4 - Kue Ulang Tahun

599 119 38
                                    

Sejak kemarin saat Bina selesai protes nilai kepada Pak Doyoung, ia tidak lagi menghubungi kedua temannya yang mengantarkannya menemui Pak Doyoung, Ayu dan Mark. Bina langsung berjalan cepat usai keluar dari ruang dosen tanpa menghiraukan mereka yang memanggil-manggil namanya. Ayu ingin mengejar Bina, tetapi Mark menahannya. Pemuda itu agaknya tahu jika Bina sedang ingin sendiri. Dan sampai detik ini, beberapa pesan yang masuk dari mereka belum juga dibaca oleh Bina.

Ini hari sabtu, sudah hampir siang.

Bina tidak sedang mengurung diri di kamar dan meratapi nasibnya karena mendapatkan nilai D, ataupun dirinya sedang memikirkan perkataan yang diucapkan Doyoung selaku dosennya kemarin, tentang bagaimana ia tidak menghargai sang dosen dan terlalu menyepelekan saat dijelaskan di depan kelas.

Perempuan yang hampir berusia 21 tahun itu sudah keluar kamar sejak pagi. Bisa ditekankan, Bina sedang tidak sedih. Sedari pagi dirinya bergelut dengan tepung dan telur di dapur, bersama Johnny yang ia paksa untuk terjun langsung membuat sebuah kue ulang tahun.

"Dek, dimana-mana orang yang mau ulang tahun itu dibeliin kue, bukannya malah athikan bikin kue sendiri!" Johnny yang sedari tadi ia kunci di dapur itu uring-uringan. Pasalnya, hari sabtu adalah hari untuk dirinya berlari pagi mengelilingi komplek, dan sekarang justru terkurung bersama adiknya yang menyebalkan.

Bina baru saja meletakkan oven berukuran kecil di atas meja makan, yang baru saja ia unboxing, karena oven hanya terbuka setahun sekali, itupun saat Mama ingin membuat nastar untuk lebaran. Jika tidak, oven tersebut akan tetap nyaman di dalam kardus, di dalam lemari, hingga bertahun-tahun tiada yang menyentuh.

"Mas, kabel olor, dong!" pinta Bina tanpa menatap Johnny, ia sekarang sibuk membersihkan oven yang sedikit berdebu.

Walau dengan perasaan sebal, tetapi Johnny tetap melakukan apa yang adiknya itu minta. Dirinya berjalan menuju dan membuka kabinet yang menempel di dinding. "Nggak ada," ucapnya setelah menelusuri kabinet tua bercat cokelat.

"Nggak ada yang nyimpen olor disitu, Mas."

"Lah, terus olornya  ditaruh mana?"

"Pakai olor yang ada di kamar Mas Johnny dulu, ya?" Bina terkekeh masih dengan lap di tangannya.

Mama dan Papa sedang tidak ada di rumah. Sudah dua hari terakhir ini beliau pergi ke rumah Budhe Endang untuk membantu Budhe dan keluarga yang sedang ada acara hajatan. Sebenarnya, Bina dan Johnny juga diajak ke sana. Tetapi karena sebuah pekerjaan, Johnny hanya bisa datang nanti saat hari H acara. Dan Bina, sudah pasti berkilah dengan menemani Johnny di rumah sebagai alibinya. Padahal, ia sedang meratapi nasib karena nilai salah satu mata kuliahnya.

Sudah hampir satu jam. Dengan lihai, Bina membuka oven yang baru saja berdenting. Ia mengeluarkan satu loyang berbentuk bundar. Di dalamnya, sebuah adonan sudah menjadi kue berwarna hijau dengan aroma pandan.

"Wah, wanginya."

Kakak beradik itu tidak perlu menajamkan indra penciumannya untuk menghirup aroma manis pandan. Keduanya hanya tinggal duduk di bangku meja makan, menghirup aroma kue itu sembari menunggunya dingin untuk kemudian akan diberi topping.

Di sini, Johnny tidak banyak membantu. Laki-laki 25 tahun itu sangat jelas tidak tahu menahu tentang urusan dapur. Membedakan antara garam dan gula saja terkadang dirinya masih salah. Apalagi membuat kue, sudah pasti itu bukan ranahnya.

Bina juga tidak sejago itu membuat kue. Dirinya masih harus menonton video yang bahkan sudah beberapa kali ia tonton sebelum membuat kue ini. Video membuat kue paling sederhana dari channel youtube kesayangannya, tidak perlu memakai cake emulsifier namun kue terjamin lembut.

Dosen Young | Doyoung✔Where stories live. Discover now