[Part 21 - Sihir Cinta]

23 2 1
                                    

Malam yang begitu indah, dengan terang dari sinar bulan dan taburan bintang yang sangat banyak. Jangan lupakan angin yang meniup secara halus, membuat rasa dingin menusuk sampai ke tulang. Malam yang tepat.

Samuel sudah berpakaian rapi, ia duduk di kursi yang dulu adalah tempat dimana dirinya dan Ayumi duduk. Menatap sekitar, cukup ramai.

Ia sangat yakin jika Ayumi akan datang, karena Samuel sudah bisa merasakan bahwa Ayumi mulai jatuh padanya. Samuel mendengar suara ketukan sepatu dari arah belakang, kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman.

Seseorang dari arah belakang, menyentuh kedua pundak Samuel dan ia tersenyum penuh kemenangan. Perlahan sentuhan itu turun menuju lengan Samuel.

"Udah deh, jangan goda gue," kata Samuel tanpa menoleh ke belakang, ia bangkit lalu menoleh ke belakang betapa terkejutnya dia saat menyadari bahwa yang sedari tadi menyentuhnya bukanlah Ayumi.

Sheina berjalan dan mendekati Samuel, jelas sekali tergambar betapa bencinya melihat Samuel. Sheina menyentuh kedua pipi Samuel, dengan kasar Samuel menepisnya.

"Gue kangen sama lo," ucap Sheina yang diakhiri senyum penuh ketulusan.

Samuel berdecak, "Kemana aja lo selama ini? Kemana lo setelah gue jatuh cinta ke lo?"

Sheina langsung memeluk tubuh Samuel begitu saja, dengan secepat kilat, Samuel juga melepaskan pelukan Sheina. Namun, sekali lagi Sheina memeluk Samuel dan kali ini pelukannya jauh lebih erat dari yang sebelumnya.

Samuel membiarkan tubuhnya dipeluk erat oleh Sheina, tentu saja tanpa membalasnya. Setelah beberapa detik, Samuel mendengar suara isakan tangis dari Sheina.

"Lo, gak tau kan, sebabnya gue ninggalin lo tiba - tiba?" Samuel hanya diam, ia menganggap jika pertanyaan itu hanyalah angin lalu untuknya.

"Gue juga gak mau, Sam! Tapi apa lo percaya, kalo gue bilang, gue pergi ke luar negeri karena papah gue meninggal, Sam." Samuel sedikit terhentak, dengan apa yang baru saja Sheina katakan.

Gadis ini sedari kecil memang sudah menjadi anak broken home, ditambah lagi, ia harus tinggal bersama Papah tirinya, dan Papah kandungnya pergi untuk tinggal di luar negeri.

Dengan perlahan dan rasa sedikit ragu, Samuel membalas pelukan Sheina. Ia merasa ikut hanyut dengan cerita Sheina, ditambah lagi Samuel tau semuanya tentang Sheina.

"Gue gak mau ninggalin lo gitu aja, Sam. Tapi, gue ngerasa kangen dan sedih banget karena papah, jadi gue memutuskan untuk tinggal disana sementara waktu," ucap Sheina, Samuel melepaskan pelukan Sheina dan memegang kedua pundak gadis itu.

"Gak seharusnya, lo pergi gitu aja tanpa ninggalin kabar ataupun jejak buat gue, kalo lo ninggalin sedikit aja kabar, keadaannya gak akan kaya sekarang, Na." Samuel cukup dalam menatap mata Sheina yang sedikit memerah.

"Mungkin, sekarang harusnya gue masih nunggu lo, bukan malah benci kaya detik ini." Sheina menundukkan kepalanya, air mata dengan derasnya terjun dengan bebas begitu saja.

Mengetahui jika seseorang yang dicintai, justru malah membenci dirinya. Rasa yang bahkan pernah dirasakan oleh Samuel.

Sheina mengambil tas yang sempat ia letakkan di bangku, ia berlari sambil air matanya terus terurai. Samuel menahannya? Tentu saja tidak, tentu Samuel membiarkannya pergi. Membiarkan Sheina memikirkan apa yang baru saja dilakukannya, dan apa yang pernah dilakukannya.

Samuel melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, jam menunjukkannya pukul 7:30. 30 menit lagi Ayumi akan datang, Samuel merapikan penampilannya yang sedikit berantakan, kembali menunggu sang pujaan hati datang.

Two Months [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang