5 - Rasa Bersyukur

784 118 41
                                    


Panjang sekali, 2900++ kata.

____Bina dan Doyoung sudah berpindah ke meja makan, dengan sepotong kue pandan topping buah-buahan di depan mereka masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____
Bina dan Doyoung sudah berpindah ke meja makan, dengan sepotong kue pandan topping buah-buahan di depan mereka masing-masing. Sengaja Johnny menyuruh mereka mengobrol berdua di meja makan, agar keduanya bisa saling membicarakan penyebab kerenggangan pertemanan mereka selama satu semester ini.

"Bina ...." Doyoung memulai percakapan. Bina menoleh, menghentikan aktivitasnya mengunyah kue pandan lezat itu.

"Maafin gue, ya. Kalau selama ini gue nggak bisa jadi dosen yang baik, bahkan gue nggak bisa jadi temen yang baik juga buat lo."

Bina meletakkan garpunya. Jika yang dibahas Doyoung adalah tentang perkuliahan, rasanya membuat Bina sangat bersalah, tentang bagaimana sikap Bina terhadap dosennya itu.

"Hari ini hari ulang tahun kita, Doy." Bina menatap mata Doyoung dengan sendu. "Hari ini gue udah 21 tahun. Nggak seharusnya gue bersikap kayak bocah selama satu semester ini, bahkan selama lo jadi dosen."

Doyoung ingin membuka mulut, tapi tertahan oleh perkataan Bina yang masih berlanjut.

"Kayaknya emang penyebab kerenggangan pertemanan kita itu ada di diri gue. Mentang-mentang gue kenal sama lo, gue jadi sama sekali nggak ngehargain lo." Bina menghirup napas panjang, sejenak juga ia menutup matanya. "Ternyata hidup itu nggak mudah, ya. Kita harus pintar nempatin diri."

Doyoung tidak bergeming. Dalam pikirannya, ia sama sekali tidak merasa bahwa Bina adalah penyebab kerenggangan hubungan mereka. Dirinyalah penyebab semuanya. Ia sadar betul, sudah sangat sering ia mengabaikan Bina. Bahkan, saat Bina mengucapkan selamat pagi, walau Doyoung tahu itu hanya basa-basi.

Doyoung sibuk. Sebagai dosen muda, pekerjaannya selalu menumpuk. Rapat sana-sini, penelitian, bimbingan, dan lain-lain. Sebenarnya, semua itu sudah terjadwal dalam hidupnya. Ada di hari senin sampai jumat, dan untuk sabtu-minggu adalah hari bebasnya sebagai laki-laki muda.

Sabtu-minggu harusnya cukup untuk Doyoung menikmati hari. Nongkrong bersama teman, bersepeda, atau sekadar main game di rumah Johnny, dan berakhir mengajak Bina jajan jagung bakar di alun-alun.

Tetapi, semua itu tidak mudah untuk diwujudkan. Karena terkadang, pekerjaan mengharuskan Doyoung sibuk pada hari itu. Atau saat Doyoung benar-benar free, Doyoung malah memilih untuk tetap diam di rumah, tidur, makan, dan melakukan hal yang membosankan, dengan dalih bahwa dirinya sedang lelah dan tidak mau melakukan apa-apa.

Tidak jarang juga, saat Doyoung telah berjanji untuk pergi bersama Johnny dan Bina, ia justru membatalkan secara sepihak, lagi-lagi dengan dalih ingin beristirahat. Mungkin bagi Johnny itu hal yang wajar, karena memang Johnny tahu betul bagaimana lelahnya bekerja. Namun, bagi Bina, perempuan itu tidak pernah paham. Yang Bina tahu, Doyoung selalu menyebalkan setiap kali mereka sudah membuat janji.

"Gue selama ini sok sibuk. Maafin gue yang selalu batalin acara main kita." Doyoung menatap potongan tomat ceri yang sudah tidak menempel di kue pandan.

Dosen Young | Doyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang