45. Last of Us

4.5K 566 155
                                    

Pagi datang.

Akhirnya musim gugur benar-benar datang.

Trotoar jalan mulai dipenuhi dengan guguran daun yang menguning kecoklatan. Tidak sedikit yang akhirnya malah terinjak-injak oleh pejalan kaki. Angin yang berhembus terasa hangat. Musim dingin masih jauh, orang-orang masih ingin menikmati warna pepohonan yang membuat suasana hati menjadi tentram.

“Renji.”

Seseorang membuka pintu kamar yang tidak pernah tertutup rapat. Penghuni kamar hanya diam, memeluk bantal menutupi tubuhnya dengan selimut.

“Aku tau kau sedang banyak masalah.” Tanpa menunggu izin, ia lekas duduk di pinggiran ranjang. “Tapi kau tidak bisa seperti ini terus.”

“Ayah tidak mengerti.”

“Aku tau.” Pria paruh baya yang dipanggil ayah itu menunduk, “Aku juga tidak pernah mengalami hal seperti yang kau alami. Jadi aku tidak tau apa yang memang sebaiknya dilakukan di saat seperti ini. Mungkin, jika aku ada di posisimu, aku akan melakukan hal yang sama. Hanya berdiam diri begini.”

“Aku hanya sedang menikmati hari liburku.”

“Kau tidak pernah menemui Hana-chan lagi. Kau tidak benar-benar menikmati hari liburmu. Kau juga tidak membalas pesan Rei-chan kan? Hana-chan mencarimu, Rei-chan tidak bisa terus berbohong kau sedang sibuk. Aku juga tidak bisa.”

“Hana tidak pernah tau aku ayahnya. Jadi tidak bertemu pun bukan masalah.”

“Tapi ia sudah terlanjur menyukai dirimu.” Tangannya saling mengait, menunduk, “Aku dan ibumu berpisah karena sebuah kecelakaan. Aku tidak pernah tau rasanya bercerai, tapi aku tau bagaimana perasaan seorang ayah pada anaknya. Aku mencintai ibumu, sangat mencintai ibumu. Tapi ia sudah tidak ada, yang aku bisa sekarang hanya mencintai anakku, sebagai tanda kalau aku sangat mencintai istriku.”

Renji terdiam.

“Hana-chan menyukaimu bukan karena kau ayahnya, ia menyukaimu karena kau dunianya. Pria memang lebih ahli menyembunyikan perasaan mereka, tapi, perasaan pada anak mereka, tidak bisa ditutupi selamanya. Cara seseorang mengungkapkan perasaanya memang berbeda-beda, yang aku lakukan untuk menunjukan perasaanku pada anakku, dengan terus berada di sampingmu, mendampingimu.”

“Hana tidak tau aku ayahnya. Meski aku dunianya, Hana hanya menganggapku kerabat ibunya. Tidak lebih. Lalu untuk apa aku terus bersamanya? Hanya berpura-pura. Aku dan Rei sudah bercerai. Kita memegang kesepakatan.”

“Renji.”

“Dan aku semakin muak dengan kesepakatan itu setiap kali aku melihat Hana. Aku mencintainya. Sejak pertama aku melihat ia memandangku, aku mencintainya. Tapi aku tidak bisa melakukan apapun karena perceraian. Selama ini kupikir aku akan baik-baik saja, aki tidak pernah lagi terpikirkan soal perceraian kemarin. Begitu melihatnya, waktu aku semakin dekat dengannya, aku menyesal memutuskan untuk menuruti Rei, untuk berhenti menjadi ayahnya.”

“Kau tetap ayahnya meski kalian sudah bercerai.”

Renji membuang muka, semakin menunduk dalam, "Aku kesal, aku kesal karena Rei terus menutup dirinya dariku. Aku suaminya aku berhak tau apapun yang terjadi padanya. Ia sakit, ia kesulitan selama hamil tapi tidak pernah mengatakannya padaku. Aku berhak tau Yah! Aku suaminya! Tapi apa yang ia katakan? Ia selalu mengatakan aku bisa tetap kerja, aku bisa tetap konser tur, aku tidak perlu mengkhawatirkannya. Ia memaksaku untuk tetap kerja dengan alasan, semua demi bayinya juga. Aku mengiyakan, tapi kondisinya makin parah kan?"

Ayahnya kini yang diam, hanya bisa merasakan sakit sedikit demi sedikit seperti yang dirasakan Renji.

"Aku tau ia mandiri, ia Omega yang kuat aku tau. Ia seperti itu karena ia menggantikan sosok ayah di keluarganya. Ia bekerja keras agar tidak ada lagi orang yang menganggap Omega kasta terendah. Aku paham.. aku mengerti. Tapi aku suaminya, aku matenya, ia bisa bergantung padaku. Tapi ia sama sekali tidak melakukannya, bahkan saat hamil."

Contradiction (Omegaverse) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang