// 11 //

488 90 120
                                    

   Siang ini merupakan waktu dimana upacara pemakaman Jeonghan dan beberapa korban sebelumnya dilaksanakan. Ruangan begitu penuh, diisi oleh keluarga serta kerabat para korban.

Begitupun sahabat-sahabat Jeonghan. Mereka terduduk sambil diliputi perasaan sedih karena baru saja kehilangan salah satu teman baik mereka.

Di dalam ruangan yang terdapat foto Jeonghan, Jisoo dan Wonwoo sedang menenangkan bunda Jeonghan yang menangis begitu kencang. Begitu pun dengan ayah Jeonghan.

Hati sepasang orang tua itu begitu teriris karena kehilangan putra semata wayang mereka.

   "Seungcheol belum datang ?" tanya Hoshi dan yang datang bersama Woozi.

Teman-temannya menggeleng sebagai jawaban.

   "Kurasa Seungcheol tidak akan datang. Pasti dia merasa sangat kehilangan sekali." ucap Hao yang disetujui oleh yang lainnya.

Woozi sedikit merasa bersalah. Dia merasa kalau kematian Jeonghan itu ada hubungannya dengan dirinya.

   "Aku merasa bersalah." gumam Woozi yang terdengar oleh Jun.

   "Kenapa ?"

   "Tidak tahu."

Mingyu menghela napas.

   "Kau kenapa ?" tanya Seungkwan.

   "Udara di sini sedikit pengap."

Hansol menepak Mingyu. "Tidak sopan. Ini kan rumah duka."

Mingyu hanya mengangkat bahunya.

   "Chan mana ?" pertanyaan Wonwoo itu berhasil membuat teman-temannya ikut bertanya-tanya. Dia dan Jisoo baru saja selesai menenangkan bunda Jeonghan.

   "Kalian tidak ada yang tahu ?" tanya Jisoo.

Semuanya menggeleng.

   "Akan coba kutelepon." ucap Jun, berjalan keluar ruangan, mengambil ponselnya di saku, kemudian menghubungi nomor Chan.

'Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi.' begitulah jawaban yang terdengar dari operator.

Dia mencoba sekali lagi, namun hasilnya tetap sama.

   "Tidak aktif." ucap Jun saat sudah bergabung dengan teman-temannya.

   "Sebenarnya, nomornya sudah tidak aktif sejak semalam." ucapan Seokmin menimbulkan tanda tanya di benak teman-temannya.

Dimana Chan ?


#####


   Seungcheol duduk mematung di sofa rumahnya. Dia benar-benar merasa kehilangan salah satu sahabat terbaiknya itu.

   "Maafkan aku Jeonghan. Seharusnya kau tidak usah pulang tadi malam. Maafkan aku tidak mengangkat teleponmu." air matanya mengalir.

Mungkin terlihat aneh ketika seorang pria tampan seperti Seungcheol menangis. Namun, siapa yang tidak sedih ketika kehilangan teman terbaik yang sudah seperti saudara sendiri ?

   "Tunggu dulu." Seungcheol teringat akan sesuatu. Kemudian, dia bergegas keluar dari rumahnya.

Dia pergi bukan untuk mendatangi upacara pemakaman. Namun, untuk mendatangi tempat mayat Jeonghan ditemukan.

   25 menit perjalanan menggunakan motor, Seungcheol sampai ditempat tujuan.

Dia berdiri di satu sisi, kemudian mulai mengamati sekeliling, mencari sesuatu.

Finding Murderer | SVT ✔Where stories live. Discover now