32. Crying Rain

4.9K 634 53
                                    

Waktu sudah melewati jam yang ditentukan sebelumnya. Hari semakin siang, namun keduanya masih asik mengobrol di sepanjang perjalanan. Tentu saja sebelumnya Renji sudah menghubungi Rei terlebih dahulu akan hal ini. Ia mengatakan tidak bisa langsung mengantar Hana karena mendadak harus ke studio. Rei bisa mengerti akan hal itu, kesibukan Renji dan panggilan mendadak di hari liburnya.

Yang selalu Rei tanamkan seharian itu pada pikirannya hanya kenyataan bahwa Hana sedang bersama ayahnya, semua akan baik-baik saja.

Renji sudah menjelaskan pada Hana kalau mereka harus mampir ke studio sebelum kembali. Hana bisa mengerti. Seharian ini ia sudah sangat merasa senang dengan jalan-jalan ke kebun binatang dan aqarium sekaligus, ia ingin berterima kasih dengan cara mengerti kesibukan pria yang ia kenal sebagai kerabat ibunya itu.

Di antara Rei dan Renji belum ada yang berniat memberitau mengenai hubungan mereka sebelumnya. Hana bisa dengan mudah menerima ajakan orang yang baru ia temui pun karena Rei mengatakan Renji bukanlah orang yang harus ia jauhi atau takuti. Hana juga merupakan anak yang mudah akrab dengan orang lain, hal itu mempermudah diriya beradaptasi dengan orang baru.

“Hana.”

Gadis kecil yang tidak lebih tinggi dari pinggang orang dewasa itu segera menyambar tangan Renji begitu namanya dipanggil. Seharian ini ia benar-benar tidak lepas dari Renji.

“Maaf ya, jadi ikut kesini.”

“Kata Ibu juga tidak apa kan? Jadi tidak apa.”

Renji terkekeh. “Ah. Hana kenapa memanggilnya ibu?” tanya Renji, yang langsung dilanjutkan oleh benaknya “Kukira ia akan mengajari memanggilnya Ayah atau apa.”

“Hee? Kenapa ya? Tidak tau. Sejak dulu sudah begitu. Ah, kalau Mama nanti jadi seperti Kak Hiromi. Eh, tapi banyak ya anak-anak yang memanggil ‘mama’.”

“Aku juga dulu memanggil ibuku, Ibu kok. Ibumu juga.”

“Ibunya Ren-chan seperti apa?”

“Ya seperti ibu-ibu.”

“Ren-chaan~”

Renji tertawa melihat Hana kesal mendengar jawabannya.

Hari ini mereka banyak tertawa. Hana menikmati waktunya bersama Renji. Renji sendiri membiarkan putrinya sendiri memanggilnya Ren-chan, bukan dengan panggilan lain. Ia tidak ingin memaksa Hana memanggilnya Ayah atau Papa, selain karena Hana tidak tau status Renji sebenarnya, mungkin akan menjadi hal yang berat untuk Hana.

Pintunya dibuka. Genggaman Hana kian kuat dan mulai bersembunyi di balik kaki Renji. Ia tidak menyangka kalau tempat yang dikatakan Renji tadi adalah tempat yang dipenuhi oleh orang dewasa. Meski mudah berbaur, untuk membiasakan diri tentu perlu pendekatan khusus juga, terlebih pada anak TK seperti Hana.

“Ren-chaan! Sejak kapan kau punya anak?!”

“Bukan anakku. Jangan begitu dong, ia jadi takut.” Renji mendorong Yuusei agar menjauh, ia benar-benar membuat Hana ingin melarikan diri. “Ia anak kerabatku. Karena sedang day off, jadi aku mengajaknya pergi.”

Yuusei berjongkok, mensejajarkan pandangannya dengan Hana. “Namamu?”

“Hana.” Dengan suara kecil ia menjawab. Genggamannya kian kuat.

“Hana-chan, salam kenal. Aku Shun. Ia Yuusei.” sapa Shun yang baru ikut berjongkok di samping Yuusei.

“Salam kenaaal~!” Yuusei semakin melebarkan senyumnya.

Renji hanya memperhatikan putrinya digoda oleh teman-teman, juga beberapa staf yang lain. Mereka tidak tau kalau sebenarnya Renji sudah memiliki anak, mereka hanya tahu kalau Renji menikah sudah sejak lama tapi belum juga berniat memiliki anak. Satu-satunya orang yang tau Renji sudah memiliki anak dan bercerai, hanya Kenzo. Ia juga segera tau kalau anak yang bersama Renji adalah putrinya. Bahkan, ketika Hana menyebutkan namanya, hal itu semakin memperjelas semuanya. Renji pernah mengatakan, Rei memberi nama putrinya Hana.

Contradiction (Omegaverse) [COMPLETE]Where stories live. Discover now