Selasa - Bagian 2

65 15 38
                                    

Zahira sampai di penginapan pukul 6 kurang. Di kamar, sudah ada Maya. Maya yang melihat Zahira baru datang kembali mencecar, "Kukira kamu sudah sampai duluan di penginapan, ternyata belum. Malah aku duluan yang sampai."

"Yah, maafkan aku," ucap Zahira. "Aku tidak tahu kalau jadinya seperti ini."

Maya mengamati sesuatu yang aneh pada Zahira. "Ada apa denganmu? Kamu tampak lesu."

Zahira membuka kulkas lalu mengambil roti melon, roti anpan[1], dan Danish raisin roll[2] dari stok rotinya. "Aku tidak apa-apa. Mungkin aku hanya lelah. Aku berencana untuk tidak ikut makan malam karena aku sudah makan tadi."

"Kamu pergi lagi? Dari mana?"

"Dari kuil Sensōji," jawab Zahira. "Tiba-tiba saja aku diajak Kuroki-san."

"Ya ampun. Jadi, begitu? Kamu pergi bersama Kuroki-san lagi?"

"Begitulah. Ia membawaku pergi ke Ekimae yang untungnya tidak jauh dari sekolah. Di Ekimae, ia membawaku ke hotel tempat kakaknya kerja sambilan menjadi resepsionis. Ia tidur di hotel tempat kakaknya bekerja tiap hari Selasa. Dari situlah aku dan Kuroki-san pergi ke kuil Sensōji. Setelah jalan-jalan di kuil, kami makan di restoran cepat saji. Ia yang mengantarku ke stasiun sehabis dari Ekimae," cerita Zahira sambil membuka bungkusan roti anpan.

"Kamu tidak mencurigai apapun dari Kuroki-san ini?" tanya Maya.

Zahira mengedikkan bahu. "Yang kutahu, teman dekatnya pindah ke Hiroshima saat semester ganjil kemarin."

"Jadi, kamu bersimpati dengannya dan mengikuti ke mana pun dia pergi?"

Zahira mengunyah dan menelan rotinya. "Sepertinya begitu," kata Zahira. Ia terdengar lirih saat mengatakannya.

Maya menghela napas. "Terserahlah. Tapi, walaupun kamu tidak makan, kamu juga perlu pergi ke tempat makan."

"Oke," kata Zahira sambil menghabiskan roti anpan-nya dengan cepat. "Aku mau minum saja."

Maya mengangguk. "Aku nanti minta cinnamon roll[3] di kulkas, ya."

***

Zahira menenggak susu hangatnya. Sekarang, ia benar-benar kenyang. Perutnya sudah penuh terisi roti-roti yang ia makan tadi sore ditambah makanan cepat saji di dekat kuil Sensōji.

"Kaubilang, kamu sudah makan, tapi kamu masih kuat makan salad buah porsi besar," kata Maya.

"Setidaknya, sekarang sudah cukup," kata Zahira.

Bu Santi, pembimbing dari Indonesia, menghampiri meja Maya dan Zahira. "Zahira, kamu tidak makan?" tanya Bu Santi.

"Aku tidak suka daging, Bu," kata Zahira mengingat menu makan malam sekarang adalah beef teriyaki[4]. "Aku juga sudah banyak makan sebelumnya."

"Dia pergi ke kuil Sensōji dan makan di restoran cepat saji di dekatnya," tambah Maya.

"Ooh, begitu. Pantas saja Zahira baru pulang jam 6 sore. Ibu juga tahu Zahira kemarin ke Akihabara," kata Bu Santi.

"Dari mana Ibu tahu?" tanya Zahira.

"Ibu sudah beberapa kali ke Jepang, jadi Ibu tahu kalau Zahira dari Akihabara dari kantung plastik supermarket di Akihabara yang Zahira bawa."

"Ibu pernah ke Akihabara?"

"Pernah," jawab Bu Santi. "Ibu pernah membeli alat masak elektronik di supermarket yang sama di Akihabara. Itu tiga tahun yang lalu. Sampai sekarang, alat masaknya masih ada dan bisa dipakai."

"Wah, begitu," Zahira dan Maya mengangguk-angguk mafhum mendengar cerita Bu Santi.

"Bu Santi, apakah tidak apa-apa kalau kami pergi jalan-jalan sendiri sepulang sekolah?" Maya bertanya.

"Asalkan kalian memberi tahu ke mana kalian pergi. Kalian cukup mengirim pesan ke Ibu. Jangan pergi sampai lebih dari jam 7 malam juga."

"Ooh. Maaf, ya, Bu. Yang kemarin dan yang tadi itu tidak direncanakan, jadinya aku tidak memberi tahu Ibu," ujar Zahira.

"Yah, lain kali, beri tahu Ibu dulu," kata Bu Santi. "Kami memberikan kebebasan untuk kalian merasakan rasanya menjadi pelajar SMA di Jepang, kok. Tapi, ingat aturannya."

"Baiklah. Terima kasih, Bu."

"Sama-sama."

***

Sesi evaluasi telah selesai. Para siswa studi banding pergi ke kamarnya karena sudah waktunya istirahat. Siswa-siswi yang mengikuti studi banding tidak hanya Zahira dan Maya, tetapi juga ada siswa-siswi yang ditempatkan di sekolah lain di Tokyo. Maya dan Zahira tidak berasal dari sekolah yang sama. Mereka dipasangkan dan ditempatkan di sekolah yang ditentukan.

Zahira dan Maya masih berbincang-bincang walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. "Teman satu sekolahmu itu, siapa namanya? Yang studi banding di SMA di Shimbashi."

"Namanya Tantri," jawab Zahira. "Mengapa?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya teringat ceritanya saat evaluasi tadi. Soal guru olahraganya yang sangat tegas."

"Haha. Kupikir semua guru olahraga memang tegas. Guru olahraga di SMA-ku di Indonesia pun begitu."

"Iya juga. Guru olahragaku juga, padahal ia perempuan."

"Sekolahmu memang sekolah untuk perempuan, terpisah dari laki-laki," kata Zahira. "Kelasmu sudah dapat pelajaran Olahraga di SMA Asakusa?"

Maya menggeleng. "Aku belum dapat pelajaran Olahraga. Jadwal kelasku hari Jumat."

"Kalau jadwalku hari Kamis, jadi aku duluan."

Maya ber-"oh" sebentar lalu mengambil sisa bungkusan cinnamon roll di atas kasurnya. "Aku mau ke kamar mandi untuk menyikat gigi, berwudu, dan membuang sampah. Oh ya, roti macam apa lagi yang boleh kuminta?"

"Yang di kulkas? Apa pun kecuali choco cornet[5]."

"Choco cornet? Oke," kata Maya. "Omong-omong, kamu belum pernah ke kafetaria sekolah, ya? Di sana rotinya juga enak-enak. Sepertinya, penyuplai roti di kafetaria adalah toko roti yang sama dengan tempat kamu membeli roti-roti itu."

"Benarkah?"

Maya menunjukkan bungkus rotinya. "Logonya sama. Tapi, yang ada cuma croissant[6], dorayaki[7], roti yakisoba[8], sandwich[9] daging, dan sandwich tuna di kafetaria tiap harinya."

"Mungkin aku akan ke sana besok," kata Zahira. "Sana, cepat ke kamar mandi. Aku juga mau wudu dan siap-siap tidur."

"Oke, oke." Maya langsung berjalan cepat ke kamar mandi.



===

[1] Anpan: Roti isi pasta kacang merah yang manis.

[2] Danish raisin roll: Pastry gulung khas Denmark isi kismis dan campuran gula dan kayu manis serta ditambahkan glazing selai.

[3] Cinnamon roll: Roti gulung dengan isi dan taburan campuran gula dan kayu manis, kadang ditambahkan icing berwarna putih.

[4] Beef teriyaki: Daging sapi yang dimasak dengan cara dimarinade dalam saus bernama tare sehingga membuatnya tampak bersinar lalu dipanggang (teriyaki berasal dari gabungan kata 'teri (照り)' yang artinya bersinar dan 'yaki (焼き)' yang artinya dibakar atau dipanggang).

[5] Choco cornet: Roti berbentuk kerucut yang diisi coklat cair.

[6] Croissant: Roti bulan sabit sejenis pastry yang berasal dari Prancis. Terdapat variasi croissant tanpa isi dan dengan isi seperti coklat, keju, pasta kacang almon, daging, atau lain sebagainya.

[7] Dorayaki: Kue serabi tradisional Jepang berbentuk bulat yang terdiri dari dua lapis panekuk yang diisi selai di antaranya.

[8] Yakisoba: Mi goreng Jepang yang ditambahkan bahan-bahan sayuran dan saus. Roti yakisoba adalah roti yang diisi mi yakisoba layaknya roti hot dog isi yakisoba.

[9] Sandwich: Roti lapis atau roti isi yang terdiri dari dua lembar irisan roti yang berisi macam-macam bahan makanan lainnya.

Seminggu di AsakusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang