorry-sorry. Gue terlalu senang Nau," cengir Devano yang kemudian melepas pelukannya.

Naura hanya menggelengkan kepala, sebelum akhirnya mereka tertawa lepas.

Tanpa mereka ketahui, para ibu-ibu rumpi tengah memperhatikan kemesraan mereka melalui layar laptop yang menampilkan hasil cctv ruangan kamar Naura. Yap, di sekitar rumah Naura terpasang cctv di setiap sudut kecuali kamar mandi. Hal itu lantaran Mama Nola dan Papa Baldy yang ingin mereka aman, sekaligus memantau dan mengawasi ketiga anaknya kapan saja.

The Sound Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang