Different : 22. Hug

11.3K 1.4K 301
                                    

Musim gugur masih berlangsung. Daun-daun berguguran semakin banyak. Itulah yang Chaeyoung tangkap dari balik jendela ruang rawatnya. Duduk di atas kursi roda dengan pandangan sendu.

Sudah dua minggu berlalu sejak dia sadar dari koma. Hatinya semakin terasa hampa. Kosong tak terisi. Karena sampai detik ini, Chaeyoung tak mendapati adik kembarnya datang.

Setiap malam, gadis berambut blonde itu selalu menangis dalam diam. Terkadang, keluarganya selalu bingung melihat Chaeyoung yang seperti itu. Mereka pikir, Chaeyoung sedang merasakan sakit. Tapi saat ditanya, gadis itu hanya menggeleng. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Kau berbohong lagi, Lisa-ya." Lirih Chaeyoung dengan setitik air mata yang mengalir. Entah bagaimana gadis itu menghilangkan rasa rindu yang memuncak di hatinya.

"Kau bilang, kau akan menemuiku. Kau bilang, kau akan melihatku. Tapi ternyata kau kembali berbohong." Chaeyoung menutup wajahnya dengan kedua tangan ketika isak tangis gadis itu tak tertahan lagi.

Andai dia masih bisa melihat Hyeri, Yeri, atau makhluk lain. Mungkin Chaeyoung sudah menanyai mereka dimana keberadaan Lisa. Bagaimana kondisi Lisa, dan apa yang terjadi pada Lisa.

Namun dia tak bisa. Satu-satunya yang dapat dia lihat hanyalah Lisa. Sosok yang menyelamatkan nyawanya. Dan kini, sosok itu tak pernah muncul. Meninggalkan luka baru di hati Chaeyoung.

"Apakah air mata itu jatuh karenaku lagi?"

Chaeyoung tersentak. Tubuhnya menegang sempurna. Suara itu. Suara yang sangat Chaeyoung rindukan setengah mati. Kini terdengar dari belakang tubuhnya.

Dengan keraguan yang luar biasa, Chaeyoung mulai memutar kursi rodanya. Hingga sosok berjaket hitam itu tertangkap oleh indera penglihatannya.

"Lisa-ya," lirih Chaeyoung dengan air mata mengalir semakin deras.

Melihat itu, Lisa tersenyum tipis. Menggerakkan sepasang kaki jenjangnya mendekati Chaeyoung. Lalu berlutut di hadapan gadis blonde itu hingga Chaeyoung dengan cepat memeluknya.

"Pabbo! Brengsek! Kau memang adik yang brengsek!" Makian itu membuat Lisa terkekeh. Terlebih tangan Chaeyoung yang terus memukul punggungnya dengan kesal.

"Bukankah seharusnya kau menyambutku dengan senyuman? Kenapa malah menangis?" Lisa berusaha melepaskan pelukan Chaeyoung, tapi tak bisa karena gadis blonde itu seakan menjeratnya dengan kuat.

"Pabbo! Kenapa kau tidak menemuiku satu minggu yang lalu?" perlahan, senyum Lisa luntur mendengar pertanyaan Chaeyoung itu.

Sampai di hadapan Chaeyoung detik ini, Lisa harus memperjuangkannya dengan keras. Bagaimana dia harus menerima hukuman paling menyiksa di dunia mereka. Karena selama dua minggu, tubuh gadis itu di rendam dalam cairan lava yang amat panas.

Hukuman itu adalah pilihan untuk Lisa. Saat itu, dia sudah ingin ditetapkan menjadi sosok yang abadi. Tapi Sunmi dan Yeri datang dengan cepat. Mereka berdua rela berlutut untuk Lisa. Dan alhasil, Lisa harus merelakan diri untuk tersiksa agar dapat menemui Chaeyoung.

"Kenapa tidak menjawab pertanyaanku, Lisa-ya?" Chaeyoung melepaskan pelukannya pada Lisa. Menuntut jawaban yang harus dia dengar dari mulut kembarannya itu.

"Yang terpenting aku sudah ada di hadapanmu." Satu hal yang tidak berubah dari Lisa sedari hidup hingga mati. Dia tidak akan mau membagi rasa sakitnya pada orang lain.

"Geundae...." Tatapan Chaeyoung berubah bingung. Perlahan, dia menyentuh wajah Lisa yang amat dingin. Sangat terasa nyata baginya.

"Kris Oppa bilang aku hanya bisa melihatmu. Tapi, kenapa aku juga bisa menyentuhmu?"

Different : Sequel Blood Ties ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang